“Tong Bullying”: Tak Ada Tempat Untuk Perundungan !!

Tong Bullying

“Tong Bullying” Tuntut Dewan Suarakan Stop Bullying

BANDUNG, Prolite – Sekitar 10 orang tua murid korban bullying mengadu ke DPRD Kota Bandung. Para orang tua ini tergabung dalam ‘Tong Bullying’ menuntut DPRD agar turut menyuarakan stop bullying.

Tong Bullying terbentuk atas keresahan para orang tua korban, pasalnya anak-anak mereka menjadi korban bullying hingga mereka masih ada yang trauma hingga saat ini.

Disampaikan Rinaldi salah seorang perwakilan orang murid yang tergabung di Tong Bullying, bahwa isu bullying meresahkan dan membuat orang tua siswa tidak tenang, baik itu di sekolah dan di tengah masyarakat sosial.

“Bahkan ada yang berakibat kepada kematian. Sejauh ini ada kasus yang terekspos, namun tidak menutup kemungkinan ada juga yang tidak terekspos,” ungkapnya.

Tong Bullying

Selama 2023 kata dia ada 4 kasus yang terekspos di Kota Bandung di antaranya, Juni 2023 di Cicendo kasus bullying secara fisik oleh anak SMP mengancam hingga melakukan pembunuhan.

“Ini di luar nalar kalau anak SMP sudah bisa melakukan ancaman hingga pembunuhan, ” tuturnya.

Setelah itu, September 2023 terjadi di Kiaracondong KPAD, siswi SMP dipukuli dan ditempeleng. Selanjutnya, terjadi di SMP plus Baiturrohman siswa SMP ramai-ramai melakukan bullying dengan memasangkan helm ke korban dengan ditendang dan dorong.

“Itu menurut saya sudah kriminal, ” tegasnya.

“Saya merinding anak SMP sudah sanggup melakukan itu, ” ujarnya

Terakhir terjadi pada April 2024 di Arcamanik terjadi aksi bullying sampai meninggal, dengan cara dipukuli.

Selama ini, kemungkinan yang terekspos termasuk yang sudah fatal, mungkin saja ditutupi. Berangkat dari situ, lanjutnya perwakilan orang tua salah satunya menyampaikan aspirasi dan kegiatan kongkret dari pemerintah.

“Ini menyangkut masa depan. Kalau mental anak kita terkontaminasi bullying, terbayang nanti sudah besar seperti apa,” ujarnya.

Di sisi lain, Kota Bandung masuk ke dalam kota layak anak, tapi di mana fungsi pemerintah dan sekolah, sampai sampai ada kasus bullying.

Harapannya, ke depan apa yang dilakukan di kota Bandung bisa dilakukan di kota lain.

Menurut Rinaldy, pihaknya menyadari lingkungan pertama bagi utama ada di orang tua. Namun ini harus diselesaikan secara sistematis.

“Karena, Pagi dan malam anak-anak bersama orang tua, tapi selama siang hari sampai sore hari ada di sekolah dan lingkungan sosial. Harus ada peran dari keluarga dan sekolah, tapi harus ada aturan yang menaungi yaitu dibuat oleh pemerintah, ” jelasnya.

Tong Bullying

Menanggapi hal ini, Anggota Komisi D DPRD Kota Bandung, Firaldi Akbar mengapresiasi aspirasi para orang tua korban yang tergabung dalam Tong Bullying ini.

Dia pun membenarkan bahwa kasus bullying di kota Bandung cukup tinggi.

“Di Kota Bandung saja, terjadi aksi bullying sekitar 208 kasus, ” katanya.

Aksi bullying ini harus ada kontrol sosial yang keras. Karena bullying gak bisa dikontrol secara lemah.

“Tapi kita juga jangan membuli, tapi kita harus melakukan pendamping, ” katanya.

Kata dia di DP3A ada satgassus anti bullying, tapi juga kerap terjadi keterbatasan. Karenanya butuh kontrol sosial yang kuat terhadap aksi bullying.

“Aksi bullying dilakukan oleh orang yang kuat terhadap yang lemah. Makanya ini yang membuat beberapa pihak tidak leluasa bertindak. Kalau yang melakukan aksi bullying anak pimpinan kami, kan repot, ” tuturnya.

Kepada program ini, saya akan support sepenuhnya, tapi saya juga titip nasib masa depan anak-anak Kota Bandung.

