Palestinian Voices in Games: Industri Game Global Angkat Suara untuk Palestina

Prolite – Palestinian Voices in Games: Industri Game Global Angkat Suara untuk Palestina
Pernah kebayang nggak kalau dunia game, yang biasanya identik dengan hiburan, bisa jadi medium perjuangan dan solidaritas?
Nah, baru-baru ini industri game global bikin gebrakan dengan mendirikan Palestinian Voices in Games, sebuah jaringan yang berfokus mendukung pengembang game asal Palestina yang selama ini kurang terwakili.
Inisiatif ini nggak cuma soal teknologi, tapi juga tentang identitas, budaya, dan kemanusiaan.
Apa Itu Palestinian Voices in Games?
Dilansir dari Game Developer (19 September 2025), lebih dari 50 profesional game dunia bergabung membentuk koalisi ini. Mulai dari studio game, kurator, hingga penyelenggara acara.
Nama-nama besar seperti Santa Ragione, Nerial, The Pixel Hunt, Indoor Sunglasses, Lizardcube, dan Deneos ikut ambil bagian. Misi utamanya jelas: melawan kurangnya representasi dan dehumanisasi terhadap orang Palestina di ruang budaya populer, khususnya video game.
Menurut pernyataan resmi di situs mereka, kelompok ini percaya bahwa minimnya visibilitas warga Palestina di media populer memperparah stigma dan diskriminasi.
Dan kita tahu, diskriminasi di dunia digital sering banget merembet ke kehidupan nyata, terutama di tengah situasi sulit di Gaza dan meningkatnya tekanan di Tepi Barat.
Inspirasi dari Budaya dan Seni Palestina
Koalisi ini terinspirasi oleh karya-karya intelektual dan seniman Palestina seperti Edward Said, Mahmoud Darwish, Hiam Abbas, hingga Rasheed Abueideh, seorang game developer asal Gaza yang pernah merilis Liyla and the Shadows of War (2016), sebuah game emosional tentang konflik di Gaza.
Melalui pendekatan seperti ini, Palestinian Voices in Games ingin lahirkan generasi baru kreator Palestina yang bisa membawa cerita-cerita mereka ke audiens global.
Saat ini, ada empat proyek game yang lagi didampingi: Dreams on a Pillow, Being 2, RiYafa, dan Pomegranates. Menariknya, mereka juga buka peluang bagi pengembang independen Palestina buat mengajukan karya, baik yang masih berupa konsep, maupun sudah hampir selesai, untuk dapat bimbingan atau dukungan pendanaan.
Bukan Sekadar Game Biasa Namun Ada Peluang Nyata
Yang bikin unik, proyek ini nggak cuma soal “bikin game.” Ada peluang nyata bagi para pengembang untuk dapat dukungan profesional, promosi, bahkan pendanaan.
Bahkan ada sistem mentoring supaya para kreator muda bisa belajar langsung dari veteran industri game internasional. Artinya, game bisa jadi jembatan ekonomi juga buat komunitas yang selama ini terpinggirkan.
Selain itu, mereka juga mengajak relawan dan mitra pendanaan untuk terlibat. Jadi, nggak cuma developer Palestina yang dapat kesempatan, tapi juga investor, akademisi, dan kreator lain bisa berkolaborasi.
Dukungan Global: Dari Charity Bundles hingga Isu Etis
Sebenarnya, dukungan terhadap Palestina di ranah game bukan hal baru. Beberapa tahun terakhir, banyak kreator menggalang dana lewat charity bundles untuk membantu korban konflik.
Ada juga seruan kepada perusahaan besar seperti Microsoft, yang sempat dituding teknologinya dipakai dalam operasi militer Israel. Bahkan, Microsoft sudah menunjuk konsultan independen untuk menyelidiki apakah benar teknologi mereka digunakan untuk menyasar warga sipil.
Langkah Palestinian Voices in Games ini memperkuat tren tersebut: bahwa industri game nggak bisa lagi dipandang cuma soal bisnis, tapi juga soal tanggung jawab sosial dan etika.
Industri game global tumbuh pesat. Tahun 2025, jumlah gamer dunia diperkirakan lebih dari 3,4 miliar orang (Newzoo, 2025).
Dengan skala sebesar itu, game bukan cuma hiburan, tapi juga medium budaya populer yang berpengaruh besar. Sayangnya, cerita dari Palestina jarang sekali muncul, apalagi dari perspektif orang Palestina sendiri.
Kurangnya representasi ini nggak cuma bikin cerita mereka hilang, tapi juga bisa memperkuat stereotip negatif. Dengan adanya Palestinian Voices in Games, ada ruang baru untuk narasi alternatif yang lebih autentik, personal, dan penuh empati.
Suara Solidaritas dari Dunia Game
Kalau dipikir-pikir, langkah ini nunjukkin bagaimana solidaritas dan teknologi bisa berpadu. Bayangin kalau makin banyak industri kreatif yang melakukan hal serupa yakni mendukung suara-suara yang selama ini terpinggirkan. Hasilnya? Bukan cuma keberagaman cerita, tapi juga kesempatan ekonomi, pendidikan, dan tentu saja, kemanusiaan.
Koalisi ini berharap keberadaan mereka bisa menginspirasi lebih banyak pihak, termasuk investor, lembaga pendidikan, dan komunitas gamer, untuk ikut mendukung dan kolaborasi. Jadi, ini bukan akhir, tapi justru awal dari gerakan yang lebih besar.
Game Sebagai Medium Harapan
Akhirnya, Palestinian Voices in Games nunjukkin bahwa game bisa lebih dari sekadar hiburan. Ia bisa jadi medium harapan, perlawanan, dan solidaritas. Buat kita sebagai gamer, kreator, atau sekadar penikmat pop culture, langkah ini ngajak kita buat lebih kritis dan peduli.
Jadi, gimana menurut kamu? Siap dukung karya kreator Palestina dan kasih ruang buat cerita-cerita mereka bersinar di panggung global?
Karena siapa tahu, game yang kita mainkan besok bisa jadi lahir dari perjuangan dan mimpi seorang developer Palestina yang suaranya kini makin terdengar.


