Banyaknya Kasus Pelecehan, Adelia Sidik: Harus Ada Perubahan di Perda Perlindungan Anak

pelecehan anak-ilustrasi

Banyaknya Kasus Pelecehan, Adelia Sidik: Harus Ada Perubahan di Perda Perlindungan Anak

Prolite – Seorang siswa SD berinisial Y diduga telah melakukan pelecehan terhadap sejumlah anak laki-laki lain yang sebagian besar lebih muda darinya.

Berawal dari salah satu korban berinisial C (7), yang diketahui setelah sang kakak melaporkan kejadian tersebut kepada ibunya pada 22 Mei 2025.

“Awalnya setahu saya korbannya ada empat, dan belum lama saya tahu korban sekarang ada sembilan,” ujar RW (33), ibu dari C, saat dikonfirmasi, Senin (9/6/2025).

Kejadian ini tentu ramai diperbincangkan masyarakat kota Bekasi. Tak terlepas Ketua Komisi IV DPRD Kota Bekasi, Adelia Sidik yang tentu sangat prihatin dengan kejadian tersebut.

pelecehan anak
Ketua Komisi IV DPRD Kota Bekasi, Adelia Sidik.

Berkaca dari banyaknya kasus pelecehan terhadap anak di bawah umur dan khususnya untuk kasus pelecehan oleh anak Y ini, Adelia Sidik mendorong revisi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2023 tentang Perlindungan Anak.

Menurutnya, dugaan pelecehan terjadi karena pelaku terinspirasi dari konten dewasa yang ia tonton secara bebas di gawai.

Adelia menilai, perda yang berlaku saat ini belum cukup mengantisipasi persoalan yang timbul akibat penggunaan ponsel di kalangan anak-anak. Ia menyoroti bahaya paparan konten negatif jika penggunaan gawai tidak diawasi secara ketat oleh orangtua.

“Kami sedang menginisiasi perubahan perda perlindungan anak di Kota Bekasi. Jadi dengan adanya kasus ini, kami makin kencang (bersuara),” kata Adelia dikutip dari Kompas.

Melalui revisi perda tersebut, Adelia berharap peran dinas-dinas terkait, seperti Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, serta Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A), dapat lebih maksimal dalam menangani kasus anak yang berhadapan dengan hukum.

“Saya berharapnya Pemkot Bekasi buka mata, miris sekali kita punya APBD yang cukup besar, tapi ternyata tidak bisa maksimal,” tambahnya.




Cegah Kekerasan Perempuan dan Anak, Pemkot Bandung Resmikan ‘Senandung Perdana’

kekerasan perempuan dan anak

Cegah Kekerasan Perempuan dan Anak, Pemkot Bandung Resmikan ‘Senandung Perdana’

BANDUNG, Prolite – Angka kekerasan perempuan dan anak di Kota Bandung masih cenderung tinggi. Berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung, pada tahun 2022 terdapat 450 kasus yang masuk ke laporan UPTD PPA.

Oleh karena itu, sebagai upaya menurunkan angka kasus kekerasan perempuan dan anak, DP3A Kota Bandung meluncurkan fasilitas berupa Sekolah dan Layanan Perlindungan Perempuan dan Anak (Senandung Perdana) di Pendopo Kota Bandung, Senin 23 Oktober 2023.

“Empat jenis kekerasan perempuan dan anak yang tertinggi adalah kekerasan psikis, keduanya fisik, lalu seksual, dan yang keempatnya adalah penelantaran,” ujar Kepala DP3A Kota Bandung, Uum Sumiati.

Ia menerangkan, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak bisa dilakukan dengan meningkatkan kewirausahaan, kemudian menurunkan tingkat kekerasan perempuan dan anak, menekan angka pekerja anak, mencegah perkawinan anak, serta meningkatkan peran ibu dan keluarga dalam pengasuhan anak.

‘Kemudian dari unsur pendidikan, kami mengutamakan juga nanti para guru BK, para kepala sekolah, dan juga pengurus OSIS dari sekolah untuk penguatan sosialisasi dan edukasi pencegahan kekerasan ini dilakukan secara sistematis,” ungkapnya.

Pihaknya telah menyusun modul bersama dengan Poltekkes Bandung. Ada 8 modul utama yang akan disampaikan yakni pembangunan kualitas keluarga, pengasuhan berbasis hak anak, cegas kekerasan berbasis gender, pencegahan perkawinan usia anak, psiko sosial dan eksploitasi seksual, psiko sosial anak, sanksi hukum, dan keterampilan konseling.

