Writer’s Block Nggak Selalu Buruk! Saat Kebuntuan Jadi Sinyal Kreatif yang Tak Terduga

Kebuntuan

Prolite – Writer’s Block Nggak Selalu Buruk! Saat Kebuntuan Jadi Sinyal Kreatif yang Tak Terduga

Setiap penulis, dari pemula sampai yang sudah punya nama besar, pasti pernah mengalami masa di mana kepala rasanya buntu total. Nggak ada ide, kalimat pertama aja terasa berat, dan naskah yang biasanya mengalir tiba-tiba mandek di tengah jalan.

Yup, itu dia writer’s block. Tapi, tunggu dulu! Gimana kalau sebenarnya writer’s block itu bukan musuh, melainkan sinyal penting kalau otak dan jiwa kita sedang butuh jeda, arah baru, atau bahkan… evolusi kreatif?

Di artikel ini, kita bakal bahas kenapa writer’s block nggak selalu berarti kamu kehilangan bakat, tapi justru bisa jadi “alarm” alami yang membantu kamu tumbuh sebagai penulis. Yuk, simak sampai habis!

Perspektif Baru: Writer’s Block Bukan Kegagalan, Tapi Sinyal Perubahan

Kebanyakan orang panik begitu mendengar istilah writer’s block. Padahal menurut psikolog kreatif Dr. Gail Saltz, kebuntuan menulis sering muncul bukan karena kurang ide, tapi karena otak sedang kelebihan beban — terlalu banyak tekanan, ekspektasi, atau rutinitas yang monoton. Dalam situasi ini, writer’s block justru bisa jadi tanda bahwa kamu butuh sesuatu yang baru: suasana, pengalaman, atau bahkan gaya menulis yang berbeda.

Coba pikirkan: mungkin kamu terlalu lama menulis dengan formula yang sama, atau selalu mengejar kesempurnaan di setiap kalimat. Tubuh dan pikiran manusia nggak didesain untuk terus produktif tanpa istirahat. Jadi, kalau kamu merasa macet, itu bukan akhir dunia. Bisa jadi itu awal dari versi kreatif kamu yang lebih segar.

Ketika Writer’s Block Jadi Momen Evaluasi Diri Kreatif

Beberapa riset terbaru menunjukkan bahwa masa kebuntuan justru punya fungsi psikologis yang penting. Menurut penelitian dari Journal of Creative Behavior (2024), banyak seniman dan penulis yang menggunakan masa creative block sebagai “zona refleksi”. Di masa ini, mereka berhenti sejenak, mengevaluasi arah karya, dan akhirnya menemukan makna baru dalam proses menulis.

Contohnya, penulis J.K. Rowling pernah mengaku mengalami creative slump setelah menulis seri Harry Potter ketujuh. Ia butuh waktu hampir dua tahun untuk kembali menulis dengan semangat yang sama — dan dari jeda itulah lahir novel The Casual Vacancy.

Sama halnya dengan Haruki Murakami, yang sempat berhenti menulis beberapa tahun untuk fokus pada musik dan berlari. Ketika kembali, ia justru menghasilkan karya monumental seperti Kafka on the Shore.

Jadi, masa kebuntuan bisa jadi ajang introspeksi: apakah tulisanmu masih mencerminkan dirimu? Apakah kamu masih menulis dengan hati atau cuma karena tuntutan?

Gunakan Masa Blok Sebagai “Jeda Kreatif”

Daripada stres karena merasa nggak produktif, kenapa nggak memanfaatkan masa ini buat eksplorasi hal lain? Ada banyak cara buat memulihkan energi kreatif, misalnya:

  • Baca genre lain. Kalau kamu biasanya nulis fiksi, coba baca nonfiksi atau puisi. Kadang inspirasi muncul dari tempat yang nggak terduga.
  • Eksperimen gaya menulis. Ubah sudut pandang, gaya narasi, atau format tulisan. Siapa tahu kamu menemukan gaya baru yang lebih kamu banget.
  • Jalan-jalan atau ngobrol dengan orang baru. Dunia nyata adalah sumber ide tak terbatas.
  • Tulis tanpa target. Biarkan kata-kata mengalir tanpa peduli hasilnya. Kadang karya terbaik muncul dari tulisan yang “asal jadi” dulu.

Ingat, nggak semua waktu diam itu berarti berhenti. Kadang, itu cuma bentuk lain dari pertumbuhan.