“Ini bisa diselesaikan kok, sekarang teman-teman semangat menjalankan program ini,” tegasnya.




Vincent Rompies Beserta 8 Orang Lainnya Memenuhi Panggilan Penyidik

Vincent Rompies memenuhi panggilan penyidik (Insertlive).

Vincent Rompies Beserta 8 Orang Lainnya Memenuhi Panggilan Penyidik

Prolite – Vincent Rompies akhirnya buka suara setelah nama anaknya terseret dalam kasus bullying yang terjadi di Binus School Serpong beberapa waktu lalau.

Usai video penyiksaan tersebar di media sosial, bajkan korban penyiksaan dari Geng Tai diketahui harus menjalankan perawatan di rumah sakit karena kekerasan yang di terimnya.

Polisi telah menerima laporan terkait kasus penyiksaan yang terjadi di Binus School Serpong dan telah melakukan pemeriksaan terhadap 8 siswa yang terlibat.

Polres Tanggerang Selatan memanggil siswa yang terlibat dan melakukan pemeriksaan salah satunya adalah anak dari Vincent Rompies.

“Pertama, saya sangat berempati atas kejadian atau peristiwa yang terjadi saat ini,” ujar Vincent di Polres Tangsel setelah menjalani pemeriksaan, Kamis (22/2).

Banyak pertanyaan yang diberikan penyidik kepada Vincent atas kasus anaknya, namun dirinya berharap kasus ini bisa selesai dan menemu jalan damai kepada pelapor.

Bukan hanya itu ia juga menjelaskan harapannya bisa membuka komunikasi dengan korban bullying dan dapat di selesaikan secara kekeluargaan.

“Doakan juga sekali lagi saya masih membuka pintu komunikasi dengan pelapor. Untuk biar ini semua masalah bisa diselesaikan secara baik-baik dan kekeluargaan,” kata Vincent di Polres Tangsel, Kamis (22/2/2024).

Bukan hanya Vincent Rompies saja yang di panggil oleh pihak kepolisian, pengacara salah satu pelaku, Bontor Tobing, mengatakan kliennya diperiksa terkait kronologi tindakan perundungan.

Dan masih banyak lagi orang tua-orang tua yang juga anaknya ikut terlibat kasus tersebut.




Aksi Perundungan Binus School Melibatkan 8 Orang yang Diketuai Agit

Aksi perundungan di Sekolah Internasional Binus School Serpong (Instagram).

Aksi Perundungan Binus School Melibatkan 8 Orang yang Diketuai Agit

Prolite – Dalam kasus perundungan yang terjadi di Sekolah Internasional Binus School Serpong terdapat sosok yang perperan kuat didalamnya.

Aksi bullying yang dilakukan sekelompok geng yang menamai Geng Tai hingga membuat korbannya harus di rawat di RS ternyata diketuai oleh Agit.

Dalam informasi yang beredar bahwasannya kelompok Geng Tai ini memang sering nongkrong di sebuah toko kecil yang berada di belakang sekolah.

Dikutip dari akun Instagram Lambe Danu, ibu korban turut membeberkan kegiatan dari Geng Tai ini.

“Mereka berkumpul di toko tersebut setiap hari sepulang sekolah untuk melakukan kegiatan menyimpang yang mungkin mengandung unsur kriminal, seperti kekerasan, merokok di bawah umur, dan vaping,” ungkapnya.

Twitter bospurwa
Twitter bospurwa

Lantas siapa sosok Agit ini?

Agit sendiri adalah anggota geng Tai yang duduk di bangku kelas 12.

Agit mengendalikan semua yang ada di geng.

Geng ini sudah berdiri selama 9 generasi.

Agit tersebut akan merekrut anggota untuk bergabung dengan geng-geng ini, dan imbalan untuk bergabung dengan geng-geng ini bervariasi, seperti ditawari uang untuk bergabung, memiliki akses ke tempat parkir dekat binus.

Namun imbalan utama yang membujuk orang untuk bergabung adalah STATUS di sekolah.

Di binus, anak laki-laki diketahui memiliki status hierarki yang lebih tinggi ketika mereka bergabung dengan geng,” tulisnya.

Namun ada beberapa peraturan yang harus di ikuti untuk seluruh anggota Geng Tai jika ingin terus bergabung.

Dalam keterangan tersebut calon anggota baru akan dikumpulkan di warung-warung, di mana para orang tsb akan mengambil kendali dan meminta mereka untuk melakukan perilaku menyimpang.

