Strategi Pendidikan untuk Anak dengan Intellectual Disability : Yuk, Kenali dan Dukung Mereka!

Intellectual Disability

Prolite – Strategi Pendidikan untuk Anak dengan Intellectual Disability: Yuk, Kenali dan Dukung dengan Cara yang Tepat!

Setiap anak memiliki potensi untuk berkembang dan mencapai hal-hal besar, termasuk anak-anak dengan intellectual disability (ID) atau gangguan intelektual.

Namun, agar mereka bisa berkembang secara optimal, dibutuhkan pendekatan pendidikan yang tepat dan strategi yang efektif.

Artikel ini akan membahas secara lengkap bagaimana mendukung pendidikan anak dengan ID, serta cara-cara yang bisa membantu mereka meraih keberhasilan dalam belajar. Yuk, simak terus!

Apa Itu Intellectual Disability (ID)?

Intellectual disability (ID) atau gangguan intelektual adalah kondisi yang mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang, seperti berpikir, belajar, dan memecahkan masalah.

Anak-anak dengan ID biasanya memiliki skor IQ di bawah rata-rata, dan mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami informasi atau menyelesaikan tugas sehari-hari.

Namun, anak-anak dengan ID bisa belajar dan berkembang jika diberikan dukungan yang tepat. Mereka memiliki keunikan dan potensi yang sama dengan anak-anak lainnya, hanya saja memerlukan metode pengajaran yang lebih spesifik dan disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

ID vs Keterlambatan Perkembangan: Apa Bedanya?

Mungkin sering terdengar istilah keterlambatan perkembangan atau autism spectrum disorder (ASD), yang sering disamakan dengan ID. Tapi, sebenarnya ketiganya berbeda, lho!

  • Keterlambatan perkembangan merujuk pada keterlambatan dalam mencapai milestone perkembangan tertentu, misalnya dalam berbicara atau berjalan. Anak dengan keterlambatan perkembangan umumnya bisa mengejar ketertinggalannya setelah mendapatkan intervensi yang tepat.
  • Autism spectrum disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan yang memengaruhi cara anak berinteraksi sosial dan berkomunikasi. Beberapa anak dengan ASD juga mungkin memiliki ID, tetapi tidak semua anak dengan ASD memiliki gangguan intelektual.
  • ID lebih berfokus pada kemampuan intelektual anak, dan ini memengaruhi bagaimana mereka belajar, berkomunikasi, dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

Penyebab Umum Intellectual Disability

Boy with Down Syndrome playing

Intellectual disability bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang bersifat genetik maupun lingkungan. Beberapa penyebab umum ID meliputi:

  1. Faktor genetik: Beberapa kondisi genetik, seperti Down syndrome atau Fragile X syndrome, dapat menyebabkan ID pada anak.
  2. Komplikasi saat lahir: Kelahiran prematur atau kekurangan oksigen selama proses persalinan dapat berisiko menyebabkan gangguan intelektual.
  3. Paparan zat berbahaya: Konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang selama kehamilan dapat meningkatkan kemungkinan anak mengalami ID.
  4. Infeksi atau cedera: Beberapa infeksi atau trauma pada otak saat masa bayi, seperti meningitis atau cedera kepala, dapat mempengaruhi perkembangan intelektual anak.

Tanda-Tanda Awal yang Dapat Dikenali pada Anak-Anak

Mengenali tanda-tanda ID sejak dini sangat penting agar anak bisa mendapatkan dukungan yang tepat. Beberapa tanda yang dapat diperhatikan meliputi:

  • Keterlambatan bicara: Anak yang mengalami kesulitan dalam berbicara atau memahami kata-kata.
  • Kesulitan belajar: Anak mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dasar atau menyelesaikan tugas yang sesuai dengan usia mereka.
  • Perilaku sosial yang berbeda: Anak mungkin lebih sulit berinteraksi atau bermain dengan teman-teman sebaya mereka.
  • Kesulitan dalam keterampilan hidup sehari-hari: Seperti mengikat sepatu, makan sendiri, atau berpakaian.

Jika tanda-tanda ini muncul, segera bawa anak ke profesional untuk evaluasi lebih lanjut.

Pendekatan Pembelajaran yang Inklusif di Sekolah

Anak-anak dengan intellectual disability berhak mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak-anak lainnya.

Pendekatan inklusif di sekolah sangat penting untuk memberikan mereka kesempatan yang setara dalam belajar.

Pendekatan inklusif mengutamakan integrasi anak-anak dengan ID dalam kelas reguler, dengan bantuan dan dukungan khusus jika diperlukan. Beberapa keuntungan pendekatan inklusif:

  • Anak dengan ID bisa belajar bersama teman-temannya yang tidak memiliki ID, sehingga mereka merasa diterima dan dihargai.
  • Mengajarkan anak-anak lain tentang keberagaman dan pentingnya saling menghargai.
  • Membantu meningkatkan kemampuan sosial anak-anak dengan ID, karena mereka bisa berinteraksi lebih banyak dengan teman-temannya.