Ubah Mindset: Dari “Aku Lagi Blok” Jadi “Aku Lagi Pulih”

Kata-kata punya kekuatan besar, termasuk cara kita mendeskripsikan kondisi diri sendiri. Kalau kamu terus berkata, “Aku lagi stuck”, otak akan memvalidasi itu dan semakin sulit bergerak. Tapi kalau kamu mengubahnya jadi “Aku sedang dalam proses pemulihan kreatif”, perspektifmu ikut bergeser.

Penulis produktif seperti Neil Gaiman dan Stephen King sering bilang bahwa proses menulis itu seperti bernapas — kadang kita tarik napas (menyerap ide), kadang kita hembuskan (menuangkan ide). Jadi, saat kamu nggak menulis, bukan berarti kamu malas. Bisa jadi kamu sedang menyerap dunia, dan itu bagian dari siklus kreatif yang sehat.

Ketika Kebuntuan Justru Melahirkan Karya Hebat

Sejarah mencatat banyak penulis hebat yang mengalami masa blok tapi justru bangkit dengan karya legendaris:

  • F. Scott Fitzgerald sempat kehilangan arah setelah The Great Gatsby flop di awal rilis. Tapi kebuntuan itu melahirkan refleksi mendalam yang kemudian menginspirasi karya lain yang lebih matang.
  • Elizabeth Gilbert, setelah kesuksesan Eat Pray Love, mengaku sempat takut menulis lagi karena bayang-bayang ekspektasi publik. Namun, ia justru memanfaatkan rasa takut itu untuk menulis buku Big Magic — panduan kreatif yang kini jadi best seller.
  • Bahkan George R.R. Martin (penulis Game of Thrones) sering bercanda bahwa writer’s block-nya sudah jadi legenda sendiri. Tapi justru dari kebuntuan itulah lahir revisi mendalam yang bikin kisahnya lebih kompleks dan epik.

Writer’s Block Adalah Bagian dari Perjalanan, Bukan Rintangan

Jadi, kalau kamu lagi merasa buntu, jangan buru-buru menuduh diri sendiri nggak berbakat atau kehilangan semangat. Anggap saja kamu sedang ada di fase “maintenance kreatif”, waktu di mana otak dan hati butuh istirahat untuk menyiapkan babak baru yang lebih kuat.

Alih-alih memaksa diri menulis, nikmati jeda ini untuk memperkaya pengalaman dan memperluas pandangan. Karena pada akhirnya, tulisan terbaik selalu datang bukan dari pikiran yang sibuk, tapi dari hati yang siap menulis kembali.

Jadi, gimana? Siap ubah writer’s block jadi momen bangkitmu yang berikutnya?




Lebih dari Sekadar Cerita, Novel ‘Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati’ Menyentuh Isu Mental Health!

Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati

Prolite – Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati: Sebuah Novel yang Menggugah Tentang Isu Kesehatan Mental

Pernahkah kamu merasa hidup ini berat, begitu melelahkan, hingga kamu bertanya-tanya, “Apa sebenarnya tujuan hidupku?” Jika iya, maka novel Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati karya Brian Khrisna mungkin bisa menjadi bacaan yang mengena di hati. Novel ini bukan sekadar cerita tentang seseorang yang menikmati seporsi mie ayam, tapi juga perjalanan emosional seorang pemuda dalam menghadapi depresinya.

Diterbitkan oleh Gramedia, novel ini langsung mencuri perhatian pembaca karena keberaniannya mengangkat isu kesehatan mental dengan cara yang unik dan relatable.

Dengan latar kisah yang menggambarkan realitas kehidupan sehari-hari, novel ini bisa jadi bahan refleksi sekaligus pengingat bahwa setiap momen kecil dalam hidup memiliki makna yang besar.

Mengapa Novel Ini Berbeda?

Di tengah banyaknya novel bertema kesehatan mental, Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati menonjol karena pendekatannya yang sederhana tapi mendalam.

Brian Khrisna menuturkan kisahnya dengan bahasa yang ringan, tetapi tetap menyentuh. Cerita ini berfokus pada Ale, seorang pemuda yang merasa hidupnya hampa, penuh tekanan, dan kehilangan arah.

Ale adalah gambaran banyak orang di luar sana yang merasa terjebak dalam rutinitas yang membosankan dan tidak tahu bagaimana keluar dari lingkaran itu. Hingga suatu hari, ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Namun, sebelum melakukannya, ia ingin menikmati seporsi mie ayam terakhir—makanan favoritnya sejak kecil.