Seperti meneriakkan nama, membelikan makanan untuk para penghasut dan mengikuti perintah yang mereka minta, namun yang terpenting bagi mereka, MEREKA HARUS DIHUKUM SECARA FISIK.

Mereka juga melecehkan calon anggota baru, untuk menunjukkan apakah mereka layak menyandang gelar anggota geng.

Bahkan dalam kejadian perundungan itu terjadi terdapat hingga 40 orang yang juga terlibat mereka memiliki peran masing masing bahkan ada yang hanya ikut menertawakan hingga merekam aksi perundungan terjadi.

Dikutip dari Instagram @berita_gosip, ada 8 nama pelaku yang memiliki peran dalam perundungan terjadi diantaranya:

  1. Kea**: Menyundut rokok, mukul hingg membakar tangan korban dengan korek api.
  2. Gav**: memukul, mengancam akan membunuh dan melecehkan serta menjambak.
  3. Ma**: memaki dan memukul
  4. Tom**: menendang kaki korban, menonjik perut dan memiting korban
  5. Zahr**: mengintruksi “kaderisasi’, push up, squat gendong orang, cubit dada 20x
  6. Legol**: mengikat di tembok pakai yali gorden, memegang tangan korban dari belakang
  7. Ela**: mencekik leher
  8. Ra**: memukul perut korban.

Karena aksi dari ke 8 tersangka kini korban harus mendapat perawatan di rumah sakit karena luka yang dideritanya.




Kasus Perundungan Binus School Serpong Menyeret 3 Anak Pesohor

Anak Vincent Rompies diduga terlibat dalam aksi perundungan (Instagram Vincent Rompies).

Kasus Perundungan Binus School Serpong Menyeret 3 Anak Pesohor

Prolite – Kasus Perundungan yang terjadi di sekolah Internasional Binus School Serpong melibatkan beberapa anak pesohor.

Sebelumnya sempat ramai unggahan dari akun media sosial Twitter yang menyebutkan salah satu tersangka merupakan anak dari host terkenal Vincent Rompies.

Kini viral netizen Twitter dengan akun @Yochi*** mengungkapkan dua nama yang merupakan anak dari pesohor yang terlibat dalam kasus tersebut.

Aksi bullying melibatkan anak Vincent Rompies (Twitter bospurwa).
Aksi bullying melibatkan anak Vincent Rompies (Twitter bospurwa).

“Leg*** anaknya Vincent, Tri*** Tobing anaknya dokter Edwin Tobing.”

“Ra*** anaknya presenter Arief Suditomo.”

“Sejauh ini yang bapaknya diketahui,” demikian cuitan akun itu.

Meski begitu, belum diketahui secara pasti kebenaran cuitan dari warganet X tersebut.

Meski dalam unggahan tersebut tidak menyebutkan secara rinci soal keterlibatan anak pesohor dalam kasus bullying yang terjadi di warung sebrang sekolah Binus School Serpong.

Pihak kepolisian telah menerima laporan atas kasus ini dan anak melakukan pemeriksaan atas kasus perundungan yang mengakibatkan korbannya masuk rumah sakit.

Perundungan diduga terjadi dua kali di waktu yang berbeda. Polisi akan menggali keterangan dari saksi-saksi seperti pihak korban dan keluarganya.

Dari pihak sekolah Binus Internasional School Serpong juga tidak tinggal diam pihaknya tengah dalam upaya memanggil siswa yang diduga terlibat dalam kasus ini termasuk anak dari seleb VR.

Pihak sekolah memanggil nama-nama yang diduga terlibat guna untuk mencegah hal serupa tidak terjadi lagi di wilayah sekolah Binus ini.

Setelah kasus ini mencuat pihak sekolah akan menindak tegas siswa yang terlibat dengan memberikan sanksi hukuman berat yakni drop-out atau dikeluarkan dari sekolah.




Bahaya ! Aksi Perundungan Terjadi Lagi , Tersangka 3 Siswi SMP di Kota Bandung

Ilustrasi perundungan oleh siswi SMP di Kota Bandung.

Bahaya ! Aksi Perundungan Terjadi Lagi , Tersangka 3 Siswi SMP di Kota Bandung

BANDUNG, Prolite – Peristiwa perundungan atau bullying yang dilakukan oleh anak sekolah terjadi lagi kali ini di Kota Bandung.

