Dinamika Terbaru Stabilitas Nilai Rupiah : Sebuah Tinjauan Mendalam

Nilai Rupiah

Prolite – Dalam kurun waktu satu minggu yang penuh dinamika, terutama pada periode 23 hingga 27 Oktober 2023, stabilitas nilai Rupiah mengalami fluktuasi yang layak dicermati.

Dilansir dari Bank Indonesia, berbagai indikator ekonomi memperlihatkan bagaimana nilai Rupiah berhadapan dengan dolar Amerika Serikat serta bagaimana pergerakan aliran modal asing yang mempengaruhi pasar keuangan domestik.

Refleksi Nilai Rupiah dan Indikator Terkait

Infografis Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah 27 Oktober 2023 – Biro Bank Indonesia

Hingga akhir hari Kamis, 26 Oktober 2023, Rupiah mencatatkan posisi di level (bid) setiap dolar AS.

Tak hanya itu, Yield Surat Berharga Negara (SBN) dengan jangka waktu 10 tahun mengalami kenaikan hingga 7,17%.

Di sisi lain, DXY, sebuah indeks yang mencerminkan kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang besar lainnya, menguat ke posisi 106,60.

Sebagai kontras, Yield UST (US Treasury) Note untuk jangka waktu 10 tahun justru menunjukkan penurunan, berada di level 4,845%.

Kemudian, di pagi harinya pada Jumat, 27 Oktober 2023, nilai Rupiah kembali dibuka pada level yang sama, yakni (bid) per dolar AS. Dalam periode yang sama, Yield SBN 10 tahun mengalami peningkatan tipis ke angka 7,18%.

Gelombang Aliran Modal Asing pada Oktober

Ilustrasi modal asing –

Menganalisis lebih lanjut tentang aliran modal asing, terutama pada Minggu IV Oktober 2023, Premi CDS Indonesia untuk jangka waktu 5 tahun tercatat sebesar 100,71 bps per tanggal 26 Oktober.

Angka ini menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan data yang ada pada 20 Oktober 2023, yaitu 101,97 bps.

Membahas lebih mendalam mengenai data transaksi selama periode 23 hingga 26 Oktober 2023, catatan menunjukkan bahwa nonresiden di pasar keuangan domestik memiliki aktivitas beli neto sebesar Rp1,04 triliun.

Rincian transaksi tersebut terbagi menjadi beli neto Rp2,18 triliun di pasar SBN, penjualan neto sebesar Rp2,57 triliun di pasar saham, serta pembelian neto Rp1,44 triliun di SRBI.

Jika dilihat sepanjang tahun 2023 dan berdasarkan data setelmen hingga 26 Oktober 2023, nonresiden melakukan pembelian neto sebesar Rp47,14 triliun di pasar SBN.

Di sisi lain, terdapat penjualan neto sebesar Rp11,11 triliun di pasar saham, serta pembelian neto senilai Rp11,80 triliun di SRBI.

Dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, Bank Indonesia senantiasa memperkuat koordinasi bersama Pemerintah dan otoritas terkait lainnya.

Mengoptimalkan strategi kebijakan campuran menjadi salah satu langkah yang diambil untuk mendukung pemulihan ekonomi yang berkelanjutan.

penjualan eceran
Potret Bank Indonesia – Bloomberg

Sebagai penutup, di Jakarta, pada tanggal 27 Oktober 2023, Departemen Komunikasi Bank Indonesia yang diwakili oleh Direktur Eksekutif Erwin Haryono mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk terus mendukung kebijakan yang telah diterapkan demi mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ke arah yang lebih positif.




Nilai Tukar Rupiah Melemah, Aliran Modal Asing Keluar

Nilai tukar rupiah

JAKARTA, Prolite – Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS pada minggu pertama September 2023. Rupiah ditutup pada level per dolar AS pada akhir pekan lalu, melemah 0,2% dari level penutupan minggu sebelumnya.

Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman, telah menjelaskan beberapa faktor yang dapat menyebabkan pelemahan rupiah. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang disebutkan:

  1. Kenaikan Suku Bunga The Fed yang Lebih Agresif: Suku bunga yang lebih tinggi di Amerika Serikat, terutama jika dinaikkan secara agresif oleh Federal Reserve (The Fed), dapat menarik modal investor asing dari negara-negara berkembang seperti Indonesia. Investasi di AS menjadi lebih menarik karena imbal hasilnya lebih tinggi, sehingga arus modal dapat mengalir keluar dari Indonesia, yang dapat melemahkan nilai tukar rupiah.
  2. Kekhawatiran Terhadap Resesi Global: Kekhawatiran akan resesi ekonomi global juga dapat mempengaruhi arus modal ke negara-negara yang dianggap lebih aman. Ketika investor khawatir akan perlambatan ekonomi global, mereka mungkin cenderung mencari tempat yang lebih aman untuk berinvestasi, seperti aset-aset yang dikelola di negara maju, yang dapat memengaruhi mata uang negara berkembang seperti rupiah.
  3. Arus Modal Asing Keluar dari Indonesia: Ketika investor asing mulai menarik investasi mereka dari Indonesia, hal ini dapat menyebabkan tekanan pada mata uang rupiah. Alasan investor asing dapat menarik modalnya termasuk kekhawatiran akan ketidakstabilan ekonomi atau perubahan dalam kondisi pasar global yang mempengaruhi keyakinan mereka dalam berinvestasi di Indonesia.

Berdasarkan data transaksi 4-7 September 2023, terlihat bahwa nonresiden (investor asing) di pasar keuangan domestik melakukan jual neto senilai Rp7,57 triliun.

Jual neto ini terbagi menjadi jual neto senilai Rp7,06 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan jual neto senilai Rp0,50 triliun di pasar saham.

Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Bank Indonesia juga akan mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.

Infografis Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah – Departemen Komunikasi Bank Indonesia

Berikut adalah perkembangan indikator stabilitas nilai tukar rupiah pada minggu pertama September 2023 beserta penjelasan singkat tentang masing-masing indikator:

  1. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS: per dolar AS (-0,2%)
    • Penurunan sebesar 0,2% menunjukkan bahwa dalam periode tersebut, nilai tukar rupiah melemah sedikit terhadap dolar AS.
  2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 Tahun: 6,55%
    • Yield mengukur imbal hasil dari Surat Berharga Negara Indonesia dengan tenor 10 tahun. Angka ini mencerminkan tingkat suku bunga yang harus dibayarkan oleh pemerintah kepada pemegang SBN. Yield yang lebih tinggi bisa mengindikasikan ketidakpastian atau risiko lebih besar dalam ekonomi.
  3. DXY (Indeks Dolar AS): 105,06
    • DXY adalah indeks yang mengukur nilai dolar AS terhadap sekeranjang mata uang asing utama. Angka 105,06 menunjukkan kekuatan dolar AS dalam periode tersebut terhadap mata uang asing lainnya.
  4. Yield UST (US Treasury Note) 10 Tahun: 4,244%
    • Ini adalah yield dari US Treasury Note (Surat Utang Pemerintah AS) dengan tenor 10 tahun. Angka ini mengindikasikan tingkat suku bunga dari surat utang pemerintah AS dengan tenor 10 tahun. Perubahan dalam yield ini dapat mempengaruhi arus modal internasional.
  5. Premi CDS (Credit Default Swap) Indonesia 5 Tahun: 80,11 bps
    • Premi CDS adalah biaya perlindungan terhadap risiko default (gagal bayar) utang suatu negara. Angka 80,11 basis poin (bps) menunjukkan premi yang harus dibayarkan untuk mengasuransikan risiko gagal bayar utang Indonesia selama 5 tahun ke depan. Semakin tinggi premi CDS, semakin tinggi persepsi risiko terhadap negara tersebut.

Perkembangan ini mencerminkan dinamika ekonomi dan keuangan yang dapat memengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah.

Penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan kenaikan yield SBN serta premi CDS mungkin mengindikasikan tekanan pada nilai tukar rupiah dan ketidakpastian dalam ekonomi domestik.

Tetapi, semua indikator ini perlu dianalisis bersama-sama untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang kondisi ekonomi dan keuangan Indonesia.