Kamu Korban atau Pelaku ? 4 Jenis Body Shaming yang Harus Kita Ketahui

Prolite – Dalam perjalanan hidup kita, seringkali kita terjebak dalam labirin yang penuh dengan ekspektasi dan penilaian dari lingkungan sekitar.
Di tengah hiruk-pikuk informasi dan interaksi sosial, satu aspek yang sering menjadi target empuk adalah penampilan fisik.
Mulai dari ucapan tidak sopan hingga pandangan menyelidik yang tak terucapkan, praktik body shaming telah menjadi kebiasaan tersembunyi yang menggerogoti kepercayaan diri kita secara diam-diam.
Bagaimana kita dapat menavigasi labirin ini dan memperkuat pondasi kepercayaan diri kita di tengah arus informasi dan interaksi sosial yang begitu kuat? Mari kita jelajahi bersama dalam artikel ini.
Apa itu Body Shaming ?
Menurut Oxford dictionary, body shaming adalah mengolok-olok, merendahkan, atau menjelekkan seseorang berdasarkan pandangan tentang kekurangan atau ketidaksempurnaan dalam penampilan fisik seseorang.
Bentuk-bentuk body shaming adalah perilaku atau komentar yang merendahkan atau mempermalukan seseorang berdasarkan penampilannya. meliputi:
-
Komentar Negatif
Mengomentari berat badan seseorang secara langsung dengan kata-kata seperti “Kamu terlihat gemuk ya sekarang” atau “Kamu terlalu kurus” bisa menjadi tidak pantas dan menyinggung perasaan orang tersebut.
Setiap individu memiliki pengalaman dan persepsi yang berbeda terhadap tubuhnya sendiri, dan komentar semacam itu bisa menimbulkan rasa tidak nyaman atau bahkan merusak rasa percaya diri seseorang.
Sebaiknya, kita bisa lebih sensitif dan mempertimbangkan untuk tidak membuat komentar yang berkaitan dengan penampilan fisik orang lain, dan lebih fokus pada hal-hal yang lebih positif dan mendukung.
-
Meme dan Candaan
Membuat lelucon atau meme yang merendahkan seseorang berdasarkan penampilannya adalah tindakan yang sangat tidak pantas dan dapat menyebabkan dampak psikologis yang serius bagi individu yang menjadi sasaran.
Kritik atau bercandaan yang menghina penampilan seseorang tidak hanya tidak etis, tetapi juga dapat menyebabkan rasa malu, rendah diri, dan bahkan masalah kesehatan mental.
Sebuah lelucon seharusnya menghibur dan membuat orang merasa bahagia, bukan malah membuat orang lain merasa terhina atau tersakiti.
Sebagai gantinya, mari kita berupaya untuk membuat lelucon yang positif dan menghargai keberagaman, serta menghindari segala bentuk ejekan yang bisa menyakiti perasaan orang lain.
-
Perilaku Diskriminatif
Memperlakukan seseorang secara tidak adil berdasarkan penampilannya, seperti memberikan kesempatan pekerjaan atau sosial hanya kepada orang yang lebih “menarik secara fisik”, adalah bentuk diskriminasi yang sangat tidak pantas.
Hal ini dapat menyebabkan orang yang diabaikan merasa tidak dihargai, merasa rendah diri, dan merasa bahwa mereka tidak memiliki kesempatan yang sama untuk sukses dalam kehidupan.
Sebagai masyarakat yang inklusif dan adil, kita harus bersama-sama menentang segala bentuk diskriminasi berdasarkan penampilan fisik dan memastikan bahwa setiap orang diperlakukan dengan hormat dan adil, tanpa memandang penampilan mereka.
-
Standar Kecantikan Tidak Sehat
Mempromosikan standar kecantikan yang tidak realistis, seperti hanya menampilkan model dengan tubuh sangat kurus dan kulit putih di media sosial atau iklan, dapat memiliki dampak yang merugikan bagi banyak orang.
Hal ini dapat membuat orang lain merasa tidak percaya diri dan kurang puas dengan penampilan mereka sendiri jika tidak memenuhi standar tersebut.
Ketika hanya satu jenis tubuh atau penampilan yang terus-menerus dipromosikan sebagai ideal, hal itu dapat membuat banyak individu merasa terpinggirkan atau tidak diakui dalam masyarakat.
Sebagai gantinya, penting untuk mempromosikan keberagaman dalam penampilan dan menghargai setiap jenis tubuh serta menekankan pada kecantikan yang bervariasi dan alami.
Penting bagi kita untuk berkomitmen dalam memerangi body shaming dalam segala bentuk.
Dengan mendukung keberagaman tubuh dan mempromosikan pesan positif tentang citra tubuh yang sehat dan beragam, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman serta mendukung semua orang.
Mari kita bersama-sama membangun budaya yang memandang nilai seseorang bukan berdasarkan penampilannya, tetapi berdasarkan karakter, keberanian, dan kontribusi mereka dalam masyarakat.