Peran Individualized Education Program (IEP)

IEP adalah program pendidikan yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan individu anak dengan intellectual disability. IEP melibatkan pembuatan tujuan dan strategi belajar yang disesuaikan dengan kekuatan dan tantangan yang dihadapi anak. Berikut adalah beberapa komponen penting dalam IEP:

  • Tujuan belajar yang spesifik: Misalnya, anak mungkin diberi tujuan untuk belajar mengenali angka atau mengembangkan keterampilan sosial tertentu.
  • Strategi pengajaran yang dipersonalisasi: Ini bisa mencakup penggunaan alat bantu visual, pengulangan tugas, atau pembelajaran berbasis permainan untuk membuat anak lebih mudah memahami materi.
  • Kolaborasi antara profesional: IEP melibatkan guru, terapis, dan orang tua untuk memastikan anak mendapatkan dukungan yang optimal.

Dengan IEP, anak-anak dengan ID bisa mendapatkan pendidikan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka, baik di sekolah maupun di rumah.

Teknik Pengajaran yang Efektif

Beberapa teknik pengajaran yang terbukti efektif untuk anak-anak dengan intellectual disability antara lain:

  1. Pembelajaran berbasis visual: Anak-anak dengan ID sering kali lebih mudah memahami konsep jika disajikan secara visual. Misalnya, menggunakan gambar atau video untuk menggambarkan sebuah cerita atau instruksi.
  2. Pembelajaran praktis: Pembelajaran langsung, seperti menggunakan benda nyata atau bermain peran, membantu anak-anak dengan ID untuk lebih mudah memahami dan mengingat informasi.
  3. Pengulangan dan rutinitas: Anak-anak dengan ID belajar lebih baik dengan pengulangan yang konsisten dan rutinitas yang jelas. Ini membantu mereka merasa lebih aman dan tahu apa yang diharapkan.
  4. Pujian dan motivasi: Memberikan penghargaan dan pujian setiap kali anak mencapai tujuan kecil sangat penting untuk membangun rasa percaya diri mereka.

Kolaborasi Antara Guru, Terapis, dan Orang Tua

Pendidikan anak dengan intellectual disability memerlukan kerja sama yang erat antara guru, terapis, dan orang tua. Semua pihak harus bekerja sama untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik anak dan memastikan bahwa mereka mendapatkan dukungan yang diperlukan baik di sekolah maupun di rumah.

  • Guru bertanggung jawab untuk merancang pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak di sekolah.
  • Terapis dapat membantu dalam pengembangan keterampilan sosial, motorik, atau komunikasi anak.
  • Orang tua berperan penting dalam mendukung pembelajaran anak di rumah, serta memberi masukan yang berharga tentang kebutuhan anak.

Setiap Anak Berhak Mendapatkan Kesempatan yang Sama

Mendidik anak dengan intellectual disability memerlukan perhatian dan pendekatan yang khusus. Dengan strategi pendidikan yang tepat, seperti pendekatan inklusif, IEP, dan teknik pengajaran yang efektif, anak-anak dengan ID bisa mencapai perkembangan yang optimal. Ingat, setiap anak memiliki potensi besar untuk belajar dan berkembang—yang mereka butuhkan hanyalah dukungan yang tepat dan penuh kasih.

Jadi, mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, di mana semua anak, tanpa terkecuali, bisa belajar, tumbuh, dan meraih impian mereka. Setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini, bisa menjadi lompatan besar bagi mereka di masa depan. 😊




Reinforcement Positif vs Negatif: Strategi Efektif untuk Tingkatkan Perilaku Baik Siswa

Reinforcement Positif

Prolite – Memahami Reinforcement Positif dan Negatif: Rahasia Jitu Meningkatkan Perilaku Siswa

Sebagai guru atau pendidik, kita pasti sering mikir, “Gimana ya caranya bikin siswa lebih semangat dan tertib tanpa bikin suasana kelas jadi tegang?” Nah, jawabannya bisa jadi ada di reinforcement!

Metode ini nggak cuma membantu meningkatkan perilaku baik siswa, tapi juga bikin mereka lebih percaya diri dan nyaman belajar. Yuk, kita bahas lebih dalam soal reinforcement positif dan negatif dengan gaya santai!

Apa Itu Reinforcement Positif dan Negatif?

Sebelum kita masuk ke contoh-contohnya, yuk kenalan dulu sama konsep dasarnya:

Reinforcement Positif

Reinforcement positif adalah pemberian reward (hadiah) untuk memperkuat perilaku baik siswa. Ini ibarat bilang, “Good job!” buat siswa yang udah melakukan sesuatu yang benar. Contohnya:

  • Memberi pujian seperti, “Kamu keren banget hari ini karena kerjain tugas tepat waktu!”
  • Atau memberikan hadiah kecil seperti stiker bintang untuk setiap jawaban yang benar.

Tujuannya? Supaya siswa merasa dihargai dan termotivasi untuk mengulang perilaku baik tersebut.

Reinforcement Negatif

Kedengarannya mungkin agak menyeramkan, tapi reinforcement negatif nggak selalu buruk, kok! Ini lebih ke menghapus sesuatu yang nggak menyenangkan supaya siswa merasa lebih nyaman dan mau menunjukkan perilaku baik. Contohnya:

  • Membebaskan siswa dari tugas tambahan karena mereka sudah menyelesaikan tugas utama tepat waktu.
  • Mengurangi durasi tugas berat kalau mereka menunjukkan kemajuan.

Prinsipnya adalah, kita mengurangi beban siswa untuk mendorong mereka melakukan hal positif.

Contoh Praktis di Lingkungan Sekolah

Kadang, teori aja nggak cukup, ya. Jadi, berikut beberapa contoh penerapan reinforcement di kehidupan nyata sekolah. Siapa tahu bisa langsung kamu coba di kelas!

