Plastik atau Plastik Biodegradable yang Lebih Aman ? Berikut Penjelasannya ?

Ilustrasi plastik (istimewa).

Plastik atau Biodegradable yang Lebih Aman ? Berikut Penjelasannya ?

Prolite – Plastik biasa kita gunakan sehari-hari untuk membungkus barang maupun makanan Ketika habis membeli sesuatu.

Penggunaan yang sering kita pakai dipilih karena relative kuat, ringan, tanah air, mudah di temukan dan pastinya dengan harga yang murah.

Lantas apalagi yang kurang dari ini ? Satu hal yang kurang dari plastiik, yaitu sulit terurai di alam sehingga mengakibatkan pencemaran lingkungan karena menurunnya kualitas air dan tanah.

Plastik sendiri merupakan material yang terhitung baru, mulai digunakan pada tahun 1930-an.

Namun penggunaan material ini sendiri terus meningkat tajam pada tahun 90-an dan terus meningkat hingga ratusan juta ton per tahun. Dan saat ini hampir semua produk yang beredar di pasaran dijual menggunakan material plastik.

Coba lihat sekeliling Anda, berapa banyak pembungkus yang digunakan untuk mengemas makanan? Untuk satu porsi soto ayam yang Anda beli misalnya, penjual akan menggunakan untuk membungkus kuah soto, isi soto seperti bihun, kol, toge, dan ayam, jeruk nipis, dan sambal.

Untuk satu porsi soto ayam, menggunakan 4 buah pembungkus aneka ukuran. Sangat banyak bukan? Atau saat Anda mengadakan pesta menggunakan peralatan makan sekali pakai, bayangkan berapa banyak sampah plastik yang dihasilkan?

Masih banyak lagi penggunaan material seperti ini dalam keseharian kita.

net
net

Namun apa kalian tau ada material yang lebih ramah lingkungan untuk digunakan dalam keperluan sehari-hari seperti plastik biodegradable yang terbuat dari senyawa dalam tanaman maupun hewan.

Plastik biodegradable pada umumnya yang dibuat dari bahan dasar minyak bumi seperti petroleum, gas alam dan batu bara.

Biodegradable ini terbuat dari selulosa, kolagen, protein, lipid, ataupun chitosan yang diambil dari ekstraksi tanaman dan hewan.

Jika material plastic yang bias akita gunakan dapat terurai setelah 50-100 tahun kemudian sedangkan biodegradable jauh lebih cepat terurai.

Jadi bagaimana apakah masih akan menggunakan pembungkus makanan dengan plastic biasa atau akan menggunakan biodegradable.




Di Balik Kode Kemasan Plastik : 7 Simbol yang Harus Konsumen Kenali

Prolite – Di era konsumsi masa kini, kita seringkali melibatkan diri dengan berbagai produk yang datang dalam kemasan plastik. 

Namun, seberapa banyak dari kita yang benar-benar memahami makna di balik simbol-simbol kecil yang tertera pada kemasan tersebut? 

Simbol-simbol yang tertera pada botol air minum, serta pada tempat makanan itu ternyata mempunyai arti penting. 

Mari kita gali pengetahuan mengenai 7 simbol kemasan plastik yang seharusnya tidak luput dari perhatian kita.

Jenis-jenis Simbol Kemasan Plastik

Simbol-simbol yang ada pada kemasan plastik – ruparupa

Berikut penjelasan lebih rinci untuk masing-masing simbol tanda panah  dengan nomor 1 hingga 7 pada kemasan plastik:

Nomor 1 (PETE atau PET – Polyethylene Terephthalate)

  • Penggunaan Umum: Botol air minum, botol minuman ringan.
  • Daur Ulang: Bisa didaur ulang menjadi serat dan kain.

Nomor 2 (HDPE – High-Density Polyethylene)

  • Penggunaan Umum: Botol susu, botol sampo.
  • Daur Ulang: Bisa didaur ulang menjadi botol, pipa, dan produk plastik lainnya.

Nomor 3 (PVC – Polyvinyl Chloride)

  • Penggunaan Umum: Kemasan pipa, mainan anak-anak, beberapa kemasan makanan.
  • Daur Ulang: Tidak semua tempat memiliki fasilitas daur ulang untuk PVC.

Nomor 4 (LDPE – Low-Density Polyethylene)

  • Penggunaan Umum: Kantong plastik, kemasan makanan ringan.
  • Daur Ulang: Bisa didaur ulang menjadi kantong plastik dan produk lainnya.