Video yang viral di media sosial Whatsapp memperlihatkan sejumlah siswi SMP di Kota Bandung melakukan aksi perundungan terhadap temannya.

Dalam rekapan tersebut terlihat seorang remaja wanita yang sedang di interogasi oleh teman-temannya.

Saat sedang di interogasi tak lama berselang salah seorang tersangka melakukan pemukulan di bagian lengan korban di susul dengan tamparan.

Istimewa tangkapan layar
Istimewa tangkapan layar

Tampak juga dalam video tersebut korban menangis kesakitan bahkan berkali kali meminta maaf, namun tangisan korban tidak di hiraukan oleh para tersangka perundungan.

Diketahui bahwa aksi tak terpuji tersebut terjadi di Lapangan Kompleks KPAD, Pindad, Kota Bandung pada Sabtu 30 September 2023 lalu.

Korban yang sudah melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Kiaracondong dan selanjutnya di limpahkan ke Polrestabes Bandung.

Kapolresta Bandung, Kombes Pol Budi Sartono angkat bicara perihal aksi perundungan yang dilakukan oleh siswi SMP di Kota Bandung.

“Betul, kemarin Kami mendapatkan pelimpahan dari Polsek Kiaracondong, adanya kasus bullying, pelaku yang masih di bawah umur, semuanya perempuan dan sekolah di SMP,” kata Budi di Polrestabes Bandung, Senin 2 Oktober 2023.

Menurut pemeriksaan Budi mengungkapkan, korban mendapatkan kekerasan fisik oleh tersangka di bagian wajah.

“Pelaku memanggil korban ke lapangan dan melakukan bullying, ditampar, didorong juga. Korban menangis,” ungkapnya.

Masalah ini sudah di tangani oleh unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Bandung karena korban dan tersangka masih di bawah umur dan berstatus siswi SMP.

Untuk mendalami motif dari perundungan yang dilakukan oleh siswi SMP tersebut maka unit PPA Polrestabes Bandung mengamankan ketiga tersangka.




Korban Perundungan di SMPN 2 Cimanggu Alami Patah Tulang Rusuk

Ilustrasi Bullying.

Korban Perundungan di SMPN 2 Cimanggu Alami Patah Tulang Rusuk

Prolite – Kasus perundungan atau yang biasa di kenal dengan bullying masih sering terjadi di kalangan pelajar bahkan dengan bangganya tersangka mengabadikan momen tersebut hingga bergaya di depan camera.

Kali ini Penganiayaan tersebut terjadi di SMP Negeri 2 Cimanggu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Akibat penganiayaan tersebut FF (44) tahun korban perundungan tem,annya tersebut sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit.

Korban mengeluh bagian dadanya sesak. Kasat Reskrim Polresta Cilacap Kompol Guntar Arif Setyoko menjelaskan, korban mengeluhkan dada sesak sejak semalam.

Polresta Cilacap juga menyatakan korban mengalami patah tulang rusuk dan harus dioperasi. Saat ini tengah dirawat intensif di RS Margono Soekarno Purwokerto.

detik
detik

“Hasil rontgennya ada patah tulang rusuk. Makanya membutuhkan penanganan yang lebih intensif kita rujuk ke Margono,” kata Kasat Reskrim Polresta Cilacap, Jawa Tengah, Kompol Guntar Arif Setyoko.

Video penganiayaan tersebut viral di media sosial, saat kejadian berlangsung korban yang di saksikan oleh banyak teman-temannya tidak bisa berbuat apa-apa.

Tribun Jateng
Tribun Jateng

Kedua tersangka mengancam teman-temannya yang menyaksikan penganiayaan, kini polisi telah mengamankan kedua tersangka penganiayaan yang masing-masing berinisial MK (15) dan WS (14).

Belum juga usai permasalahan perundungan di SMP 2 Cimanggu kini ada lagi kasus serupa dan di tempat yang sama.

Video viral yang terjadi pada Senin 25 September 2023, terjadi penganiayaan di lokasi yang sama saat FF dianiaya oleh temannya.

Menurut pengakuan korban kali ini kelas 8 yang nantangin adik kelasnya yakni kelas 7, namun adik kelas yang di tantangin tersebut mengadu ke kaka kelasnya.

Guntar mengatakan, siswa yang terlibat dalam video itu juga dari sekolah yang sama dengan siswa yang terlibat dalam aksi perundungan di video sebelumnya yang jadi sorotan.