Perjalanan mencari mie ayam terbaik inilah yang membawa Ale bertemu dengan berbagai orang dengan cerita hidup yang berbeda.

Dari setiap pertemuan, ia menemukan perspektif baru tentang kehidupan dan bagaimana setiap orang memiliki cara masing-masing untuk bertahan.

Dibalik Layar: Inspirasi di Balik Novel Ini

 

Brian Khrisna tidak sekadar menulis fiksi. Novel ini terinspirasi dari pengalaman nyata seorang temannya semasa sekolah yang pernah mengalami depresi hingga memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup.

Dari pengalaman itu, Brian juga melakukan wawancara dengan beberapa individu yang mengalami kondisi serupa, untuk memastikan cerita ini bisa merefleksikan kenyataan yang ada.

Dalam sesi peluncuran novel di Gramedia Matraman, Jakarta, pada 14 Februari 2025, Brian mengungkapkan bahwa kisah-kisah yang ia temui sangat ironis dan menyentuh.

“Menurut saya, ini adalah sesuatu yang harus dibicarakan lebih luas agar menjadi bahan diskusi banyak orang,” ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa novel ini tidak ingin menormalisasi tindakan bunuh diri, melainkan justru memberikan sudut pandang baru tentang bagaimana seseorang bisa bertahan di tengah depresi.

“Saya ingin menunjukkan bahwa meskipun kesedihan itu nyata dan berat, selalu ada alasan untuk tetap hidup, meski hanya untuk satu hari lagi.”

Membaca Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati seperti melihat refleksi dari realitas yang sering kita abaikan. Novel ini berhasil menggambarkan bagaimana kesehatan mental adalah isu serius yang perlu lebih banyak dibicarakan.

Melalui perjalanan Ale, kita diajak untuk memahami bahwa kesedihan itu valid, tetapi kita tidak harus menghadapinya sendirian.

Salah satu hal yang menarik dari novel ini adalah cara Brian Khrisna mengemas narasi yang berat menjadi sesuatu yang lebih mudah dipahami dan dekat dengan kehidupan kita.

Tidak ada kesan menggurui, tetapi justru memberikan ruang bagi pembaca untuk meresapi dan menarik kesimpulan sendiri.

Dari segi alur, novel ini cukup dinamis, dengan perpaduan emosi yang naik turun, membuat pembaca larut dalam perasaan Ale. Kita ikut merasakan kebingungan, kesepian, sekaligus harapan yang perlahan tumbuh dalam dirinya.

Satu lagi yang membuat novel ini istimewa adalah penggunaan mie ayam sebagai simbol kebahagiaan sederhana yang sering kita lupakan.

Sebuah Bacaan yang Layak untuk Semua Orang

Jika kamu sedang mencari bacaan yang bisa memberikan perspektif baru tentang kesehatan mental, Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati adalah pilihan yang tepat.

Novel ini bukan hanya cocok untuk mereka yang sedang berjuang dengan kesehatan mentalnya, tetapi juga bagi siapa saja yang ingin lebih memahami bagaimana rasanya berada di titik terendah dalam hidup.

Lebih dari sekadar cerita tentang mie ayam, novel ini mengajarkan bahwa setiap momen kecil dalam hidup bisa menjadi alasan untuk bertahan satu hari lagi.

Jadi, kalau kamu butuh bacaan yang menghangatkan hati sekaligus menggugah pikiran, pastikan novel ini ada dalam daftar bacaanmu!

Sudahkah kamu membaca novel ini? Kalau belum, yuk cari di toko buku terdekat atau Gramedia! Dan kalau sudah, share pendapatmu tentang buku ini di kolom komentar ya! 😊📚




Suka K-Pop? Jessica Jung Beberkan Dunia Idol Tak Seindah Itu Lewat Bukunya!

K-Pop

Prolite – K-Pop kini tengah mendunia. Dengan visual memukau, konsep yang unik, dan musik yang catchy, tidak heran jika banyak orang tergila-gila dengan dunia idol. 

Namun, di balik gemerlap panggung dan sorotan kamera, terdapat sisi lain dari industri hiburan yang mungkin tidak banyak diketahui.

Jessica Jung, mantan member Girls’ Generation, secara jujur mengungkap sisi gelap industri hiburan Korea Selatan melalui novelnya. 

