Pazero Waste, Olah Sampah Ala Padasuka

pazero waste

Pazero Waste: Pertama di Bandung Bakar Sampah Tanpa Hasilkan Karbon Dioksida

BANDUNG, Prolite – Solusi pengurangan sampah kian hari kian masif, seperti di Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cibeunying Kidul meluncurkan program Pazero Waste.

Pazero Waste merupakan program kelurahan Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung untuk mengolah sampah hingga zero (nol) sampah. Salah satunya dengan menggunakan mesin pembakar sampah yang diinovasi oleh Polsek Cibeunying Kidul.

Disampaikan Plt Lurah Padasuka, Zimmi Muslim pembakaran sampah minim residu ini pertama ada di Kota Bandung dan akan sangat membantu program Pazero Waste, pasalnya dengan alat ini pembakaran sampah dapat diminimalisir polusinya.

pazero waste
Plt Lurah Padasuka Kecamatan Cibeunying Kota Bandung, Zimmi Muslim didampingi Ketua Forum RW Kelurahan Padasuka Arsa Dinata dan Ketua LPM Kelurahan Padasuka Adang Hidayat.

Pasalnya mesin pembakar sampah residu yang dibuat oleh Polsek Cibeunying Kidul mampu membakar dengan kapasitas 1 ton sampah residu per hari tanpa mengeluarkan asap karbon dioksida.

“Kebetulan pak Kapolsek mempunyai sebuah inovasi mesin pembakar sampah tanpa asap karbon dioksida, jadi peroses penghisapan dari pembakaran tidak mengeluarkan asap. Insyaa Allah ini akan hadir di beberapa RW dan program ini sangat mendukung dan memberi kebermanfaatkan kepada masyarakat Padasuka sehingga program Pazero Waste bisa berhasil,” jelas Zimmi, usai Musrembang di aula kelurahan, Kamis (23/1/2025).

Kata Zimmi, dalam musrembang yang di hadiri oleh Camat, Kapolsek, Danramil, Ketua LPM Kecamatan, Kelurahan, dan para Ketua RW se-kelurahan itu, berembug bersama-sama dan sependapat jalankan progam di tahun 2025 ini dengan tagline Pazero Waste (Padasuka Zero Waste) atau zero (nol) sampah.

“Alhamdulilah seluruh RW sudah memilah sampah. Kita juga melibatkan LPM, RW, PKK, Karang Taruna, dan masyarakat,” ujarnya.

Selain dengan pembakaran sampah tanpa residu, program Pazero Waste sendiri, kata Zimmi, dimulai dari penyerapan sampah organik dapur (SOD) peruntukan pakan rumah magot. Saat ini, mini plasma magot sudah menyerap sekitar 20 kg SOD per hari.

“Sedangkan sampah SOD yang diambil masing-masing RW se-keluharan per hari ini mencapai 200 per kg. Kami mempunyai solusinya yaitu membangun mini plasma magot yang ditempatkan di RW,” ujarnya.

Lanjutnya, rencana tahun ini akan ada 8 mini plasma di 8 RW. Sehingga kelebihan SOD yang belum terserap saat ini ada 150 kg nanti akan terserap oleh mini plasma dengan kapasitas 1 hari 20 kg SOD.

“Satu mini plasma 20 kg SOD jadi kalau ada 8, 160 kg SOD akan terserap habis dalam satu hari. Lalu untuk bank sampah kami dari RW 1 sampai RW 12 semua aktif jadi sampah plastik juga sudah kita manfaatkan,” pungkasnya.

Sebelum ada Pazero lanjutnya, rata-rata per hari sampah dibuang ke TPS 1 gerobak sekitar 300-400 kg per 8 RW bergantian dibuang.

“Nanti tidak akan ada lagi sampah dibuang ke TPS. Sampah organik, plastik, residu semua habis di RW jadi nol, hasil pembekaran pun bisa jadi pupuk ataupun ekobrick,” tutupnya.

Sementara itu Ketua Forum RW Kelurahan Padasuka Arsa Dinata, membenarkan pihaknya bersama masyarakat sudah siap melaksanakan program tersebut.