“Sudah (ditangani). Bersamaan dengan video yang viral, video yang satu juga kita lidik sekalian,” jelasnya.

Guntar menyatakan kasus dugaan perkelahian anak tersebut juga ditangani sesuai hukum acara peradilan anak. Menurutnya, aksi kekerasan yang terjadi pada video viral kedua itu adalah perkelahian, bukan perundungan atau penganiayaan.




Kasus Kekerasan Anak Kian Marak, DP3A: Butuh Perhatian Serius!

bullying-kekerasan anak-perundungan

Edukasi Cegah Kekerasan Anak, DP3A Keliling Sekolah

BANDUNG, Prolite – Kasus kekerasan anak atau biasa disebut perundungan atau bullying saat ini banyak bermuncul, yang paling menghebohkan beberapa hari lalu adalah kasus di salah satu SMPN di Cilacap Jawa Tengah setelah sebelumnya kasus siswi SD dicolok matanya oleh kakak kelasnya.

Menanggapi itu Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung Uum Sumiati membenarkan bahwa kasus kekerasan anak banyak terjadi disekolah.

Karena itu selain memang memberikan edukasi ke sekolah pihaknya juga berkerjasama dengan forum anak Kota Bandung (Forkab) melaksanakan program ‘Abah Cekatan’ (aksi barudak Bandung cegah kekerasan anak).

“Aksi mereka ini sudah setahun lebih baik secara keliling langsug atau online seperti sempat di car free day, kampanye cegah dan berani lapor jika ada kekerasan antara teman sebayanya,” ujar Uum saat dihubungi.

DP3A sendiri kata Uum, tengah keliling ke 18 kecamatan dan baru 4 kecamatan yang didatangi guna penguatan edukasi tindak kekerasan kerjasama dengan kewilayahan, pol pp, kader PKK atau posyandu, babin kamtibmas, Babinsa, dan karang taruna.

“Semua jenis kekerasan di lingkungan rumah keluarga tapi kalau di sekolah itu kerjasama dengan forkab dan kepala sekolah termasuk pada waktu menjelang ppdb kita sudah mengumpulkan para kepala sekolah terkait untuk tidak terjadi kekerasan disekolah, dan ada yang langsung bermitra dengan forkab itu,” tegasnya.

“Ya kebetuan kita ambil yang tertinggi kasusnya yang jadi prioritas aja yang 18 itu. Kalau kasus kekeraasan ada di semua kecamatan. Kota Bandung ini tertinggi se-Jawa Barat,” ucapnya lagi.

Bila kasus tertinggi itu, kata Uum jangan dianggap selalu negatif terlebih ada program pemerintah pusat ke daerah dimana harus mengenjot pencegahan kekerasan.

Kata Uum, kekerasan perempuan dan anak ini seperti fenomena gunung es, namun semakin tinggi angka tercatat artinya perempuan yang mengalami kekerasan sudah berani lapor atau speak up.

“Abah Cekatan sendiri anak-anak menjadi pelopor cegah dan pelapor bila terjadi kekerasan. Dampak menyosialisaikan ini jadi banyak yang lapor ke kami UPT PPA sehingga tercatat otomatis angkanya naik. Jadi ada baiknya kalaupun naik berarti juga berani melapor ke kami, kasus muncul 3 4 tahun ke belakang itu karena tidak berani dan sekarang berani speak up,” pungkasnya.




Maraknya Perundungan Siswa, Gadget Jadi Salah Satu Faktor

Maraknya Perundungan Siswa, Gadget Jadi Salah Satu Faktor

BANDUNG, Prolite – Perundungan siswa hingga saat ini masih saja terjadi dan para siswa seolah tak jera, terus saja melakukan perundungan itu.

Melihat itu Pelaksana Harian Wali Kota Bandung Ema Sumarna mengingatkan peran guru dan orang tua siswa agar mengawasi penggunaan gawai (gadget) oleh anak-anak.

Pengawasan ketat dari guru dan juga orang tua siswa menjadi kunci utama pengendalian potensi hal negatif yang dilakukan siswa, seperti misalnya perundungan.

“Saya tidak berkesimpulan perundungan terjadi seutuhnya karena (kehadiran) gadget. Tetapi sedikit banyaknya perundungan terjadi karena tidak bijak menggunakan gadget,” kata Ema usai rapat koordinasi bersama seluruh kepala sekolah, di SMP Negeri 2 Bandung, Kamis 14 Juni 2023.