Meski novel ini bergenre fiksi, tapi Jessica mengakui ada beberapa hal yang diambil dari pengetahuan dan pengalaman sebagai seorang idol.

Sebagai seseorang yang pernah merasakan langsung kerasnya persaingan dan tekanan menjadi seorang idol, Jessica memberikan gambaran yang sangat realistis tentang kehidupan para trainee dan idol.

– Gramedia

1. Shine

Dalam novel Shine, kita diajak mengikuti perjalanan Rachel Kim, seorang gadis remaja berbakat yang berjuang untuk menjadi idol K-Pop. 

Novel ini membawa kita masuk ke dalam dunia trainee yang penuh persaingan, pelatihan intensif, dan tekanan untuk selalu tampil sempurna. 

Novel ini juga menyinggung tentang isu sosial di Korea selatan. Seperti kuatnya patriarki, perlakuan yang sangat berbeda antara wanita dengan pria, dan sebagainya.

Novel ini dengan lugas menggam9barkan bagaimana seorang trainee harus mengorbankan waktu, tenaga, bahkan mimpi pribadi demi mencapai tujuan menjadi seorang bintang.

2. Bright

Sekuel dari Shine ini  melanjutkan kisah Rachel yang kini telah menjadi seorang idol terkenal. 

Novel ini mengupas lebih dalam tentang kehidupan seorang idol yang harus menghadapi rumor, skandal, dan tekanan untuk terus mempertahankan popularitas. 

Serta menyoroti pentingnya kesehatan mental dalam industri yang sangat kompetitif ini.

Jessica Jung – twitter

Novel Shine & Bright karya Jessica Jung adalah bacaan wajib bagi para penggemar K-Pop yang ingin mengetahui lebih dalam tentang industri hiburan Korea Selatan. 

Novel ini tidak hanya menghibur, tetapi juga membuka mata kita tentang sisi lain dari dunia yang terlihat glamor. 

Melalui tulisan Jessica, kita diajak untuk lebih menghargai perjuangan para idol dan menyadari bahwa kesuksesan yang mereka raih tidak datang dengan mudah.

Jessica Jung – Twitter

Meskipun novel ini menggambarkan sisi gelap dari industri hiburan, bukan berarti semua idol mengalami hal yang sama.

Setiap individu memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Namun, novel ini memberikan gambaran umum yang cukup akurat tentang tantangan yang dihadapi oleh banyak idol.

Jadi, bagi kamu yang penasaran dengan kehidupan di balik layar dunia K-Pop, jangan lewatkan novel Shine & Bright karya Jessica Jung!




Holy Mother Karya Akiyoshi Rikako Jadi Novel Horor Terbaik 2024, Yuk Simak Sinopsisnya!

Holy Mother

Prolite – Hai, pecinta novel horor! Selamat datang di edisi malam Jumat yang penuh misteri! Malam ini kita bakal menyelam ke dalam kegelapan dunia novel Holy Mother karya Akiyoshi Rikako.

Siapa sih yang nggak kenal dengan Akiyoshi sensei? Beliau memang jago banget bikin pembaca tercengang dengan plot twist-nya yang cerdas.

Kalau kamu termasuk penggemar novel misteri dengan bumbu investigasi detektif yang kuat, “Holy Mother” ini wajib banget masuk ke dalam daftar bacaan kamu.

Akiyoshi Rikako –

Terbit pada 19 Februari 2019 oleh penerbit Haru, novel ini menawarkan plot, karakter, dan alur cerita yang dieksekusi dengan sangat matang. Dengan 280 halaman yang penuh dengan kejutan, kamu ditawarkan permainan plot dan twist yang bikin kamu terus terjaga.

Selain itu, blurb novel ini juga menambah rasa penasaran dengan kesan misterius yang ditinggalkannya. Seperti karya-karya sebelumnya, seperti “Girl in The Dark”, “Holy Mother” kembali mengukuhkan posisinya sebagai salah satu karya terbaik dari Akiyoshi sensei.

Sudah siap untuk menggali lebih dalam ke dalam dunia misteri dan teka-teki yang disajikan dalam novel ini? Yuk, langsung kita simak sinopsisnya dan temukan sendiri mengapa novel ini begitu mengerikan! 👻

Sinopsis Novel Holy Mother Karya Akiyoshi Rikako

Holy Mother – cr. gramedia

Kisah ini dimulai dengan Honami, seorang wanita yang terjebak dalam mimpi buruk sindrom ovarium polikistik. Sindrom ini bukan cuma masalah kesehatan biasa—ini seperti menghalangi pintu gerbang menuju impian Honami untuk memiliki anak.

