Masjid Endan Andansih, Salah Satu Ikon Religi Kabupaten Purwakarta

Masjid Endan Andansih

Masjid Endan Andansih, Salah Satu Ikon Religi Kabupaten Purwakarta

PURWAKARTA, Prolite – Berbicara wisata religi di Kabupaten Purwakarta rupanya ada satu lokasi terbilang unik dan kekinian. Masjid Endan Andansih, berlokasi cukup strategis berada di atas tanah seluas dua hektare di Kampung Nenggeng RT 001/RW 001 Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta.

Masjid Endan Andansih didirikan oleh Muhammad Yusuf Ateh, Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Nama itu diambil dari nama ibunya.

Sebuah masjid yang dapat menampung dua hingga tiga ribu jamaah dengan nuansa serba putih dari mulai kubah hingga dikelilingi empat pilar menjulang ke atas langit. Tak jauh dari pintu masuk terdapat tugu berlafadz Allah.

Masjid Endan Andansih

Masjid ikonik khas Purwakarta ini berada di atas tebing, sekitar mesjid terdapat rumput dan pohon-pohon tinggi membuat mesjid tampak asri. Masjid yang diresmikan pada Sabtu, 17 Juni 2023 dibangun dua tahun sebelumnya tepatnya di tahun 2021 itu juga memiliki lahan parkir yang luas.

Yusuf Ateh mendirikan masjid berawal saat ia berkunjung ke kota tasbih itu, melihat lokasi tersebut Yusuf yang bukan warga asli kabupaten Purwakarta itu tertarik ingin membeli tanah dan mendirikan masjid tersebut. Saat peresmian bupati Anne Ratna Mustika, sesepuh, pemerintah pusat, dan dai kondang pun hadir.

Pengelola yayasan Endan Andansih ustadz Raihan menegaskan bahwa kehadiran masjid Endan Andansih ini untuk kebermanfaatan umat baik warga sekitar ataupun musafir yang sedang dalam perjalanan sengaja ataupun tidak ke mesjid tersebut dan bukan untuk mencari bisnis komersil.

“Jadi fungsi masjid Endan Andansih didirikan untuk kebermanfaat umat dari sektor ekonomi, sosial dan lain-lain. Makanya, kita selalu mengadakan kegiatan rutin sosial seperti khitanan masal, santunan anak yatim setiap bulan, maulid nabi, dan peringatan-peringatan hari besar agama lainnya,” ujar ustadz yang baru satu tahun mengelola mesjid tersebut.

Masjid Endan Andansih

Tampilannya yang unik dan menarik untuk berswa foto memang dibuat oleh arsitek khusus tanpa meniru desain masjid manapun namun atas insipirasi dan masukan pewakaf masjid sehingga mesjid ini benar-benar tidak hanya berfungsi mesjid sebagai tempat ibadah saja tetapi juga untuk wisata.

“Ketika orang beribadah bisa di masjid mana saja namun ketika ingin ibadah dan wisata ya kesini. Setelah jama’ah wisata dibawah biasanya ibadah atau shalat disini atau sebaliknya setelah ibadah wisata ke bawah,” promosinya.

Jama’ah manapun yang datang ke masjid Endan Andansih ini tidak dikenai biaya apapun alias gratis karena sesuai fungsinya mesjid ini untuk kebermanfaatan umat.

Untuk biaya pemeliharaan sendiri, pada bagian food court berada di bawah masjid dikenakan biaya air dan listrik bagi para pedagang sedangkan untuk pemeliharaan masjid dari donatur-donatur.

Raihan pun menyampaikan setiap week end atau hari Sabtu Minggu pengunjung ke masjid sekitar 200-300 bahkan hingga ribuan bila menginjak tanggal merah atau hari besar agama.

Masjid Endan Andansih

“Ia masyarakat tahu kesini dari mulut ke mulut, dari medsos, sehingga jadi ikon kabupaten Purwakarta sekarang bahkan ada anggapan wisata religi itu setelah dati Al-Jabar Kecamatan Gedebage Kota Bandung ya ke masjid Endan,” ungkapnya seraya mengatakan da’i kondang habib Jafar dan Gus Miftah sempat hadir dan memberikan tausiyah tabligh akbar disana.

“Harapan kami, semoga mesjid ini terus bermanfaat untuk umat, berkah bukan dirasakan kita saja tapi semua umat terutama masyarakat sekitar. Dan sekarang secara nyata bermanfaat bagi umat dari segi kegiatan kita semisal kurban, khitanan masal, baksos alhamdulilah menjalankan program bermanfaat masyarakat sekitar sini,” tuturnya.