Ema mengingatkan, penggunaan gawai oleh anak usia sekolah sebaiknya ditujukan untuk alat komunikasi dengan orang tua saja.

“Untuk berkomunikasi, misalnya dengan ibu atau bapaknya, memberi kabar akan dijemput pukul berapa, atau menanyakan kondisi kesehatan. Sesuai fungsi alat komunikasi itu saja,” katanya menambahkan.

Ia pun memberi saran agar para sekolah memberlakukan aturan yang pada prinsipnya meminimalisir penggunaan gawai di jam pelajaran. Kata Ema, gawai tersebut bisa saja dititipkan ke pihak guru di sekolah.

Meski begitu, ia menekankan langkah ini sebagai saran saja. Ia menyerahkan kepada pihak sekolah terkait penerapannya.

“Ini bukan arahan. Hanya memberi saran saja. Apakah itu dimungkinkan? Saya rasa rekan-rekan kepala sekolah ini yang bisa menjawab,” ucapnya.

Lebih lanjut, Ema juga mengingatkan agar tidak ada lagi aksi perundungan dalam ajang masa pengenalan lingkungan sekolah bagi peserta didik baru.

Menurutnya, tidak ada argumen apapun yang membenarkan tindak kekerasan saat ajang tersebut.

“Kalau di institusi militer, misalnya, itu lain hal ya. Tetapi ini kan anak SD, anak SMP. Saya rasa tidak layak (diterapkan kekerasan dalam masa pengenalan lingkungan sekolah),” ujarnya.

Di ruang lingkup sekolah, Ema mengingatkan peran guru Bimbingan Konseling (BK) agar lebih aktif menelusur potensi penyimpangan tindakan oleh siswa.

“Saya harap jangan baru bertindak saat sudah ada kasus. Dan saya ingatkan sinergi orang tua dan guru adalah dua hal utama. Di luar jam sekolah, para siswa didik merupakan tanggung jawab orang tua,” pungkasnya.




Ridwan Kamil: Ada Perundungan, Lapor!

Stop Perundungan

KOTA BEKASI, Prolite – Dalam rangka silaturahmi dan sosialisasi program Sistem Terintegrasi Olah Pengaduan Perundungan (Stopper), Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, kunjungi SMK Negeri 2, Bantargebang, Kota Bekasi bersama Plt. Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto pada Rabu, (29/03)

Kedatangan Gubernur Jawa Barat dan Plt. Wali Kota Bekasi disambut hangat oleh para perwakilan siswa/i SMA/SMK se- Kota Bekasi yang hadir disana untuk menyimak arahan dan materi yang akan disampaikan.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, jajaran Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat KCD Wilayah III, Camat Bantargebang, Cecep Miftah Farid, dan Kepala Bagian Humas, Amsiyah.

Baca Juga : Bunda Literasi: STOP Bullying!

“Di era digital dan dengan segala kemudahan akses mendapatkan informasi terutama dari Media Sosial, adik-adik harus lebih berhati-hati dalam menerima informasi. Ambil informasi dari sumber-sumber terpercaya dan pandai memilah informasi yang berimbang. Jangan termakan clickbait negatif yang cenderung menyudutkan satu pihak, penting juga perbanyak sumber bacaan yang tentunya berkredibilitas,” ucap Ridwan Kamil.

Selain berhati-hati dalam menggali informasi dari Media Sosial, Ridwan Kamil pun fokus kepada hal-hal terkait perlindungan siswa/i terhadap tindakan perundungan/bullying di lingkungan sekolah.

Maka dari itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat meluncurkan program Sistem Terintegrasi Olah Pengaduan Perundungan (Stopper) yang bertujuan untuk meminimalisir aksi perundungan sekaligus memberikan rasa aman kepada siswa/i yang mana platform Stopper tersedia sebagai media pelaporan atau pengaduan.

Baca Juga : Perbaikan Jalan Provinsi Dipantau Gubernur Jabar

Ada empat komponen dalam sistem Stopper. yakni konsultasi, laporan aduan, edukasi, dan pendampingan.

“Kami punya sistem Stopper yang mana siswa/i bisa melapor via WhatsApp, via QR Code, via website, maka sekarang siswa/i di Jabar bisa tenang, setiap pelaporan atau pengaduannya akan direspon, karena kalau tidak direspons akan jadi catatan, dan pesan saya, tanamkan dan praktikan pertemanan yang positif, stop perundungan, justru sesama teman saling bangun sikap-sikap positif yang berdampak baik bagi karakter diri dan juga kejarlah prestasi dan cita-cita, hilangkan hal-hal negatif yang dapat mengganggu belajar mengajar di sekolah,” imbuh Ridwan Kamil.

