Assistant With Bard : Menuju Asisten Digital yang Lebih Personalisasi

Prolite – Dilansir dari blog resmi Google pada 4 Oktober 2023, dalam acara Made by Google, dunia diperkenalkan dengan “Assistant with Bard”.

Dalam era digital saat ini, kemudahan akses informasi menjadi sesuatu yang sangat dinantikan oleh banyak orang. Siapa sih yang terkadang coba Google Assistant untuk mencari informasi, dan terkagum dengan kemampuannya?

Kominfo
Ilustrasi AI – sariteknologi

Teknologi semakin hari semakin pintar dan mengerti apa yang kita butuhkan. Dan baru-baru ini, Google kembali membawa kabar gembira untuk para pengguna setianya.

Inovasi ini merupakan gabungan antara kemampuan Google Assistant dengan generative AI, yang bertujuan untuk membantu pengguna tetap terhubung dengan hal-hal yang paling penting hanya dengan menggunakan ponsel.

Selama tujuh tahun terakhir, Google Assistant telah membantu ratusan juta orang menyelesaikan tugas-tugas mereka dengan cara yang alami dan interaktif, mulai dari mengatur alarm, menanyakan cuaca, hingga melakukan panggilan cepat, semua dengan perintah sederhana “Hey Google”.

Namun, dengan kehadiran generative AI, kini asisten digital tak hanya berfungsi sebagai pencari informasi, tetapi juga menjadi teman yang memahami dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan pengguna.

Illustrasi Microsoft Vs Google – Style Factory

Namun, di balik inovasi ini, ada sebuah narasi persaingan yang menarik untuk disimak. Google dan Microsoft sedang bersaing ketat dalam memperkaya konten untuk membangun AI yang lebih canggih.

Keduanya adalah raksasa teknologi yang selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi penggunanya. Dan konten, adalah salah satu kunci untuk menciptakan AI yang mampu memahami dan memenuhi kebutuhan pengguna dengan lebih baik.

Dengan kemampuan Bard yang kini dapat terhubung dengan berbagai aplikasi dan layanan Google, pengguna kini bisa mengakses berbagai layanan mereka dengan lebih mudah dan cepat.

Misalnya, jika Anda baru saja mengambil foto anjing lucu Anda dan ingin membagikannya ke media sosial, Anda hanya perlu mengaktifkan fitur Assistant with Bard di atas foto Anda dan memintanya untuk menulis caption untuk Anda.

Semua proses ini didesain untuk mempermudah interaksi pengguna dengan perangkat mereka.

Tidak hanya itu, Google juga memastikan bahwa privasi pengguna tetap terjaga. Meskipun Assistant with Bard memiliki kemampuan yang canggih, namun privasi pengguna tetap menjadi prioritas.

Pengguna dapat memilih pengaturan privasi mereka sendiri, memastikan bahwa data mereka tetap aman dan terlindungi.

Assistant With Bard Saat Ini Masih Dalam Tahap Eksperimen Awal

Bard yang memiliki integrasi dengan aplikasi dan layanan Google lainnya – Google

Google berencana untuk segera meluncurkannya kepada tester awal untuk mendapatkan feedback sebelum akhirnya dirilis ke publik dalam beberapa bulan ke depan.

Ini menjadi bukti bahwa Google selalu berupaya untuk memberikan yang terbaik bagi penggunanya, sambil tetap memastikan bahwa produk yang mereka ciptakan aman dan terpercaya.

Dalam persaingan antara Google dan Microsoft, sebagai pengguna, kita adalah pihak yang diuntungkan. Kedua raksasa teknologi ini terus berupaya memberikan inovasi terbaik mereka untuk mempermudah hidup kita.

Dan dengan kehadiran “Assistant with Bard”, kita dapat melihat bagaimana teknologi bisa menjadi lebih dari sekadar alat, tetapi juga teman yang selalu ada untuk membantu kita.

Dalam dunia yang semakin digital, kehadiran asisten digital yang mampu memahami dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan kita menjadi sangat penting.

“Assistant with Bard” mungkin hanya satu dari sekian banyak inovasi yang akan datang di masa depan.

Namun, satu hal yang pasti, dengan adanya persaingan sehat antara raksasa teknologi seperti Google dan Microsoft, kita dapat berharap akan selalu ada inovasi-inovasi baru yang siap mempermudah hidup kita.

Microsoft
Microsoft vs Google – bdtechtalks

Bagi Anda yang selalu ingin tahu berita lainnya, terutama perkembangan terbaru dalam dunia teknologi, tetaplah update dengan berita terbaru dari Prolitenews.