“Di samping juga ada model tematik nanti berkaitan dengan literasi keuangan dan kewirausahaan. Dengan harapan jangka panjang, sekolah perlindungan ini akan menekan kasus kekerasan yang terjadi di Kota Bandung, bahkan diharapkan bisa tidak terjadi sehingga bisa terwujudnya kota layak anak dan menuju kota yang ramah perempuan,” harap Uum.

Merespon hal itu, Sekretaris Daerah Kota Bandung, Ema Sumarna menyampaikan, DP3A sebagai leading sektor harus mampu menginventarisasi kasus tak hanya di hilir, tapi juga di hulu.

“Dalam menangani persoalan ini jangan tiba-tiba yang jadi orientasi kita itu di hilir. Tetapi saya berpendapat itu idealnya kita inventarisasi persoalan itu di hulu,” ucap Ema.

“Kita harus tahu apa sebetulnya yang menjadi persoalan utama dari yang tadi diungkapkan. Apakah faktor ekonomi, di luar ekonomi, atau faktor-faktor lain,” lanjutnya.

Sebab menurutnya, persoalan kekerasan yang terjadi bukan hanya ditangani DP3A, tapi beririsan dengan organisasi perangkat daerah (OPD) lain, seperti kesehatan, pendidikan, kependudukan, tenaga kerja, dan dengan aspek lain. Sehingga penanganan masalah yang saat ini sedang diselesaikan merupakan hal yang komprehensif.

“Nanti pun bila perlu dan kalau kita mampu persoalan ini diurutkan berdasarkan wilayah administrasi, bisa berbasis kecamatan atau kelurahan. Sehingga nanti di kecamatan mana yang paling dominan banyak persoalan-persoalan yang harus dipecahkan ini sesuai dengan kultur masyarakat di daerah tersebut,” imbuhnya.

Ema berharap, dengan hadirnya Senandung Perdana bisa mengeliminasi kasus-kasus kekerasan yang terjadi di Kota Bandung, mulai dari sekolah hingga lingkungan profesi.

“Ini menjadi atensi juga jika hal-hal semacam ini idealnya nanti tersampaikan juga di dunia pendidikan, supaya anak-anak itu mendapatkan penguatan dari aspek sistem moral. Harus seimbang IQ, EQ, dan SQ-nya. Sehingga nanti terjadi keseimbangan dalam kehidupan perilaku yang benar-benar sesuai dengan manusia Pancasila di Kota Bandung,” tutur Ema.




Kasus Kekerasan Anak Kian Marak, DP3A: Butuh Perhatian Serius!

bullying-kekerasan anak-perundungan

Edukasi Cegah Kekerasan Anak, DP3A Keliling Sekolah

BANDUNG, Prolite – Kasus kekerasan anak atau biasa disebut perundungan atau bullying saat ini banyak bermuncul, yang paling menghebohkan beberapa hari lalu adalah kasus di salah satu SMPN di Cilacap Jawa Tengah setelah sebelumnya kasus siswi SD dicolok matanya oleh kakak kelasnya.

Menanggapi itu Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung Uum Sumiati membenarkan bahwa kasus kekerasan anak banyak terjadi disekolah.

Karena itu selain memang memberikan edukasi ke sekolah pihaknya juga berkerjasama dengan forum anak Kota Bandung (Forkab) melaksanakan program ‘Abah Cekatan’ (aksi barudak Bandung cegah kekerasan anak).

“Aksi mereka ini sudah setahun lebih baik secara keliling langsug atau online seperti sempat di car free day, kampanye cegah dan berani lapor jika ada kekerasan antara teman sebayanya,” ujar Uum saat dihubungi.

DP3A sendiri kata Uum, tengah keliling ke 18 kecamatan dan baru 4 kecamatan yang didatangi guna penguatan edukasi tindak kekerasan kerjasama dengan kewilayahan, pol pp, kader PKK atau posyandu, babin kamtibmas, Babinsa, dan karang taruna.

“Semua jenis kekerasan di lingkungan rumah keluarga tapi kalau di sekolah itu kerjasama dengan forkab dan kepala sekolah termasuk pada waktu menjelang ppdb kita sudah mengumpulkan para kepala sekolah terkait untuk tidak terjadi kekerasan disekolah, dan ada yang langsung bermitra dengan forkab itu,” tegasnya.