Plt. Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto menyambut baik kehadiran Ridwan Kamil dan juga mengapresiasi kehadiran program Stopper dan berharap dapat meminimalisir perundungan di lingkungan sekolah.

Baca Juga : Perundungan Terhadap Siswi SMAN 1 Ciwidey

“Program Stopper dari Jabar dapat memberikan perlindungan dan rasa aman kepada para siswa/i sehingga bersekolah pun menjadi lebih nyaman dan siswa/i pun lebih termotivasi untuk belajar lebih rajin serta lebih semangat mengejar prestasi,” ujar Tri Adhianto.

Terakhir, Tri Adhianto pun berpesan, “jaga keamanan dan persatuan dengan tidak tawuran. Stop tawuran mulai dari sekarang, karena sebagai Warga Negara Indonesia, dengan berbagai suku, ras, agama yang beragam, penting bagi generasi penerus Bangsa untuk memperkuat, memperkokoh, dan mempertahankan keutuhan NKRI, agar tidak terpecah belah. Jadikanlah perbedaan untuk menyatukan diri, sebagai satu kesatuan Bangsa Indonesia,” pungkasnya.(rls/red)




Perundungan Terhadap Siswi SMAN 1 Ciwidey

KABUPATEN BANDUNG, Prolite – Beberapa waktu lalu kita sempat dihebongkan dengan tersebarnya video perundungan yang dilakukan oleh seorang siswi berinisial T asal SMAN 1 Ciwidey, Kabupaten Bandung.

Video yang tersebar melihatkan delapan orang pelaku yang sedang melakukan perundungan kepada salah seorang korban. Korban terlihat tangannya dipegangi oleh seorang pelaku sedangkan pelaku lainnya  memukuli korban. Korban juga terlihat menangis sambil jongkok dan menunduk kepalanya.

Orang tua T, Ati (42) membenarkan anaknya menjadi korban perundungan beberapa waktu lalu. Ati juga menjelaskan bahwa ada tiga korban lainnya yang menjadi korban perundungan.

“Ada 3 korban lainnya yang juga dipukuli pada saat itu, mereka dipukuli oleh 8 orang bahkan salah satu diantara mereka sengaja merekam video anak saya lagi dipukuli” jelasnya.

Dalam kejadian ini ati berharap pihak sekolah dapat bertindak tegas terhadap pelaku, pasalnya hingga saat ini pihak sekolah belum melakukan tindakan terhadap pelaku.

Humas sekaligus Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) SMAN 1 Ciwidey Iwan menjelaskan bahwa pihak sekolah sudah ambil langkah atas masalah itu. Sudah ada mediasi dari seluruh siswa yang terlibat dan orang tua siswa  yang bersangkutan yang disaksikan juga oleh Kamtibmas Polsek Ciwidey.

Dari hasil mediasi disepakati untuk berdamai oleh kedua belah pihak dan semua siswa  yang bersalah mendapatkan sanksi yang mendidik dari pihak sekolah.

Kapolresta Bandung Kombes Pol Kusworo Wibowo mengatakan proses mediasi dikedepankan dalam kejadian ini. “Kami dari Polresta Bandung khususnya unit PPA Satreskrim Polresta Bandung langsung hari itu juga turun ke sekolahan tersebut, bersama-sama dengan Bhabinkamtibmas Polsek Ciwidey,” ujar Kusworo di Kecamatan Cilengkrang.

Pihaknya menyebutkan telah mengantongi identitas pelaku. Namun dia belum memutuskan untuk melakukan pidana bagi para pelaku. “Kami sudah dapatkan identitas dari pada pelaku-pelaku. Namun demikian undang-undang perlindungan peradilan anak kan menyebutkan bahwa ultimum remedium, dimana peradilan itu merupakan langkah akhir yang di tempuh setelah upaya yang lain dilakukan,” katanya.

Menurut Kusworo, pihaknya telah melakukan mediasi terhadap para pelaku, korban dan para orang tuanya. Pihak sekolah juga dilibatkan untuk menengahi. Hal tersebut dilakukan guna memberikan pembinaan supaya tidak kembali lagi terjadi. (*/ino)