Rencana ke depan di sebelah kanan mesjid sendiri sedang dibangun gedung untuk nantinya boarding school (asrama sekolah).




Sadiyah: Pendidikan TdBA Telah Diterapkan di Kabupaten Purwakarta

pendidikan TdBA

Pendidikan TdBA Telah Diterapkan di Kabupaten Purwakarta

PURWAKARTA, Prolite – Sekertaris Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta Sadiyah menyampaikan telah menerapkan Pendidikan TdBA (Tatanen di Bale Atikan) yang sedang booming digencarkan pemerintah pusat sejak tahun 2020 lalu.

“Sedang kita laksanakan yang ada kaitannya dengan ketahanan pangan peserta didik, kesehatan peserta didik, nge-match-nya dengan program pusat tentang gerakan sekolah sehat, itu adalah pendidikan program pendidikan TdBA atau Tatanen di Bale Atikan,” ungkap Sayidah ditemui di ruang Sekda Kabupaten Purwakarta beberapa waktu lalu.

Hal itu karena, melihat bahwa global warming saat ini terjadi harus dipahami oleh anak-anak sejak dini. Bagaimana pengelolaan lingkungan menjadi hijau berbasis ekologi, keterhubungan antara manusia dengan alamnya itu di pendidikan tatanan di bale atikan.

400 Guru AKPK
Sekertaris Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Sadiyah.

“Makanya sekolah di Purwakarta itu programnya adalah bagaimana memberdayakan lahan di sekitar sekolah lahan tepian maupun lahan marjinal lahan barangkal menjadi produktif untuk laboratorium pembelajaran dan dijadikan untuk tumbuh kembang tanaman yang nanti sebagai lab bagi anak-anak belajar dan hasil sayurannya, cabe, terong, waluh apa-apa nanti bisa dikonsumsi sebagai ketahanan pangan siswa maupun guru,” bebernya.

“Kalau memang produksinya banyak itu sekarang sudah ada hab-nya di Mandalakarsa. Produksi anak-anak mulai menanam, merawat sampai jadi produk makanan kita simpan di Mandalakarsa nanti orang bisa melihat hab-nya di situ dan bisa membeli produk anak-anak,” ucapnya.

Lanjut Sayidah, hampir sudah ada ribuan produk makanan buatan anak-anak yang sekarang sudah terakurasi dan sudah ada lisensi, label halal.

“Sudah ada 400 an itu anak-anak SD dan SMP, misalnya ada bunga telang tumbuh di sengaja dan sebagai laboratorium penggunaan pemanfaatan lahan itu jadi bunga telang dijadikan minuman. Terus di kebun sekolah ada pohon berenuk diolah lalu diberi nama sar berenuk, ada juga bikin dodol manggis,” ucapnya.

Selain sekolah atau pendidikan TdBA, Pemkab Purwakarta pun menerapkan sekolah ekologi Kahuripan Pajajaran. Yakni sekolah berbasis ekologi bagaimana menyambungkan manusia dengan lingkungan alam sekitar dengan model pembelajaran berkearifan lokal atau bagaimana mencintai alam.

Seabreg penererapan pendidikan di kota tasbih ini, tentu saja diapresiasi pemerintah pusat. Dii tahun 2020 Pemkab Purwakarta mendapat apresiasi dari Kemdikbudristek sebagai kabupaten/kota berkarakter.

Tak puas disitu, Pemkab Purwakarta pun mengikuti ajang inovasi government, beberapa penerapan pendidikan diusulkan yakni pendidikan TdBA (Tatanen di Bale Atikan) dan pendidikan arboretum bambu.

Pendidikan arboretum bambu ini dimana terdapat satu sekolah berbasis kearifan lokal mengembangkan bagaimana konservasi bambu.

“Pada tahun 2023 kita menyabet 9 kategori Kemendikbudristek tapi memang belum berhubungan pendidikan lokal tadi namun yang bersifat nasional semisal penerapan IT,” ungkapnya.




Program Gemar Makan Ikan Digalakkan Pemkab Purwakarta

makan ikan

Produksi Ikan Melimpah, Namun Masyarakat Kurang Gemar Makan Ikan

PURWAKARTA, Prolite – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purwakarta galakkan program gemar makan ikan. Hal ini dikarenakan produksi ikan di Kabupaten Purwakarta melimpah namun warga malah tidak doyan makan ikan.