Nomor 5 (PP – Polypropylene)

  • Penggunaan Umum: Wadah makanan, tutup botol.
  • Daur Ulang: Bisa didaur ulang menjadi wadah, tali, dan produk plastik lainnya.

Nomor 6 (PS – Polystyrene)

  • Penggunaan Umum: Wadah makanan ringan, foam packing.
  • Daur Ulang: Daur ulang terbatas karena tidak semua fasilitas daur ulang menerima polystyrene.

Nomor 7 (Other)

  • Penggunaan Umum: Produk terbuat dari campuran bahan atau jenis plastik lainnya.
  • Daur Ulang: Tergantung pada jenis plastik yang digunakan; perlu pengecekan lebih lanjut.

Simbol beserta contoh barangnya –

 

Memahami simbol-simbol pada kemasan plastik penting untuk konsumen bertanggung jawab terhadap lingkungan. 

Meskipun beberapa plastik dapat didaur ulang, hal ini tidak selalu terjadi di semua tempat. Kesadaran akan jenis plastik dan upaya mengurangi plastik sekali pakai membantu menciptakan lingkungan yang lebih bersih. 

Kesadaran dan tindakan bersama mampu menciptakan lingkungan berkelanjutan bagi generasi mendatang.




Bahaya Kandungan BPA pada Bahan Plastik

JAKARTA, Prolite – Kemasan plastik sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan ini sudah jadi bagian hidup kita. Dari mulai tempat makan hingga tempat minum semua menggunakan bahan plastik.

Namun tidak semua plastic aman untuk di gunakan, apakah anda tau ada kandungan BPA?  BPA adalah bahan kimia industri yang digunakan untuk membuat plastik polikarbonat dan resin epoksi. Bahan kimia ini sangat berbahaya untuk tubuh kita.

Apa masih ada bahan plastic yang tidak ada kandungan BPAnya? Pasti ada. Mari kita kenali kode yang ada pada bagian bawah kemasan plastic yang anda punya.

Kode klasifikasi plastik ini berbentuk logo segitiga berpanah yang berisi angka 1-7, yang masing-masing menjelaskan bahan baku pembentuknya. Untuk angka 7, ada empat jenis plastik yang termasuk dalam kategori ini, yaknistyrene acrylonitrile(SAN),acrylonitrile butadiene styrene(ABS),polycarbonate(PC), dan nilon. Dari keempat bahan ini, SAN dan ABS boleh dijadikan kemasan makanan dan minuman. Bahan PC dilarang karena bahan tersebut mengandung BPA yang dapat menyebabkan beberapa risiko kesehatan.

Kemasan plastik dengan kode 7 dan keterangan BPA free atau bebas BPA, menunjukkan bahwa kemasan tersebut aman digunakan karena berarti bahan baku pembuatnya bukan PC.

BPA bukan hanya ada pada tempat makan atau botol air minum. Tapi dalam galon guna ulang juga bisa terdapat BPAnya.

Dampak kesehatan yang berpotensi ditimbulkan BPA pada galon guna ulang terjadi dalam konteks bahan kimia pembentuk polikarbonat itu berpindah ke bahan pangan (makanan dan minuman) atau yang disebut dengan “migrasi”.

Lalu dampak kesehatan itu juga terjadi dalam konteks tingkat asupan BPA ke dalam tubuh manusia melalui konsumsi pangan tadi, atau yang disebut “paparan”.

Ahli polimer dari Universitas Indonesia, Mochamad Chalid mengatakan BPA bisa mengalami pelepasan akibat terjadinya proses hidrolisis (reaksi kimia dimana molekul air memecah ikatan kimiawi) pada suhu dan dalam waktu tertentu. Jadi, kuncinya adalah suhu dan waktu.

“Perlunya kita memperhatikan suhu saat galon guna ulang dalam proses produksi, distribusi ke konsumen, dan penggunaan ulang limbahnya sebagai campuran bahan baku pada produksi berikutnya,” sebutnya.

Bukan hanya bahan yang digunakan yang dapat meyebarkan penyakit tapi penggunaan dengan cara di sikat dan penyimpanan gallon yang langsung terkena sinar matahari juga berbahaya.

Selain itu, penggunaan berulang kali galon polikarbonat bisa makin meningkatkan potensi migrasi BPA, apalagi kita tahu tak ada aturan yang membatasi usia dan masa pakai galon guna ulang. (*/Ino)