1. Contoh Reinforcement Positif: Memberi Pujian atau Hadiah

  • Ketika seorang siswa berhasil menjawab soal dengan benar, kamu bisa bilang, “Bagus sekali jawabannya! Kamu pintar banget, deh.”
  • Memberikan reward seperti stiker lucu, akses untuk memilih tempat duduk favorit, atau waktu bermain ekstra di jam istirahat.
  • Saat siswa rajin mengumpulkan tugas, beri mereka gelar “Siswa Paling Tepat Waktu” dalam bentuk sertifikat kecil.

Kenapa ini efektif?
Karena siswa merasa dihargai atas usaha mereka. Rasa dihargai ini bakal bikin mereka semakin semangat untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan performanya.

2. Contoh Reinforcement Negatif: Membebaskan dari Hal yang Tidak Menyenangkan

  • Jika siswa menyelesaikan pekerjaan rumah lebih awal, bebaskan mereka dari tugas tambahan.
  • Saat siswa menunjukkan perilaku disiplin selama seminggu penuh, kamu bisa mengurangi durasi tugas kelompok yang biasanya bikin mereka stres.
  • Memberikan izin untuk nggak ikut remedial kalau mereka sudah mencapai target nilai tertentu.

Kenapa ini efektif?
Karena siswa merasa mendapat keringanan dari sesuatu yang biasanya bikin mereka kurang nyaman. Ini memberikan dorongan bagi mereka untuk terus berusaha dan memenuhi ekspektasi.

Pentingnya Memahami Kebutuhan Individu Siswa

Reinforcement Positif

 

 

Tapi, nggak semua siswa bisa diperlakukan sama, lho. Ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan sebelum menerapkan reinforcement:

  1. Kenali Karakter Siswa
    Beberapa siswa lebih termotivasi dengan pujian verbal, sementara yang lain lebih suka reward dalam bentuk fisik seperti hadiah kecil. Jadi, penting banget buat memahami apa yang mereka butuhkan.
  2. Pastikan Tidak Ada Diskriminasi
    Penerapan reinforcement harus adil dan merata. Jangan sampai siswa merasa ada yang diistimewakan, karena ini justru bisa menciptakan konflik di kelas.
  3. Berikan Reinforcement yang Relevan
    Kalau kamu tahu siswa suka menggambar, berikan hadiah seperti buku sketsa atau waktu ekstra untuk menggambar. Semakin relevan reward-nya, semakin besar dampaknya.
  4. Pantau Efektivitasnya
    Tidak semua strategi langsung berhasil. Coba evaluasi dan sesuaikan pendekatanmu sesuai dengan kebutuhan siswa.

Ayo, Ciptakan Suasana Kelas yang Lebih Positif!

Menggunakan reinforcement positif dan negatif bukan cuma bikin suasana kelas lebih menyenangkan, tapi juga membantu siswa berkembang sesuai potensinya. Ingat, kunci utamanya adalah kesabaran dan konsistensi.

Dengan memahami kebutuhan masing-masing siswa, kamu bisa menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif dan penuh dukungan.

Jadi, yuk mulai terapkan reinforcement ini di kelasmu! Nggak hanya untuk siswa, kamu juga bakal merasakan energi positif dari perubahan kecil ini. Kalau punya pengalaman seru atau ide tambahan, jangan ragu buat share di kolom komentar, ya! 😊




Ujian Selesai? Lakukan Ini untuk Refleksi dan Persiapan Masa Depan!

Ujian

Prolite – Hore, akhirnya ujian selesai! 🎉 Tapi tunggu dulu, ini bukan waktunya langsung leha-leha seharian. Setelah melewati momen penuh ketegangan dan perjuangan, ada hal penting yang perlu dilakukan: refleksi dan persiapan ke depan.

Eits, bukan berarti kamu nggak boleh santai, ya! Justru dengan langkah yang tepat setelah ujian, kamu bisa lebih siap untuk menghadapi semester berikutnya.

Nah, artikel ini bakal bantu kamu buat merangkum apa aja yang perlu dilakukan setelah ujian. Yuk, baca sampai habis dan jadikan momen ini sebagai batu loncatan untuk kesuksesanmu selanjutnya!

Cara Merefleksikan Kinerja Selama Ujian: Apa yang Berjalan Baik dan Apa yang Perlu Ditingkatkan

Sebelum beranjak ke langkah berikutnya, penting banget buat kamu merenungkan perjalanan selama ujian. Refleksi ini bukan untuk menyalahkan diri sendiri, tapi untuk memahami apa yang sudah baik dan apa yang masih bisa diperbaiki.

1. Tulis Kelebihanmu

  • Apa yang menurutmu berjalan lancar selama ujian? Apakah kamu sudah belajar dengan jadwal yang teratur? Atau mungkin kamu berhasil memahami materi tertentu dengan sangat baik?
  • Catat semua hal positif yang kamu lakukan, karena ini bisa jadi motivasi untuk tetap mempertahankannya di masa depan.

2. Identifikasi Tantangan

  • Apakah ada soal yang membuatmu stuck? Atau mungkin kamu merasa kurang waktu belajar untuk beberapa mata pelajaran?
  • Cari tahu apa yang menjadi hambatan, apakah itu manajemen waktu, kurang fokus, atau mungkin teknik belajar yang belum efektif.