“Tinggal menunggu karena ada kaitannya penyelesaian adminitrasi. Alat tidak banyak membutuhkan lahan besar, hanya kami menyiapkan lahan untuk sampah dan satu RW ini masing-masing sudah ada. Untuk SDM sendiri siap tapi harus ada pelatihan dan sosialisasi karena tadi hanya sepintas,” harapnya.

pazero waste

Sama halnya Arsa, Ketua LPM Kelurahan Padasuka Adang Hidayat menyampaikan bahwa Pazero Waste ini membuktikan keseriusan dan tanggung jawab unsur pemerintahan dan masyarakat untuk penanganan masalah sampah di Kota Bandung.

“Mulai dari sosialisasi, merubah mainset masyarakat pemilahan sampah sudah berjalan dan sekarang pun mulai kembali konsep mini plasama. Bahkan kelurahan sendiri ada dan berhasil, selain itu juga, kita sudah merencanakan penanganan tidak hanya dengan magot saja tapi dari magot ini jadi ada ayam dan budi daya ikan hias sehingga ada nilai ekonomi. Selain itu sampah residu pun ada solusinya dan bisa dibuktikan nanti jadi Pazero Waste,” tuturnya. (EVY)




Mulai Beroperasi, Gibrik Mini Bantu Pengolahan Sampah di TPS lebih Efektif

gibrik mini

Mulai Beroperasi, Gibrik Mini Bantu Pengolahan Sampah di TPS lebih Efektif

BANDUNG, Prolite – Gibrik Mini merupakan salah satu alat pemilah sampah yang dapat memisahkan sampah organik dan anorganik. Kinerja alat ini dianggap mampu membantu para petugas sampah di TPS.

Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dalam upaya penanganan darurat sampah yang terjadi akibat kebakaran di TPA Sarimukti. Salah satunya dengan memasang mesin Gibrik Mini di sejumlah Tempat Pembuangan Sementara (TPS).

Salah satunya di TPS 3R Kelurahan Kebon Jeruk Kecamatan Andir. Kehadiran Gibrik Mini di TPS ini disebut dapat menjadi solusi penanganan masalah sampah.

Kepada Humas Kota Bandung, Koordinator Wilayah Bojonagara, Joko Endang Slamet menyebut, kehadiran Gibirk Mini dapat membantu para petugas TPS dalam memilah sampah.

“Dalam kondisi TPA yang belum normal, memang kita melihat peran mesin gibrik (Gibrik Mini) ini membantu pemilahan sampah. Sehingga dari sampah yang sudah dipilah, kita bisa lebih cepat memprosesnya,” kata Joko.

“Jadi sampah organik langsung diolah, sampah anorganiknya dipilah kembali. Sehingga yang dibuang ke TPA adalah sampah residu yang tidak memiliki manfaat,” katanya menambahkan.

Joko juga meyakini, jika Gibrik Mini ada di seluruh TPS, maka upaya Kota Bandung untuk mengurangi produksi sampah ke TPA akan lebih mudah.

Hal ini karena Gibrik Mini mampu memilah sampah organik dan anorganik. Sehingga petugas sampah akan lebih fokus untuk melakukan tindakan kepada jenis-jenis sampah tersebut.

“Kita perlu melihat kondisi TPA sedang tidak normal, kekurangan pasti ada. Kita lihat setelah TPA normal. Tapi saya meyakini, kalau TPA sudah normal, alat ini akan sangat membantu,” katanya.

Di sisi lain, Joko menyebut pola hidup masyarakat juga menjadi faktor yang tidak kalah penting dalam upaya penanganan sampah di Kota Bandung.

Ia meyakini, program Kang Pisman yang sudah digaungkan Pemkot Bandung dapat menjadi solusi upaya penanganan sampah.

“Dengan menerapkan Kang Pisman, kita bisa memperpanjang umur TPA. Sebab permasalahan kita memang ada di lahan TPA,” kata Joko.

“Jadi, memang kita juga perlu berbenah. Solusi yang bersifat inovasi penting, tetapi hal yang jauh lebih penting adalah mengubah pola hidup dan perlakuan kita terhadap sampah,” pungkasnya.




Patut Diapresiasi : Warga Kelurahan Sukamiskin Bandung Berhasil Selesaikan Masalah Sampah

Kelurahan Sukamiskin

BANDUNG, Prolite – Berhasil menyelesaikan masalah sampah bahkan warga di RT 04 RW 09 Kelurahan Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik ini kekurangan sampah organik, membuat Ketua DPRD Kota Bandung Tedy Rusmawan ingin meninjau kegiatan pengolahan sampah disana.