“Warga di sini (Kabupaten Purwakarta,red) lebih suka makan daging ayam atau daging sapi. Mereka malah tidak suka makan ikan, padahal produksi ikan kita melimpah,” ujar Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta, Ida Siti Hamidah.

Untuk itu, lanjut Ida, salah satu menu makanan yang diberikan kepada warga yang terkena stunting adalah ikan lele. Agar warga mau makan ikan, setidaknya ikan yang sudah dibagikan secara gratis. Ida mengatakan, ikan yang dibagikan ke warga berupa bibit, dan ember yang digunakan untuk media pemeliharaannya.

“Bibit yang diberikan sebanyak 300 ekor bibit lele. Memang tidak akan tumbuh semua, karena ada beberapa yang mati. Namun setidaknya, menu ikan sudah tersedia secara gratis untuk mereka,” terangnya.

makan ikan
KJA (keramba jaring apung) Waduk Jatiluhur dan Waduk Cirata.

Di sisi lain, Kabupaten Purwakarta sebagai daerah penghasil ikan di Jawa Barat dengan adanya waduk Jatiluhur dan Cirata, untuk itu harus mampu memanfaatkan potensi tersebut menjadi olahan yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Ida mengatakan produksi ikan air tawar itu dihasilkan melalui budidaya ikan air tawar di keramba jaring apung Waduk Jatiluhur dan Waduk Cirata. dari total produksi ribu ton ikan air tawar, produksi terbesarnya dihasilkan dari ikan air tawar keramba jaring apung Waduk Jatiluhur dan Waduk Cirata, yang mencapai ribu ton.

“Selain itu juga dihasilkan dari budidaya kolam air deras dan kolam air tenang yang tersebar di 17 kecamatan di seluruh wilayah Purwakarta,” terangnya.

Kemudian produksi dari kolam air tenang sebanyak ,50 ton, dan kolam air deras yang mencapai 432,87 ton. Budidaya kolam air tenang dan kolam air deras ini dikelola oleh 123 kelompok petani ikan air tawar.

“Produksi perikanan di KJA (keramba jaring apung) Waduk Jatiluhur dan Waduk Cirata masih menjadi paling besarUntuk jenis ikan yang dihasilkan meliputi ikan nila, ikan mas, ikan bawal, dan ikan patin. Sementara melalui kolam air tenang dan kolam air deras, jenis ikan yang banyak dibudidayakan adalah jenis ikan Gurame,” kata Ida.

Menurut dia, selain mampu menggerakkan perekonomian daerah, pengembangan produksi ikan air tawar juga bisa menjadi salah satu penopang sumber pangan nasional yang muaranya adalah meningkatkan ketahanan pangan nasional. Selain itu, lanjut Ida, sektor perikanan air tawar di Kabupaten Purwakarta menyimpan potensi nilai ekonomis yang sangat besar. Perputaran uang di sektor ini mencapai ratusan milyar rupiah per bulannya, atau dalam setahun bisa mencapai angka triliunan rupiah.

“Sektor perikanan air tawar juga melibatkan banyak pelaku usaha, termasuk ribuan petani ikan. Ini potensi yang sangat besar yang harus dioptimalkan dan memberikan nilai tambah bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat,” tambah Ida. (*)




Lomba Inovasi Daerah Kabupaten Purwakarta Tingkat SMP/ Sederajat Tahun 2024

Lomba Inovasi Daerah Kabupaten Purwakarta Tingkat SMP/ Sederajat Tahun 2024

PURWAKARTA, Prolite – Bappelitbangda Kabupaten Purwakarta yang dikemas dalam PADI “Purwakarta Dalam Inovasi” Tahun 2024 dengan tema “Inovasi Meningkatkan Daya Saing Daerah”.

Pada tahun ke-2 penyelenggaraannya, PADI mengikutsertakan siswa SMP/sederajat guna mendorong budaya kreatif dan inovatif di lingkungan sekolah.

Tema lomba inovasi daerah Kabupaten Purwakarta tahun 2024 adalah : “Inovasi Meningkatkan Daya Saing Daerah”. Tema ini sinergis dengan tema Rencana Kerja Pemerintah daerah (RKPD) Kabupaten Purwakarta Tahun 2024 yaitu ”Meningkatkan Pemulihan Ekonomi dan Daya Saing Daerah”.

