100 Ribu Pelanggan Air Minum Terganggu Imbas Debit Air Baku Menurun

Debit Air Baku Air Minum Menurun - Situ Cipanunjang

100 Ribu Pelanggan Air Minum Terganggu Imbas Debit Air Baku Menurun

BANDUNG, Prolite – 100 ribu pelanggan air minum Perumda Tirtawening Kota Bandung mengalami gangguan suplay air.

Pasalnya cadangan air baku di situ Cipanunjang mengalami penurunan.

Dari ketinggian maksimal 22 meter sekarang ini tinggal 16 meter, artinya ada penurunan 6 meter.

“Tapi secara operasional hari ini Perumda Tirtawening mengolah air yang disuplay dari sistem ini dari situ Cipanunjang maupun situ Cileunca hanya dapat mengolah sekitar 500 liter per detik. Kita memperoleh air baku dari sistem selatan ini dari buangan turbin PLN itu biasanya mencapai 1400 – 1500 liter per detik,” jelas Direktur Utama Perumda Tirtawening Kota Bandung Sonny Salimi usai meninjau langsung ke situ Cipanunjang Kabupaten Bandung, Jumat (25/8/2023).

Debit Air Baku Air Minum Menurun - Situ Cipanunjang - Sonny Salimi
Direktur Utama Perumda Tirtawening Kota Bandung Sonny Salimi saat meninjau langsung ke Situ Cipanunjang Kabupaten Bandung.

Kata Sonny penurunan ini sudah berlangsung selama satu bulan ini, Perumda memperoleh air tidak lebih dari 1000 liter bahkan sekarang ini hanya memperoleh air baku 500 liter per detik.

Penurunan 1000 liter per detik ini disampaikan Sonny bukan angka yang kecil pasal bila dikonversi 1000 liter per detik itu sama dengan kebutuhan untuk melayani 100 ribu pelanggan.

“Karena 1 liter itu bisa 100 ribu pelanggan nah tentunya kami berharap masyarakat terutama pelanggan dapat memahami kesulitan kami untuk bisa mendistribusikan air yang tinggal sedikit berarti sekitar 30% lagi yang kita olah dari sistem selatan,” ucapnya.

“Tentunya kami dengan rasa menyesal tidak dapat memenuhi kapasitas produksi, sehingga pastinya pelayanan air minum di Kota Bandung sangat terganggu,” ungkapnya seraya meminta maaf kepada pelanggan atas gangguan tersebut.

Lanjut Sonny, seperti biasa pada saat kondisi rawan atau kritis pihaknya tetap berupaya maksimal. Artinya tidak hanya melakukan pelayanan di perpipaan yang debitnya tinggal 30%, sehingga tidak akan pernah menjangkau pelanggan yang jauh dari instalasi seperti di daerah Antapani, Buah Batu, Margahayu, Cibaduyut, dan daerah selatan timur lainnya.

Karena itu, ia akan mencoba mendistribusikan air dengan 14 armada-armada tangki yang ada.

“Jadi silahkan nanti untuk seluruh pelanggan air minum Tirtawening Kota Bandung untuk melakukan komunikasi dan koordinasi dengan santun bahww kita akan layani setiap permohonan. Tidak yang sifatnya individual tetapi kita melayani sifatnya kelompok, setiap tengki saya harapkan bisa melayani untuk 10-20 pelanggan. Kami mohon doa el nino berlalu dan hujan hadir kembali,” harapnya.

Masih kata Sonny selama ini Perumda mengolah masih 24 jam namun kapasitasnya tidak maksimal. Pasalnya biasa bisa 1400 liter per detik sekarang cuma bisa 1000 liter per detik, 1000 itu mengumpulkan air dari sungai yang lain.

Saat ini Perumda hanya mendapat suplay dari sistem selatan ini hanya 500 liter per detik sisanya dari sistem yang lain yakni sungai Cikapundung masih bisa dimanfaatkan sekitar 600 liter per detik.

Sonny mengakui bahwa perumda hanya sebagai operartor air minum jadi hanya mengolah air yang ada kemudian didistribusikan kepada masyarakat. Sedang terkait ketersedian air baku, kata dia 100% tanggungjawab pemerintah.

Karena itu Sonny berharap pemerintah bisa melakukan sesuatu agar kondisi seperti ini tidak berulang, bahkan ia berharap semaksimal mungkin air baku hanya untuk kebutuhan air minum tidak untuk kebutuhan yang lain karena seprt diketahui bahwa dari sistem selatan pihaknya menunggu hasil kegiatan pembangkit listrik.

“Ini perlu kita sepakati bersama ya, mungkin kedepan harus ada regulasi sesuai undang-undang baru, sesuai dengan permen yang ada bahwa air baku air minum adalah prioritas utama dilayani dengan sumber daya air ini,” tuturnya.