3. Jangan Takut Evaluasi

  • Evaluasi bukan berarti mencari kesalahan, melainkan mengenali hal-hal yang bisa ditingkatkan. Ingat, refleksi adalah langkah awal untuk menjadi lebih baik!

Menetapkan Tujuan Baru untuk Semester Berikutnya

Setelah refleksi, sekarang saatnya fokus ke depan. Semester baru adalah kesempatan emas untuk mencetak prestasi yang lebih gemilang. Jadi, yuk, tetapkan tujuan baru!

1. Tentukan Target yang Realistis

  • Misalnya, jika sebelumnya nilai matematika kamu kurang memuaskan, buat target untuk meningkatkan nilainya menjadi lebih baik.
  • Pastikan targetmu spesifik, terukur, dan dapat dicapai. Jangan terlalu muluk, ya!

2. Buat Rencana Jangka Pendek dan Panjang

  • Rencana jangka pendek: Belajar 30 menit setiap hari untuk materi yang sulit.
  • Rencana jangka panjang: Menguasai semua bab sebelum ujian berikutnya.

3. Jangan Lupa Hargai Diri Sendiri

  • Tetapkan juga hadiah kecil untuk dirimu kalau kamu berhasil mencapai target. Bisa berupa makan enak, nonton film, atau beli barang yang sudah lama kamu inginkan.

Mengembangkan Strategi Belajar yang Lebih Baik Berdasarkan Pengalaman Ujian Sebelumnya

Belajar Efektif ala Introvert

Ujian yang lalu adalah pelajaran berharga. Dari situ, kamu bisa mengembangkan strategi belajar yang lebih efektif untuk ke depannya. Yuk, coba beberapa tips ini:

1. Sesuaikan Gaya Belajar

  • Apakah kamu lebih suka belajar sambil mencatat, membaca ulang, atau diskusi dengan teman? Kenali gaya belajarmu dan terapkan cara yang paling nyaman untukmu.

2. Manfaatkan Teknologi

  • Gunakan aplikasi belajar atau video pembelajaran online untuk mempermudah memahami materi. Ada banyak tools gratis yang bisa kamu coba!

3. Terapkan Teknik Belajar Aktif

  • Jangan cuma membaca, tapi coba buat rangkuman, mind map, atau menjelaskan materi ke orang lain. Cara ini bisa bikin kamu lebih paham.

4. Belajar Sedikit tapi Rutin

  • Daripada begadang semalaman menjelang ujian, lebih baik belajar sedikit demi sedikit setiap hari. Ini bikin materi lebih mudah diingat dan nggak bikin stres.

Pentingnya Tetap Termotivasi Meskipun Ujian Telah Selesai

Kadang, setelah ujian selesai, motivasi kita ikut “libur”. Padahal, masa setelah ujian adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki diri dan merencanakan langkah ke depan. Jadi, bagaimana caranya tetap semangat?

1. Ingat Tujuan Akhirmu

  • Apa alasan kamu belajar? Apakah untuk lulus dengan nilai terbaik, masuk universitas impian, atau mengejar cita-cita tertentu? Ingat tujuan itu setiap kali merasa malas.

2. Cari Inspirasi

  • Tonton video motivasi, baca kisah sukses, atau diskusi dengan teman yang punya semangat belajar tinggi. Energi positif dari orang lain bisa menular, lho!

3. Jangan Lupa Istirahat

  • Tetap termotivasi bukan berarti harus terus belajar tanpa henti. Beri diri waktu untuk recharge, seperti dengan berolahraga, hobi, atau sekadar tidur siang.

Refleksi Hari Ini, Sukses di Masa Depan

Ujian memang sudah selesai, tapi perjalanan kamu masih panjang. Dengan merefleksikan kinerja, menetapkan tujuan baru, dan mengembangkan strategi belajar yang lebih baik, kamu sedang mempersiapkan diri untuk jadi versi terbaik dari dirimu. Jangan lupa untuk tetap semangat dan konsisten, ya!

Jadi, tunggu apa lagi? Mulai dari sekarang, catat langkah-langkahmu untuk masa depan yang lebih gemilang. Ingat, setiap usaha kecil yang kamu lakukan hari ini adalah investasi besar untuk kesuksesanmu di masa depan. 💪📚✨




Ledia Hanifa Ungkapkan Tantangan Pendidikan di Indonesia

Pendidikan

Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah Membincang Pendidikan Di Indonesia Masa Datang

Prolite – Pendidikan merupakan fondasi penting bagi kemajuan suatu bangsa. Di Indonesia, tantangan dalam sektor pendidikan semakin kompleks. Perlu perhatian serta tindakan yang serius dari semua pihak. Hal ini mengemuka dalam webinar bertajuk “Evaluasi Kebijakan Pendidikan Nasional di Indonesia dalam Menyongsong Indonesia Emas 2045” yang diselenggarakan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (BK DPRRI) di Jakarta, Kamis (21/11)

“Secara garis besar ada beberapa tantangan pendidikan yang harus kita selesaikan bersama, seperti persoalan kualitas dan pemerataan pendidikan; sarana prasarana, kualitas & kesejahteraan guru, akses & partisipasi pendidikan, serta manajemen dan tata kelola pendidikan,” kata Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah, yang menjadi salah satu narasumber webinar tersebut.