Pedoman Lomba Inovasi Daerah Kabupaten Purwakarta Tahun 2024 dapat diakses melalui link berikut :




400 Guru AKPK Diangkat Demi Tingkatkan Ilmu Keagamaan di Sekolah

400 Guru AKPK, 7 poe atikan

Pemerintah Kabupaten Purwakarta Angkat 400 Guru AKPK

PURWAKARTA, Prolite – Karena Pendidikan Agama hanya tiga jam dalam satu minggu, Pemkab Purwakarta mengangkat 400 guru AKPK (Agama Keagamaan dan Pendalaman Kitab) dari tenaga honorer.

Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta Sadiyah menyampaikan bahwa program AKPK ini bagi pemerintah Daerah sangat penting.

“Pendidikan agama tidak cukup tiga jam oleh karenanya pemerintah kabupaten mengangkat hampir 400 guru AKPK guru agama dan pendalaman kitab-kitab. Jadi ada guru sesuai agamanya masing-masing misal untuk murid beragama Islam diajar oleh guru agama Islam, atau agama Kristen dan agama lainnya,” ujar Sadiyah ditemui di ruang Sekda Kabupaten Purwakarta beberapa waktu lalu.

Untuk pendalaman kitab-kitab semisal kitab kuning biasanya diberikan pada siawa kelas tinggi, dan untuk yang beragama Kristen diberikan kepada anak-anak beragama Kristen yang ingin pendalaman pada kitab Injil.

Kata Sadiyah, pengangkatan guru tersebut menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemkab Purwakarta dan itu dilakukan berdasarkan kebutuhan sekolah.

“Ya yang pendalaman kitab berbeda, misal kalau ada 10 anak di sekolah yang ada agama lain pasti disiapkan juga guru APKP-nya dan itu digaji bukan dari pusat tapi dari anggaran pemerintah daerah,” tandasnya.

Namun kata Sadiyah, penerapan AKPK ini belum dilakukan di semua sekolah negeri karena keterbatasan anggaran, sehingga untuk sekolah negeri baru diterapkan di 75 sekolah.

Sedang untuk sekolah swasta sudah ada 112 sekolah. Hal itu karena waktu pendalaman agama dan kitab di sekolah swasta lebih panjang apalagi banyak sekolah swasta yang berbasis Islam atau Kristen.

“Pendidikan agama ini dalam kurikulum nanti di sisipkan modul pembelajarannya insersi ke dalam kurikulum yang diajarkan misalnya gini,” tuturnya.

Masih kata Sadiyah, selain sekolah biasa. Pemkab Purwakarta pun memberi keberpihakan pendidikan bagi siswa penyandang disabilitas dengan mengembangkan pendidikan berbasis inklusi.

Bagi sekolah yang menerima anak berkebutuhan khusus, maka pihaknya bekerjasama koordinasi dengan Sekolah Luar Biasa (SLB).

“Tidak semua sekolah punya guru BK atau basic sekolah luar biasa. Di tahun 2022, kita kerjasama kordinasi agar mengetahui bagaimana menghadapi anak inklusi. Karena anak ini tidak bisa disamakan dengan anak biasa,”paparnya.

Sedari awal pada saat assessment ketika masuk diketahui apa kebutuhannya, semisal bagi tuna netra, tuna rungu, grahita atau anak disabilitas lainnya.

“Saat menentukan KKM misal 8, anak inklusi tidak segitu karena hidup sosialisasi dengan teman diterima dan mampu berdiri sendiri untuk bekal di masyarakat kelak itu dianggap sudah capai KKM bagi mereka, intinya kita tidak membedakan dan mereka berhak mendapat pendidikan. Sehingga keluarga tidak mengurung dirumah atau disembunyikan atau tidak bergaul, anak-anak ini harus dibantu,” tutupnya.




Unik, Makan Sate Maranggi di Kolong Jembatan Tol, Menantang!!

sate maranggi

Sate Maranggi, Santapan Khas Kabupaten Purwakarta

PURWAKARTA, Prolite – Sate maranggi merupakan salah satu makanan khas Kabupaten Purwakarta, ada anggapan belum ke Purwakarta kalau belum makan sate maranggi.

Namun sate maranggi di kota tasbih satu ini berbeda dengan sate-sate maranggi lainnya.

Selain rasanya yang khas maranggi cara penjualannya pun berbeda.

Makan sate Maranggi di restoran atau kedai sudah biasa, tapi sensasi makan sate di bawah jembatan jalan tol sepertinya baru ada di Jalan Sawit, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta.