“Ya kebetuan kita ambil yang tertinggi kasusnya yang jadi prioritas aja yang 18 itu. Kalau kasus kekeraasan ada di semua kecamatan. Kota Bandung ini tertinggi se-Jawa Barat,” ucapnya lagi.

Bila kasus tertinggi itu, kata Uum jangan dianggap selalu negatif terlebih ada program pemerintah pusat ke daerah dimana harus mengenjot pencegahan kekerasan.

Kata Uum, kekerasan perempuan dan anak ini seperti fenomena gunung es, namun semakin tinggi angka tercatat artinya perempuan yang mengalami kekerasan sudah berani lapor atau speak up.

“Abah Cekatan sendiri anak-anak menjadi pelopor cegah dan pelapor bila terjadi kekerasan. Dampak menyosialisaikan ini jadi banyak yang lapor ke kami UPT PPA sehingga tercatat otomatis angkanya naik. Jadi ada baiknya kalaupun naik berarti juga berani melapor ke kami, kasus muncul 3 4 tahun ke belakang itu karena tidak berani dan sekarang berani speak up,” pungkasnya.




Wiwiek Ajak Lindungi Anak dari Kekerasan

PAUD-Lindungi Anak dari Kekerasan

KOTA BEKASI, ProliteBunda PAUD Kota Bekasi: Ayo Kompak Lindungi Anak-Anak Dari Kekerasan. Bunda PAUD Kota Bekasi Wiwiek Hargono Tri Adhianto kunjungi PAUD Al- Aqsho, Kota Baru, Bekasi Barat. Dalam kunjungannya Wiwiek Hargono menyapa anak-anak yang sedari pagi telah menunggu kedatangannya.

Kehadiran Wiwiek Hargono Tri Adhianto disambut hangat dan suka cita oleh anak-anak PAUD dan para guru. Dalam kunjungannya Wiwiek menyampaikan pesan dan mengajak semua pihak untuk bersama menjaga serta memberikan perlindungan penuh kepada anak-anak.

Saat ini, kata Wiwiek menyampaikan dirinya sangat kuatir atas terjadinya kembali kasus kekerasan pada anak didalam lingkungan keluarga.

“Belakangan ini, yang membuat hati saya miris dan sedih bahkan khawatir atas kejadian yang baru terjadi, tentunya ini dapat menyadarkan kita semua agar kita dapat terus intens dalam mengawasi anak-anak kita, jaga mereka, ayo semua pihak kompak lindungi anak-anak, untuk selamatkan masa depan mereka,” kata Wiwiek Hargono Tri Adhianto

Wiwiek juga mengatakan Pemerintah Kota Bekasi bersama Komisi Perlindungan Anak Daerah terus gencar dalam memerangi kekerasan pada anak, Upaya sosialisasi hingga ke seluruh lapisan masyarakat.

“Mempersiapkan generasi penerus dari aspek kesehatan dan aspek pendidikannya, selaras dengan KPAD, tentunya TP PKK juga mendukung penuh berbagai upaya yang dilakukan agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang gemilang dimasa mendatang. Ini dapat kita lakukan bersama dengan menciptakan iklim yang baik dari lingkungan terkecil yakni dalam keluarga kita, ketahanan keluarga menjadi penting dan utama memberikan rasa nyaman serta kasih sayang didalam keluarga,” jelas Wiwiek Hargono Tri Adhianto

Diharapkan dengan kompaknya seluruh pihak dalam menjaga anak-anak dari kekerasan, sehingga dapat menghindarkan segala bentuk gangguan ancaman kekerasan yang menimpa anak. Dengan demikian, hak anak bebas dari ancaman, hak anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai bakat dan kemampuannya, dapat terpenuhi sehingga Kota Bekasi menjadi Kota layak bagi anak-anak.

Wiwiek juga mengimbau agar masyarakat tidak takut untuk melaporkan jika dilingkungan sekitar terjadi tindak kekerasan pada anak.

Pada kesempatan itu, Wiwiek Hargono yang didampingi aparatur setempat juga membagikan susu dan makan tambahan serta satu unit laptop untuk menunjang sarana di PAUD tersebut.(rls/red)