Terkait persoalan kualitas dan pemerataan pendidikan, Ledia menjelaskan bahwa standar kurikulum yang belum merata di semua daerah, sebaran guru yang masih senjang utamanya di daerah terpencil serta kurangnya kreasi dan inovasi metode pembelajaran menjadi faktor yang harus diperhatikan dan diatasi.

“Kita berharap janganlah setiap ganti menteri ganti kurikulum. Ada perubahan metode atau pendekatan tentu wajar tapi semestinya tetap dalam satu landasan yang sama. Dan kurikulum ini meski bersifat nasional tetap perlu penyesuaian dengan kondisi lokal atau kebutuhan siswa di daerah.”

Soal tantangan sarana prasarana sekolah dijelaskan anggota DPR dapil Kota Bandung dan Cimahi ini termasuk kondisi bangunan sekolah, akses dan keterbatasan fasilitas sekolah serta ketimpangan distribusi sarana belajar seperti laboratorium, perpustakaan dan alat teknologi pendidikan.

“Jumlah ruang kelas rusak di seluruh pelosok negeri sangat banyak. Data BPS menunjukkan ada lebih dari 50% kelas rusak untuk tingkat SD dan hampir 50% untuk tingkat SMP. Sementara level SMA dan SMK lebih dari 30% nya. Ini tentu peer besar bagi pemerintah. Bagaimana menuntaskan hal ini meski bertahap namun segera. Karena terkait dengan keselamatan dan kenyamanan belajar siswa dan guru. Kami sendiri di Komisi X berharap agar tanggungjawab anggaran perbaikan ruang kelas sekolah yang saat ini berada di pihak PUPR dikembalikan ke kementerian pendidikan.”

Sementara untuk persoalan kesejahteraan guru dijelaskan Ledia meliputi banyaknya guru yang belum sejahtera karena masih terdapat sistem penggajian dan tunjangan yang rendah, utamanya pada mereka yang berstatus guru honorer atau guru di sekolah swasta yang memiliki pemasukan terbatas.

“Kebutuhan guru di seluruh sekolah di negeri ini sangat banyak, baik di sekolah negeri maupun swasta. Karena itu kehadiran guru honorer menjadi sangat dibutuhkan. Sayangnya guru honorer sering menerima upah jauh di bawah standar hidup layak dan tidak memperoleh tunjangan atau jaminan sosial memadai.”

Tambahan pula, lanjut Ledia, banyak guru ,terutama guru honorer, yang juga tidak mendapat akses pelatihan atau pendidikan yang memadai untuk peningkatan kompetensi, sehingga makin sulit bagi mereka untuk mendapat peningkatan kesejahteraan. Karenanya diperlukan rencana segera dan berkelanjutan dari Pemerintah untuk bisa mengeluarkan program terkait peningkatan kesejahteraan guru.

Mengurai tantangan akses dan partisipasi pendidikan, Ledia yang juga anggota Badan Legislasi ini menyebut faktor ekonomi seringkali menjadi hambatan siswa melanjutkan sekolah. Kalau mengacu data tingkat SD angka partisipasi murninya memang tergolong tinggi, yaitu 97% anak Indonesia bersekolah. Namun ternyata semakin tinggi jenjang pendidikan angkanya semakin mengecil, untuk level SMP hanya sekitar 81% dan setingkat SMA hanya sekitar 62%.




Maba Wajib Tahu! 4 Perbedaan Sekolah dan Kuliah yang Harus Kamu Siapkan!

Maba

Prolite – Selamat kepada para Maba! Kamu akan segera memasuki babak baru dalam hidupmu, yaitu kehidupan perkuliahan. Transisi dari sekolah menengah ke perguruan tinggi tentu akan terasa sangat berbeda.

Untuk mempersiapkan diri, yuk kita bahas beberapa perbedaan mendasar antara sekolah dan kuliah yang wajib kamu tahu sebagai mahasiswa baru (maba)! 🎓✨

Maba Wajib Tahu 4 Perbedaan Sekolah dan Kuliah

1. Bebas dalam Memilih

Ilustrasi bebas memilih – Freepik

  • Mata Kuliah: Di sekolah, kamu diwajibkan mengikuti semua mata pelajaran. Namun, di kuliah kamu bisa memilih mata kuliah yang sesuai dengan minat dan jurusanmu.
  • Jadwal: Kamu memiliki fleksibilitas lebih dalam mengatur jadwal kuliah. Tidak ada lagi bel yang berbunyi setiap jam.
  • Pakaian: Tidak ada lagi seragam yang membatasi gaya berpakaianmu. Kamu bisa berkreasi dengan pakaian yang nyaman dan sesuai dengan kepribadianmu.

2. Manajemen Waktu yang Lebih Bebas

Ilustrasi manajemen waaktu – ist

  • Tugas: Jika di sekolah tugas diberikan secara rutin, di kuliah kamu akan lebih banyak mengerjakan tugas besar yang membutuhkan perencanaan yang matang.
  • Ujian: Sistem ujian di kuliah lebih bervariasi, tidak hanya ujian tertulis, tetapi juga presentasi, makalah, dan proyek.
  • Kegiatan Ekstrakurikuler: Kamu bebas memilih kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan bakatmu.