Penurunan tinggi air itu jelas Sonny karena ada ketidaksesuain antara suplay ke utara Kota Bandung dengan yang masuk dari selatan situ Cipanunjang maupun Cileunca.

“Itu kan diisi oleh beberapa anak sungai sekarang ini debit anaknya kemarin masih ada 1400 nah sekarang tidak tahu tetapi kebutuhan ke hilir lebih dari segitu, misal hilir 2000 atau 2500 yang masuk 1500 berarti minus 1000 akan menurunkan ketinggian situ situ yang ada disini,” tutupnya.




Sonny: Kenaikan Tarif Sudah Dipahami Pelanggan

BANDUNG, Prolite – Wali Kota Bandung Yana Mulyana dan Ketua DPRD Kota Bandung Tedy Rusmawan meminta Perumda Tirtawening melakukan evaluasi kenaikan tarif air bersih yang sudah berlaku sejak bulan Desember 2022 lalu.

Menanggapi hal itu, Direktur Utama Perumda Tirtawening Sonny Salimi membeberkan bahwa hasil evaluasi kenaikan tarif sejak bulan Desember tahun 2022 ternyata dipahami para pelanggan dan tidak ada pelanggan yang kesulitan bayar.

Memang pada umumnya kata Sonny, pelanggan yang datang bertanya, kenapa ada kenaikan. Dan hasil pendataan sederhana yang pihaknya lakukan di loket pembayaran Badak Singa bulan Desember lalu ada pelanggan yang datang.

Jelas dia, pelanggan yang datang bayar tidak bertanya sebanyak (74%), yang datang komplain atau mengerutu dan bertanya lalu dijelaskan kemudian membayar ada sebanyak 720 (11%). Sisanya 15% pelanggan datang tapi menunda pembayaran karena kurang uang tetapi kemudian datang kembali dan membayar.

“Lihat pergerakan uang yang masuk artinya uang pembayaran jasa air minum, air limbah yang masuk ke Tirtawening jika kita bandingkan sebelum dan sesudah penyesuaian, yang biasa bayar tepat waktu artinya dia bayar tagihan Desember dibayar bulan itu, tagihan Januari dibayar bulan itu ada sebanyak 75 – 76% sekarang bergeser atau berkurang 1% jadi yang tepat waktu 74 – 75% sedangkan yang membayar tidak tepat waktu biasa 10 – 11% sekarang jadi 12 -13%, nah yang menarik yang tidak pernah bayar masih tetap 14%,” ucap Sonny ditemui di ruang kerjanya.

“Untuk yang marah hanya 50 orang. Kami menyimpulkan sosialisasi bisa efektif ketika bertemu langsung dengan pelanggan satu satu dijelaskan. Tapi saya amati bulan kedua ini sudah tidak ada yang bertanya mereka membayar saja, tapi terus terang saya pasti dukung pak wali apapun kebijakan yang akan diputuskan karena beliau juga sebagai owner Tirtawening” bebernya, seraya mengucapkan terima kasih kepada pelanggan setianya yang meski tarif naik namun tetap membayar.

“Sekali lagi saya sampaikan, saya pasti akan dukung apa yang menjadi kebijakan pak wali karena dalam hal ini tentunya bicara tentang biaya air minum atau biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk air minum bukan hanya bicara tentang mahal atau berapa tarif nya tetapi juga yang sekarang ramai dibicarakan karena inflasi katanya, atau hal hal lain yang saya juga tidak terlalu paham karena saya fokus hanya dalam bagaimana biaya operasional itu bisa dipenuhi dengan baik agar bisa memberikan pelayanan yang optimal,” tuturnya.

Kenaikan tarif ini lanjut Sonny memang harus dilakukan, pasalnya nilai invetasi dan lamanya tidak melakukan kenaikan menjadi beban berat terlebih ada 14% atau sekitar pelanggan yang tidak bayar sama sekali.

“Makanya saya sudah minta ke direktur umum dan direktur pelayanan untuk segera Febuari ini melakukan langkah-langkah kepada yang tidak membayar. Ya sesuai regulasi, 2 bulan tidak bayar ditertibkan karena ini membebani kita,” jelasnya.

Lanjut Sonny, untuk masalah ada komponen baru didalam rekening air yakni biaya air limbah, selama ini tidak berbayar alias gratis dan itu pun menjadi beban.

“Ini bukan berarti kami mengendorkan pelayanan di air limbah ya, tetapi ini memerlukan biaya cukup besar. Dan juga kita harus support program 100% open defection free (ODF), itu banyak dari kewilayahan baik kelurahan dan kecamatan meminta bantuan untuk meningkatkan cakupan ODF melalui perpipaan penyedotan. Nah ini kan bukan gratis, kami mengeluarkan effort biaya minimal biaya operasional, biaya perpipaan dan segala macem, lalu kita harus alokasikan dari pendapatan yang mana?,” tandasnya.