Bayangkan betapa frustrasinya ketika setiap usaha, dari program bayi tabung hingga terapi medis, selalu berakhir dengan kegagalan. Honami seakan terjebak dalam labirin tanpa jalan keluar.

Namun, cahaya mulai bersinar di ujung terowongan gelap saat Honami akhirnya berhasil hamil dan melahirkan seorang putri bernama Kaoru.

Mereka berdua mulai menikmati kehidupan damai di Aiide, sebuah tempat yang dikenal karena ketenangannya. Tapi, siapa sangka bahwa kedamaian itu akan segera berubah menjadi mimpi buruk yang mengerikan?

Kehidupan damai mereka terguncang saat sebuah kasus pembunuhan mengerikan mengguncang Aiide. Seorang anak laki-laki ditemukan tewas dengan cara yang sangat brutal—diperkosa dan dibunuh.

Horor semakin dalam ketika detektif gagal mengungkap pelaku dan mayat korban berikutnya ditemukan dalam kondisi lebih mengerikan, dengan jari-jari yang hilang.

Dengan keadaan semakin mencekam dan penyelidikan polisi yang buntu, Honami merasa terdesak untuk melindungi putrinya dengan cara apapun. Ketika detektif gagal mengungkap pelaku, Honami memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri.

Di sisi lain, kita diperkenalkan dengan Makoto, seorang pelajar SMA dengan kehidupan yang tampaknya biasa saja. Makoto bekerja paruh waktu di supermarket dan mengajar kendo untuk anak-anak. Dengan keterampilan kendo dan jiwa pahlawan, Makoto menjadi bagian penting dari cerita ini.

Ketika Honami dan Makoto dipertemukan dalam situasi yang semakin mencekam, kita dibawa dalam perjalanan penuh ketegangan dan misteri yang terus menegangkan.

Bagaimana nasib Honami dan Kaoru? Akankah mereka menemukan keamanan di tengah kekacauan, atau terjebak dalam pusaran kejahatan yang semakin dalam?

Karya lain dari Akiyoshi Rikako – suarausu

Jadi, kalau kamu penasaran gimana kisah selanjutnya jangan ragu untuk memasukkan Holy Mother ke dalam daftar bacaanmu berikutnya!

Siapkan dirimu untuk merasakan ketegangan dan keasyikan dari setiap halaman. Selamat membaca, dan sampai jumpa di edisi malam jumat berikutnya dengan kisah-kisah seram dan menegangkan lainnya! 📚👻✨




Jelajahi Dunia Bisnis melalui ‘Startup Safari’ dengan Co-Founder & CEO HOLEO, Andre Husada

Startup Safari

JAKARTA, Prolite – Bersiaplah untuk sebuah perjalanan yang menggetarkan jiwa ke dalam pusaran kewirausahaan saat Co-Founder & CEO HOLEO, Andre Husada, mengungkapkan panduan utama bagi para pionir muda: “Startup Safari.”

Lupakan segala yang Anda pikir Anda ketahui tentang buku bisnis. “Startup Safari” bukan hanya sebuah panduan; itu adalah sebuah narasi yang memikat, sebuah kompas untuk  menavigasi lautan tak terjamah dari budaya startup, dan sebuah pencerahan bagi setiap  pemimpi berwawasan di luar sana.

Andre Husada, seorang pengusaha berpengalaman, membawa Anda dalam ekspedisi yang  mendebarkan melalui lanskap-lanskap ramai inovasi dan gangguan.

Andre Husada 

 

Bergabunglah dengannya  saat dia mengungkap rahasia dari 100 startup kehidupan nyata yang berkembang pesat di  pasar-pasar dinamis Amerika Utara dan Asia Tenggara. 

Namun “Startup Safari” lebih dari sekadar kumpulan cerita sukses. Ini adalah manifesto untuk  pertumbuhan pribadi yang terjalin dengan dunia penuh gairah dari startup.

Temukan cara untuk  memanfaatkan kekuatan kewirausahaan tidak hanya untuk membangun bisnis tetapi juga  untuk membentuk kehidupan yang selalu Anda impikan. 