3. Lingkungan Belajar yang Lebih Independen

Ilustrasi belajar mandiri – Freepik

  • Dosen: Dosen lebih berperan sebagai fasilitator. Kamu dituntut untuk lebih aktif mencari informasi dan belajar mandiri.
  • Teman: Kamu akan bertemu dengan teman-teman dari berbagai latar belakang yang akan memperluas wawasanmu.
  • Lingkungan: Lingkungan kampus yang lebih luas dan dinamis akan memberikan pengalaman belajar yang berbeda.

4. Tanggung Jawab yang Lebih Besar

Ilustrasi mengatur keuangan –

  • Keuangan: Kamu perlu mengatur keuangan sendiri, mulai dari membayar uang kuliah hingga memenuhi kebutuhan sehari-hari.
  • Karir: Mulai sekarang, kamu harus mulai memikirkan masa depan dan karir yang ingin dicapai.
  • Kemandirian: Kamu harus belajar untuk mandiri dalam segala hal, mulai dari mengatur waktu hingga menyelesaikan masalah.

Itu lah perbedaan antara sekolah dengan kuliah. Dengan mengetahui perbedaannya, semoga kamu tidak kaget dan bisa menyesuaikan diri di kampus nanti.

Ingat, kuliah adalah masa-masa yang sangat menyenangkan dan berharga. Setiap tantangan yang kamu hadapi akan menjadi pengalaman berharga yang membentukmu menjadi pribadi yang lebih kuat dan mandiri.

Manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk belajar, mengembangkan diri, dan meraih cita-citamu! Selamat menikmati perjalanan barumu sebagai maba! Fighting Guys! 🚀




Kemendikbudristek Menghapus Jurusan IPA, IPS dan Bahasa Berlaku Pada Tahun Ajaran 2024/2025

Ilustrasi jurusan IPA, IPS dan Bahasa (Unsplash Ed Us).

Kemendikbudristek Menghapus Jurusan IPA, IPS dan Bahasa Berlaku Pada Tahun Ajaran 2024/2025

Prolite – Penghapusan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Risetdan Teknologi atau ://

Penghapusan jurusan ini dilakukan di jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Pemberlakukan dihilangkannya 3 jurusan pada jenjang SMA ini berlaku mulai tahun ajaran 2024/2025 ini.

Kepala Badan Standar Nasional Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, mengatakan peniadaan jurusan di SMA merupakan bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka yang sudah diterapkan secara bertahap sejak tahun 2021.

Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Anindito Aditomo (Kompas).
Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Anindito Aditomo (Kompas).

Pada 2022 hanya 50 persen yang menerapkan Kurikulum Merdeka. Kini, Kurikulum Merdeka sudah diterapkan pada 90-95 persen satuan pendidikan di tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK. “Peniadaan jurusan karena sekolah sudah menggunakan Kurikulum Merdeka,” kata Anindito dikutip dari Tempo.

Jika pada sebelumnya pemilihan jurusan IPA, IPS dan Bahasa dapat dilakukan sesuai dengan minat, bakat, kemampuan dan aspirasi studi lanjut atau karirnya.

Namun persiapan yang lebih terfokus dan mendalam ini sulit dilakukan jika murid masih dikelompokkan ke dalam jurusan IPA, IPS, dan Bahasa. Yang terjadi ketika ada pembagian jurusan adalah sebagian besar murid memilih jurusan IPA.

Hal ini belum tentu dilakukan berdasarkan refleksi tentang bakat, minat dan rencana kariernya, melainkan karena jurusan IPA diberi privilise lebih dalam memilih program studi di perguruan tinggi.

Di sisi lain, penghapusan jurusan di SMA juga menghapus diskriminasi terhadap murid jurusan non-IPA dalam seleksi nasional mahasiswa baru. Menurut Anindito, dengan Kurikulum Merdeka, semua murid lulusan SMA dan SMK dapat melamar ke semua prodi melalui jalur tes, tanpa dibatasi oleh jurusannya ketika SMA/SMK.




PPDB Kota Bandung, Sekda: Belum Ada Laporan Masalah

PPDB Kota Bandung

PPDB Kota Bandung, Sekda: Belum Ada Laporan Masalah

BANDUNG, Prolite – Pada PPDB Kota Bandung 2024, Pelaksanaan harian Sekertaris Daerah ( Plh Sekda) Kota Bandung Hikmat Ginanjar mengklaim hingga Jumat (21/6/2024) pihaknya belum menerima permasalahan seputar Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

“Kita masih evaluasi ya, secara keseluruhan dari mulai pendaftaran sampai pelaksanaan pengumuman hari ini sedang dievaluasi oleh teman-teman,” ujar Hikmat yang juga merangkap Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung.

Hikmat tetap bersikukuh bahwa PPDB tahun ini belum ada laporan yang tidak baik.

“Saya pikir yang namanya persepsi itu ya semua berjalan sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam SOP, semua sudah sesuai aturan ya. Sampai hari ini tidak ada laporan seperti itu semua masih sesuai aturan karena memudahkan masyarakat daftar melalui online kemudian pengumuman pun online,” tandasnya.

Begitupun disinggung ada perbedaan kuota dengan simdik, Hikmat mengaku belum menerim laporan tersebut.

“Sampai hari ini belum menerima laporan itu ya, sampai hari ini sesuai aturan kaidah yang ada. Pasti secara keseluruhan akan kita evaluasi,” paparnya.