“Kebetulan saya hari ini berkesempatan bertemu dengan warga di RW 10 Kelurahan Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik,” ujar Tedy.

Ketua DPRD Kota Bandung Tedy Rusmawan, tinjau kegiatan pengolahan sampah – Cr.

Tedy mengatakan sangat mengapresiasi warga Kelurahan Sukamiskin yang mau menyiapkan lubang pembuangan sampah organik di lahan kosong di sekitar rumahnya. Sehingga bisa mengurangi produksi sampah di Kota Bandung.

“Apa yang dilakukan oleh warga di sini, sudah sesuai dengan program Pemjkot Bandung untuk mengurangi dampak sampah dalam kondisi darurat sampah sekarang. Yaitu dengan membuat lubang untuk menimbun sampah organik,” paparnya.

Kepada seluruh warga Kota Bandung, Tedy menyampaikan harapannya, agar bisa mengolah dan memilah sampah sehingga menjadi kebiasaan. Hal ini yang sementara bisa dilakukan pemkot Bandung untuk mengurangi masalah sampah.

“Karena ini merupakan langkah yang paling efektif dan mudah untuk mengatasi masalah darurat sampah sekarang,” jelasnya.

Warga Kelurahan Sukamiskin Mengolah Sampah Dengan Berbagai Cara

75 persen warga Kelurahan Sukamiskin telah berhasil olah sampah di rumahnya masing-masing – Cr. Humas Kota Bandung

Selain di RW 10, Tedy juga berkesempatan melihat RW 09 Kelurahan Sukamiskin Kecamatan Arcamanik, di mana mereka mengolah sampah organik menjadi komoditi yang bisa dimanfaatkan, seperti menjadi eco enzim, sabun cuci dan lain sebagainya.

Lewat tempat yang diberi nama Kampoeng Takakura, warga memamerkan bagaimana cara mereka mengolah sampah organik menjadi barang yang lebih berguna.

“Saya akan memberikan rekomendasi, agar banyak wilayah yang belajar ke Kampoeng Takakura ini. Sehingga di sini bisa dijadikan percontohan,” katanya.

Selain itu, baik warga RW 10 dan RW 09 mempunya mesin pencacah, yang bisa mengolah sampah menjadi bubur magot.

Bahkan untuk RW 09 Kelurahan Sukamiskin ini kerap kekurangan sampah organik, sehingga harus meminta sanpah dari rumah makan setempat.

Budi daya magot di Kelurahan Sukamiskin, Bandung – Cr.

Hal itu dipertegas oleh Camat Arcamanik Willy Yudia Laksana, yang mengatakan bahwa warga Kelurahan Sukamiskin menggunakan lahan kosong bantaran Sungai Cironggeng, untuk temapat pengolahan sampah.

“Salah satu upaya pengolahan sampah yang dilakukan warga adalah dengan membuang sampah organik ke lubang yang digali di bantaran Sungai Cironggeng. Lubang yang digali sedalam dua meter tersebut sekarang sudah ada di beberapa titik. Khusus di RW 10 saja, ada sekitar 10 titik dan kami upayakan akan bertambah dalam waktu dekat ini,” jelasnya.

Menurut Willy, kesadaran warganya dalam memilah dan mengolah sampah sudah sangat baik. Salah satu indikatornya, adalah berkurangnya tumpukan sampah di TPS di wilayahnya.

“Walaupun memang ada tumpukan sampah di TPS, namun tidak sampai meluber. Itu menunjukkan bahwa masyarakat bisa mengolah sampah sendiri di rumah,” tambahnya.

Untuk kawasan bebas sampah (KBS) di wilayahnya, Willy mengatakan dari 54 RW yang ada di wilayahnya sudah 22 RW yang amsuk dalam kategori KBS.

“Mudah-mudahan tahun depan bisa bertambah, bahkan targetnya bisa semua RW menajdi KBS,” terangnya.

Disinggung mengenai upaya mengatasi kondisi darurat sampah di Kota Bandung, Willy mengatakan pihaknya tengah melakukan patroli sampah, di mana petugas dibagi menajdi tiga sift, dan memastikan tidak ada sampah yang dibuang di jalanan.