Siapkan diri Anda untuk tenggelam dalam dunia di mana pembelajaran bukanlah hal pasif; itu  interaktif. Setiap bab dari “Startup Safari” dirancang untuk menyalakan rasa ingin tahu Anda  dan memprovokasi introspeksi.

Bersiaplah untuk merangkak dan terlibat dengan pertanyaan pertanyaan yang menggugah pikiran yang akan mendorong Anda menuju jalan kesuksesan  Anda sendiri. 

Telusuri prinsip-prinsip inti dari pemikiran desain, saus rahasia di balik beberapa startup paling  sukses di dunia.

Pelajari cara menggunakan metodologi transformatif ini tidak hanya untuk  merevolusi industri tetapi juga untuk membentuk takdir pribadi Anda. 

Dan inilah pukulan paling hebatnya: “Startup Safari” tidak terikat oleh hambatan bahasa.  Dengan rilis dwibahasa dalam bahasa Inggris dan Indonesia, karya masterpiece yang  mengubah permainan ini melampaui batas-batas, mencapai para pengusaha yang berbakat di  seluruh dunia. 

Andre Husada

Jadi, apakah Anda siap untuk memulai petualangan seumur hidup? Bersiaplah, karena buku ini akan membawa Anda dalam perjalanan liar di mana batasannya hanyalah yang  Anda tetapkan untuk diri Anda sendiri. 

Di Indonesia, “Startup Safari” dapat dibeli di Tokopedia, dan di Amerika Serikat, tersedia di  Amazon dan Barnes & Noble. 

Bergabunglah dengan Andre Husada dan komunitas global para perubahan hari ini. Dapatkan  salinan “Startup Safari” Anda dan bebaskan jiwa kewirausahaan Anda!




Para Penulis Buku Gugat OpenAI Atas Pelanggaran Hak Cipta

Penulis Buku

Prolite – Sekelompok penulis buku mengajukan gugatan hukum terhadap OpenAI, perusahaan penelitian kecerdasan buatan (AI) yang berbasis di San Francisco, California.

Gugatan tersebut menuduh OpenAI telah melanggar hak cipta para penulis buku dengan menggunakan karya mereka untuk melatih model bahasa besar GPT-3.

ChatGPT –

Gugatan hukum tersebut diajukan oleh sekelompok penulis dari Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris. Para penulis tersebut mengklaim bahwa OpenAI telah menggunakan karya mereka tanpa izin, termasuk buku, artikel, dan karya kreatif lainnya.

Dilansir dari Reuters, gugatan tersebut menyebutkan bahwa OpenAI menggunakan karya para penulis untuk melatih model bahasa besar GPT-3 tanpa izin.

OpenAI diduga menggunakan karya para penulis untuk meningkatkan kemampuan GPT-3 dalam menghasilkan teks, menerjemahkan bahasa, dan menjawab pertanyaan.

Berikut adalah daftar karya para penulis buku yang diduga digunakan oleh OpenAI:

  • Buku “The Lord of the Rings” karya . Tolkien
  • Buku “Harry Potter” karya J.K. Rowling
  • Buku “The Hunger Games” karya Suzanne Collins
  • Buku “The Da Vinci Code” karya Dan Brown
  • Buku “The Hitchhiker’s Guide to the Galaxy” karya Douglas Adams
  • Buku “The Catcher in the Rye” karya J.D. Salinger
  • Buku “Pride and Prejudice” karya Jane Austen
  • Buku “The Great Gatsby” karya F. Scott Fitzgerald
  • Buku “To Kill a Mockingbird” karya Harper Lee

Para penulis tersebut mengatakan bahwa OpenAI telah melanggar hak cipta mereka dengan menggunakan karya mereka tanpa izin. Mereka menuntut ganti rugi dari OpenAI.

Salah satu penulis buku yang gugat OpenAI – Twitter @MChabonFan

OpenAI belum memberikan tanggapan resmi atas gugatan hukum tersebut. Namun, perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka menghormati hak cipta dan akan membela diri dalam gugatan tersebut.

Gugatan hukum ini merupakan salah satu dari beberapa gugatan hukum yang dilayangkan terhadap perusahaan teknologi besar atas dugaan pelanggaran hak cipta.

Gugatan hukum ini menunjukkan bahwa perusahaan teknologi besar perlu lebih berhati-hati dalam menggunakan karya pihak ketiga.

Gugatan ini dapat dilihat disini.