Workshop Pendidikan, Mengembangkan Kemampuan Pendidikan dalam Mengefektifkan Suasana Pembelajaran Melalui Ice Breaking Kelas

workshop pendidikan - DPR RI

Kerja Sama dengan Kemdikbudristek, Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah Gelar Workshop Pendidikan

BANDUNG, Prolite – Bekerja sama dengan Kemdikbudristek, anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah menggelar workshop pendidikan bertema “Mengembangkan Kemampuan Pendidikan dalam Mengefektifkan Suasana Pembelajaran Melalui Ice Breaking Kelas”.

Tujuan workshop pendidikan ini agar sekolah lebih menyenangkan sehingga potensi atau bakat anak didik berkembang, anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah menyampaikan bahwa guru-guru harus mempunyai trik-trik jeda pelajaran yang menarik sehingga si anak bisa kembali konsentrasi, bergairah dan senang belajar kembali.

Pasalnya belajar jaman dulu penuh tekanan, hukuman, dan instruksi, akibatnya anak tidak senang sekolah bahkan memilih keluar sekolah atau drop out. Selain itu bakat anak pun jadi tak tersalurkan.

Menurut Ledia, tugas pendidik sekarang adalah bagaimana caranya agar anak didik gembira belajar dan belajar dengan gembira, karena kalau anak didik tidak nyaman maka sekolah pun tidak menyenangkan. Jika menyenangkan maka interaksi satu sama lain akan bagus sehingga tidak ada lagi kasus perundungan atau bullying.

“Kegiatan ice breaking atau belajar dengan gembira itu nantinya bisa meminimalisir kegiatan tidak kita inginkan,” ujar Ledia, pada workshop pendidikan Sabtu (15/6/2024).

Ledia pun tak menampik bahwa di kelas itu ada masa-masa anak-anak bosen dan itu berarti harus ada atensi.

“Menarik atensi itu dengan ice breaking, sehingga guru harus punya keterampilan ice breaking dan harus berkembang jangan hanya itu-itu saja. Juga hari ada manfaat untuk pendidikan,” ucap Ledia.

Masih kata Ledia, ada beberapa hal suasana monoton alias tidak dinamis dan memang membuat anak-anak turun minat belajarnya terlebih terpapar gadget atau gawai.

“Gadget itu cepat perubahannya, konsentrasi juga kan terbatas karena itu perlu ada jeda-jeda istilah ice breaking. Agar kembalikan gairah belajar, kembalikan potensi, sehingga anak didik merasa terarah dan dikembangkan. Buat mereka nyaman agar belajar optimal ke depan dan tidak menimbulkan potensi bullying,” tegasnya.

Disinggung soal bullying menurut Ledia, bisa jadi secara umum anak-anak pelaku bullying itu karena tidak nyaman atau mengalami perundungan di rumah atau banyak dimarahi, sehingga melampiaskan ke teman yang dianggap lebih rentan.

Karenanya guru harus menelusuri mencari tahu penyebabnya apa hingga akhirnya si anak memilih kekerasan atau perundungan.

Ledia pun menghimbau agar komunikasi terbuka setidaknya dengan wali kelas.

“Dalam membaca potensi, guru punya pengalaman dan harus diasah terus, mata batinnya diasah terus. Insyaa Allah mempermudah mengenali anak walau tidak 100 persen. Tidak hanya wali kelas yang bertanggung jawab, guru-guru mata pelajaran pun bertanggungjawab karena potensi bisa saja dikembangkan oleh guru pelajaran,” tutupnya seraya mengatakan sebelumnya kerja sama dalam kegiatan merdeka belajar dan rapor pendidikan.

Sekretaris Dinas Pendidikan Tantan Surya Santana menambahkan bahwa kerja sama DPR RI dan Kemendikbudristek dalam workshop pendidikan itu diikuti sekitar 100 guru di Kota Bandung.

Kata Tantan, yang mereka(guru-guru) itu ambil dari workshop pendidikan adalah proses pembelajaran lebih menyenangkan guna wujudkan generasi emas, unggul, cerdas.

“Yang menentukan proses di sekolah adalah peran guru di dalamnya. Kita juga dulu malas sekolah karena suasana stres, tegang. Nah sekarang diubah proses pembelajaran harus membuat suasana menyenangkan, semangat, belajar jadi motivasi,” ucapnya.

Belajar sekolah bukan lagi intruksi, namun coaching and matering, dulu teori sekarang implementasi.

“Guru sekarang istilahnya mengajar dengan hati ikhlas tidak lagi ada tekanan, ancaman, hukuman apalagi berbentuk fisik. Itu pengaruh kolonialisme. Harus membuat semangat karena senang belajar, mudah dan disini peran guru melakukan berbagai strategi sehingga harus fahami pola ice breaking,” tuturnya.

Dalam Undang-undang guru No. 14 tahun 2005, bahwa guru itu harus punya empat kompetensi, kompetensi pedagogik di mana paham masing-masing siswanya.

“Sekolah itu kaya kebun binatang, jadi dikembangkan sesuai potensinya. Misal, ikan bisa renang jangan dipaksa kaya burung harus bisa terbang,” ucapnya.

Lalu kompetensi kepribadian di mana guru itu tidak lagi instruksi tapi teladan, kata Tantan. Semisal siswa unggul karena guru unggul, siswa baik karena guru baik.

Ada juga kompetensi keprofesionalan yang jelas tertata dalam undang-undang. Terakhir kompetensi sosial.

Kata Tantan ini sering dilupakan seharusnya dalam hal ini guru dan anak didik jalin komunikasi dengan ekosistem komite, tokoh masyarakat, antar siswa, dan orang tua siswa.