Karena makan di pas tikungan jalan itu memicu adrenalin. Bisa dibayangkan makan sate sembari menyaksikan kendaraan bermotor baik sepeda, sepeda motor, mobil kecil, bus, truk barang ataupun kontainer lewat ditambah getaran dari tembok jembatan yang menjulang tinggi diatas kepala.

Salah seorang anak pedagang sate kolong Iip Fauzi (30), menyampaikan penjualan sate disana berawal pada tahun 2005-2006, kala itu masih kakeknya disapa Abah Manaf kemudian pada tahun 2016 diteruskan oleh ayah Iip, bernama Abdul Kohar.

Iip mengaku selama jualan disana setiap hari menyiapkan 2 kuintal daging sapi. Sate dibandrol dengan harga Rp per 10 tusuk sedang untuk nasi timbel dengan harga Rp .

“Saya belum jualan sendiri, sekarang masih bantu-bantu bapak saja,” kata Iip.

Lanjut dia, jualan di kolong jembatan terbagi dua shift dari pukul WIB sampai WIB dan WIB – WIB.

Masih kata Iip, berjualan sate di kolong jembatan diperbolehkan oleh pemerintah Kabupaten Purwakarta dengan syarat menjaga ketertiban, keamanan, dan kebersihan.

“Ia kalau di week end rame banget, yang beli dari mana-mana, ada warga ada juga orang luar,” ucap Iip sembari melayani pembeli.

Salah seorang pengunjung sate kolong asal Bekasi, Iwan Kurnia mengatakan, dia dan keluarga cukup sering datang ke sana.

“Kalau Kebetulan lewat Purwakarta, saya dan keluarga selalu mampir ke sini (sate kolong,red),” kata Iwan.

Iwan mengaku punya sensasi tersendiri ketika makanan sate di kolong jembatan tol. Hal ini jarang didapatkan di tempat lain.
“Kalau di tempat lain, sudah biasa. Makan di warung atau restoran, kalau di kolong jembatan begini lebih asik,” katanya.

Selain itu, rasa sate maranggi yang khas, membuat Iwan dan keluarga selalu ingin kembali untuk makan lagi.
“Setiap resep masakan masing-masing makanan kan beda-beda. Sate maranggi ini salah satu yang paling saya suka. Karena bumbunya meresap sampai ke dalam,” tuturnya.




Wisata Literasi: Biasakan Berwisata Tanpa Gawai

wisata literasi

Dengan Wisata Literasi Disporaparbud Kabupaten Purwakarta Ajak Wisatawan Mengenal Kearifan Lokal

PURWAKARTA, Prolite – Wisata literasi menjadi salah satu wisata pilihan di Kabupaten Purwakarta. Dengan konsep datang ke objek wisata tanpa memegang gawai dan mengedepankan membawa buku, pengunjung diajak lebih mengenal kearifan dan budaya lokal.

“Jadi kami ingin membiasakan wisatawan, terutama anak-anak untuk tidak memegang gawai ketika berwisata,” ujar Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan (Disporaparbud) Kabupaten Purwakarta, Dodi Samsul Bahri.

Dodi mengatakan, pembiasaan Wisata Literasi ini dimulai di Kampung Parakan Ceuri, Desa Pusaka Mulya, Kecamatan Kiara Pedes Kabupaten Purwakarta. Di Kampung Parakan Ceuri ini, tersaji penginapan berupa homestay yang merupakan rumah warga sekitar.

Bahkan Disporaparbud bekerja sama dengan beberapa pihak terkait, untuk memberikan edukasi kepada warga agar tempat tinggal yang layak dijadikan penginapan bagi para wisatawan.

“Kami bekerjasama dengan NHAI, untuk memberikan edukasi kepada pemilik rumah. Agar mereka punya gambaran bagaimana cara membereskan ruangan sesuai standar hotel,” terangnya.

Dodi mengatakan, sekarang sudah ada sekitar 20 rumah warga yang bisa dijadikan tempat untuk bermalam bagi para wisatawan. Bahkan, sebenarnya jika warga ingin mengajukan rumahnya dijadikan tempat menginap, namun tempat tinggalnya masih belum memenuhi standar, maka boleh mengajukan anggaran bantuan.

“Tapi tentunya pengajuan permohonan bantuan harus menggunakan proposal. Sehingga bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah,” terangnya.

Keunggulan Kampung Parakan Ceuri, adalah menyajikan wisata alam dengan kearifan lokal. (Evy)