Masih kata Sonny, terkait keluhan pelanggan di media sosial menjadi pertimbangannya namun terkadang yang betul pelangan hanya sedikit. Itu dia buktikan saat yang komplain ditanyakan no pelanggan tapi tidak mau memberikan.

“Ini saya sesalkan,” ungkapnya.

Sonny pun menegaskan bahwa dari tagihan yang diterima dari pelanggan setiap bulan itu bisa membiaya kebutuhan operasional dan pemeliharan serta pengembangan.

“Tapi poinnya buat saya, saya akan mempertimbangkan untuk melakukan penertiban bagi 14% atau sekitar 19 ribu pelanggan yang tidak pernah bayar selama 2 tahun terakhir ini. Kami akui ini sisi kelemahan kami SDM kurang. Tarif ini sudah mepet lalu harus kami lakukan efisiensi, maka kegiatan penertiban jadi korban, karena biaya terbatas jadi tidak bisa maksimal kami lakukan penertiban tapi sekarang akan kami lakukan,” tutupnya seraya mengatakan sekali penertiban dibutuhkan biaya operasional sekitar 250 – 300 ribu rupiah. (*/kai)




Tekan Inflasi, Dishub dan Tirtawening Diminta Evaluasi

ilustrasi - inflasi kota bandung

BANDUNG, Prolite – Demi tekan inflasi, Wali Kota Bandung Yana Mulyana dan Ketua DPRD Kota Bandung Tedy Rusmawan meminta Perumda Tirtawening melakukan evaluasi kenaikan tarif air bersih yang sudah berlaku sejak bulan Desember 2022 lalu. Begitupun untuk kenaikan tarif parkir yang kini sedang dibahas di bagian hukum Pemkot Bandung agar ditunda.

“Kami apresasi pemkot akan evaluasi tarif air bersih Tirtaweng maupun parkir. Untuk tarif parkir sudah dirilis ditunda berarti tarif menggunakan yang lama dan kepada pihak ketiga agar ditunda. Sedang untuk tarif air bersih kini sedang mencari informasi terbaik sehingga inflasi mudah-mudah bisa ditekan,” jelas Tedy.

Disinggung apakah tarif air akan diturunkan kembali atau tidak, menurut Tedy kemungkinan tetap naik.

“Tetapi secara proporsional dan lebih berkeadilan,” ucap Tedy.

Sementara itu Yana menyampaikan kenaikan kedua tarif tersebut menyumbang kenaikan inflasi 1,77%, karena itu ia menyarankan Perumda Tirtawening dan Dinas Perhubungan mengkaji lagi untuk ditunda untuk tekan inflasi.

“Parkir off street itu kita ingatkan lagi ya bukan parkir di badan jalan tapi parkir dilahan-lahan swasta milik swasta, harapannya ada penyesuaian itu baik menggunakan tarif bawah 4000 dan tarif atas 7000. Mudah-mudahan semakin banyak pemilik lahan-lahan swasta berinvestasi di gedung-gedung parkir.

Sehingga mengurangi parkir di badan jalan dan mengurai kemacetan. Penundaan kenaikan tarif parkir sudah ada dibagian hukum, tapi yang penting kita sudah kaji, insyaallah ada penundaan,” harap Yana.

Sementara itu untuk tarif air bersih, kata Yana belum sampai ke bagian hukum. Pasalnya saat ini masih dievaluasi perumda Tirtawening.

“Kan komponennya ternyata banyak, ada penyesuaian tarif air bersihnya, ada pengolahan limbahnya, dan satu lagi ada minimal penggunaan 10 meter3. Tapi saya ingin luruskan 1 meter3 itu bukan 1 liter tapi 1000 liter jadi kalaupun tarif ada penyesuain sampai angka 9000 per meter3 berarti sebetulnya per liter itu 9 rupiah. Orang kan kadang gak tahu 1 meter3 itu 1 liter 9000 padahal air minum saja mineral itu kan 3000 an, ini 9000 jadi terasa mahal apalagi hanya air bersih belum bisa minum tapi kalau orang tahu bahwa 1 meter kubik itu 1000 liter berarti 3000 dengan 9 rupiah,” jelas Yana.

Terlebih lanjut Yana, sudah 10 tahun ini perumda Tirtawening tidak pernah melakukan menaikan tarif.

“Itu sejak 2012 belum ada penyesuaian sementara investasi kimianya terus ya. Nah itu yang kita kaji, pada dasarnya kita pahami 1 meter3 itu 1000 liter itu penting sehingga kalau 9 rupiah mah gak kerasa mahal,” pungkasnya.

Dan terkait apakah pembayaran tagihan pelanggan dua bulan ini akan dikembalikan atau tidak, Yana mengaku mekanisme itu dikembalikan ke Perumda Tirtawening.(*/kai)