“Kalau ada anak kurang minat belajar itu bisa saja pengaruh dari rumah. Sekarang itu guru dan siswa bagaikan teman curhat. Ini sudah episode 26 kurikulum merdeka dimana sekolah di Paud dan TK itu tujuannya main, interaksi, di SD baru siapkan mental bersosial,” tutupnya.




Edwin Senjaya: Jangan Paksakan Anak Masuk Ke Sekolah Favorit

Edwin Senjaya - TPA Sarimukti - harga beras

Edwin Senjaya: Jangan Paksakan Anak Masuk Ke Sekolah Favorit

BANDUNG, Prolite –  Wakil Ketua III DPRD Kota Bandung Edwin Senjaya menghimbau agar para orang tua yang akan menyekolahkan anaknya agar tidak memaksakan diri masuk ke sekolah favorit.

Namun masukan mereka sesuai kemampuan akademisnya. Pasalnya kecurangan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) terjadi salah satunyanya karena orangtua yang memaksakan anaknya masuk sekolah favorit.

“Dan himbauan pada Disdik agar benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik, terbuka dan adil. Kita berharap lancar tidak seperti yang sudah-sudah prinsipnya tidak boleh ada siswa di Bandung yang tidak bisa melanjutkan sekolah. Saya gak faham sistemnya namun apapun itu tidak boleh ada siswa tidak bisa mendapatkan sekolah semua harus bisa karena ini kan amanat konstitusi,” ungkap Edwin Senjaya kepada wartawan di ruang kerjanya, Selasa (4/5/2024).

Edwin Senjaya mengaku selama ini banyak warga mengeluhkan masalah sistem zonasi.

“Kenapa yang rumahnya jarak dekat ke sekolah kalah dengan yang lebih jauh. Disitu pengawasan dari kita, jangan sampai diterapkan tidak adil. Kemudian jalur prestasi, banyak keluhan anak prestasinya tidak jelas tapi diterima dibanding yang prestasi secara individu dan menonjol,” ujarnya.

Disinggung soal titip menitip, Edwin tidak mempermasalahkannya selama normatif dan dapat dipertanggungjawabkan.

“Kalau tiipan ini, dewan juga kan titipan masyarakat. Tapi selama normatif bisa dipertanggungjawabkan tidak masalah kita kan tugasnya memperjuangkan aspirasi masyarakat, kalau memang memenuhi persyaratan harus kita kawal,” ungkapnya.

Sedang soal pungutan liar, Edwin Senjaya menegaskan hal itu tidak boleh terjadi.

“Kalau itu gak boleh, kita berharap tidak ada lagi pungli, oleh siapapun ke PPDB untuk keuntungan pribadi tidak boleh. Kalau sampai ada kita minta proses sesuai ketentuan berlaku,” tegasnya.




Bantah Hapus Pramuka dari Ekstrakurikuler Wajib Sekolah

Pernyataan pramuka di hapus dari ekstrakurikuler wajib sekolah (SHUTTERSTOCK).

Bantah Hapus Pramuka dari Ekstrakurikuler Wajib Sekolah

Prolite – Beberapa waktu lalu dunia pendidikan dihebohkan dengan pernyataan ekstrakurikuler pdi hapuskan dari sekolah.

Kabar penghapusan ekstrakulikuler pramuka itu di tepis oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI Nadiem Makarim.

Dalam rapat kerja Komisi X DPR pada Rabu lalu, Nadiem menegaskan bahwa tidak dihapus atau dihilangkan dari sekolah.

“Secara prinsip menurut saya satu, mohon sudah tidak lagi dibahas bahwa pramuka itu dihapus atau dihilangkan dari sekolah,” kata Nadiem dikutip dari CNN.

Oleh karena itu sekolah tetap mengharuskan mengadakan ekstrakulikuler tersebut.

Karena pemberiataan tersebut sontak banyak pihak-pihak yang tidak setuju bahkan menyayangkan jika ekstrakulikuler tersebut sampai dihapuskan.

Setelah ditelisik, narasi tersebut mencuat setelah Peraturan Mendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah diterbitkan.

Kemendikbud Nadiem Makarim
Kemendikbud Nadiem Makarim

Pada pasal 34 bab V disebutkan bahwa sejak peraturan menteri itu mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo menepis isu penghapusan tersebut. Dia memastikan masih di posisi sebagai ekstrakurikuler yang wajib disediakan satuan pendidikan hingga jenjang pendidikan menengah.

Dia menjelaskan, Permendikbudristek 12/2024 harus dibaca secara cermat dan bersamaan dengan UU 12/2010 tentang Gerakan Pramuka.

Permendikbudristek mewajibkan sekolah menyelenggarakan minimal satu ekstrakurikuler. Kemudian, UU 12/2010 juga mewajibkan satuan pendidikan untuk memiliki gugus depan.

”Ketika dibaca bersamaan, praktis wajib diselenggarakan. Sekolah wajib menyelenggarakan Pramuka sebagai salah satu ekstrakurikuler,” jelasnya.

Dalam praktiknya, Permendikbudristek 12/2024 hanya merevisi bagian Pendidikan Kepramukaan dalam Model Blok yang mewajibkan perkemahan menjadi tidak wajib. Namun, jika satuan pendidikan berencana menyelenggarakan kegiatan perkemahan, tetap diperbolehkan.