Pencarian Korban Amruknya Ponpes Al Khoziny Resmi di Tutup, 104 Selamat 67 Meninggal Dunia

Insiden ambruknya gedung Ponpes Al Khoziny hingga memakan korban (Sindonews).

Pencarian Korban Amruknya Ponpes Al Khoziny Resmi di Tutup, 104 Selamat 67 Meninggal Dunia

Prolite – Resmi di tutup pencarian korban dari ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes Al Khoziny), Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyatakan pemberhentian pencarian korban di hari ke-9.

Operasi ini ditutup dengan apel personel gabungan serta pemberian penghargaan dari Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii kepada seluruh unsur SAR yang terlibat. Prosesi itu dilakukan di selasar gedung lama pesantren.

Sementara di lokasi ambruknya gedung, sudah tak terlihat material yang menumpuk. Tersisa kerikil pecahan beton yang berserakan, ada pula sedikit bilah sisa besi-besi konstruksi yang masih tertancap di tanah. Ada pula dua ekskavator dan satu alat berat crane yang terparkir.

“Dengan demikian operasi pencarian dan pertolongan korban resmi saya tutup,” kata Syafii saat memimpin apel.

Pernyataan pemberhentian pencarian korban berbarengan dengan pembersihan material bangunan serta di pastikan sudah tidak ada lagi korban yang tertinggal di bawah puing-puing.

Diketahui insiden tersebut terjadi pada Senin (29/9) sore, Gedung tiga lantai termasuk musala yang berada di asrama putra Ponpes Al Khoziny tiba-tiba ambruk.

Saat kejadian ratusan santri putra sedang melangsungkan salat Ashar berjamaah di Gedung yang masih tahap pembangunan tersebut.

Kejadian yang sangat cepat itu membuat banyak santri yang tidak sempat menyelamatkan diri. Namun puluhan santi putra dapat berhasil lolosa dari insiden berdarah tersebut.

Hingga akhir pencarian, Selasa (7/10), Basarnas mencatat korban ambruknya Gedung Pondok Pesantren Al Khoziny berjumlah total 171 orang. Terdiri dari 104 selamat, 67 meninggal dunia, termasuk 8 body part atau bagian tubuh.

Lamanya pencarian hingga memakan waktu 9 hari karena evakuasi ini terletak pada kondisi fisik bangunan dan keterbatasan ruang manuver alat berat.

Terlebih, sebagian material reruntuhan masih terhubung dengan struktur bangunan lain yang berdiri berdampingan, sehingga membutuhkan ketelitian ekstra dalam proses pemotongan dan pengangkatan.

Selain itu, area lokasi yang sempit juga membuat pergerakan alat berat terbatas. Alhasil, hanya dua unit alat berat yang bisa dioperasikan secara bersamaan di lokasi, sehingga proses pengangkutan material harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan bergantian.

Insiden ambruknya Gedung Ponpes Al Khoziny ini merupakan korban terbesar di sepanjang tahun 2025.