Karena siapa tahu, mungkin saja di masa depan, kita akan memiliki asisten digital yang tidak hanya memahami apa yang kita butuhkan, tetapi juga tahu apa yang kita inginkan.




Google vs Microsoft : Perebutan Konten oleh Raksasa Teknologi untuk Membangun AI

Microsoft

Prolite – Pada hari Senin kemarin, CEO Microsoft, Satya Nadella, mengungkapkan bahwa para raksasa teknologi tengah bersaing untuk mendapatkan konten dalam jumlah besar yang dibutuhkan untuk melatih kecerdasan buatan.

Dalam kesempatan itu, ia juga menyatakan keprihatinannya terhadap langkah Google yang memonopoli konten melalui kesepakatan eksklusif berbiaya tinggi dengan penerbit.

Microsoft
Logo Microsoft di Kongres Internet Digital X di Media Park – Picture Alliance

Dilansir dari Reuters, Nadella memberikan kesaksiannya dalam persidangan antimonopoli besar-besaran di AS terhadap Google. Ini merupakan kasus antimonopoli terbesar yang diajukan oleh AS sejak mereka menuntut Microsoft pada tahun 1998.

Nadella mengatakan upaya perusahaan teknologi untuk membangun perpustakaan konten guna melatih model bahasa besarnya “mengingatkannya pada tahap awal dari kesepakatan distribusi.”

Kesepakatan distribusi menjadi inti dari perjuangan Departemen Kehakiman AS dalam kasus antimonopoli melawan Google.

Pemerintah AS menyatakan bahwa Google, yang menguasai sekitar 90% pasar pencarian, secara ilegal membayar $10 miliar setiap tahunnya kepada produsen smartphone seperti Apple dan penyedia layanan nirkabel seperti AT&T dan lainnya agar menjadi mesin pencari utama di perangkat mereka.

Penguasaan Google dalam pencarian membuatnya menjadi pemain besar di pasar periklanan yang menguntungkan, meningkatkan keuntungan perusahaan.

Nadella menegaskan bahwa untuk membangun kecerdasan buatan dibutuhkan kekuatan komputasi atau server, serta data untuk melatih perangkat lunak. Mengenai server, dia menyatakan, “Tidak ada masalah, kami siap menginvestasikan dana.”

Namun, tanpa menyebutkan Google secara langsung, ia menyatakan bahwa jika perusahaan lain menandatangani kesepakatan eksklusif dengan pembuat konten besar, hal itu bisa menjadi masalah.

“Ketika saya bertemu dengan penerbit saat ini, mereka mengatakan Google akan memberikan cek ini dan itu eksklusif, dan Anda harus menyamainya,” tuturnya.

Bing vs Google – adammuiz

Nadella juga menyatakan bahwa Microsoft telah berusaha menjadikan mesin pencari Bing sebagai default di smartphone Apple, namun ditolak.

John Schmidtlein, pengacara utama Google, menekan Nadella dengan pertanyaan seputar kesempatan ketika Microsoft berhasil menjadi default di beberapa perangkat, namun pengguna tetap memilih Google dengan margin yang jauh lebih besar.

Schmidtlein berpendapat bahwa Microsoft telah membuat beberapa kesalahan strategis yang mengakibatkan Bing tidak mampu mendapatkan pijakan yang kuat, termasuk gagalnya investasi di server atau insinyur untuk meningkatkan kualitas Bing dan ketidakmampuan melihat revolusi mobile.

Di laptop, yang sebagian besar menggunakan sistem operasi Microsoft, Bing adalah mesin pencari default dan memiliki pangsa pasar di bawah 20%, diakui oleh Nadella.

Hakim Amit Mehta, yang akan memutuskan kasus ini, bertanya kepada Nadella mengapa Apple memilih Bing meski produk Microsoft ini memiliki kualitas yang lebih rendah.

Pertanyaan ini menunjukkan bahwa argumen Google – bahwa dominasinya didasarkan pada kualitasnya, bukan karena aktivitas ilegal – telah menarik perhatian hakim.

Nadella menjadi CEO Microsoft pada 2014, jauh setelah perusahaan teknologi raksasa ini menghadapi tuntutan hukum antimonopoli federalnya sendiri.

Perjuangan hukum tersebut berakhir dengan kesepakatan pada tahun 2001, memaksa Microsoft mengakhiri beberapa praktik bisnis dan membuka pintu bagi perusahaan seperti Google.

– linkedin

 

Seiring dengan pertumbuhannya, Google, yang didirikan pada tahun 1998, menjadi mesin pencari terkemuka di industri, menjadikannya rival berat bagi Microsoft.

Kedua perusahaan ini memiliki browser, mesin pencari, layanan email, dan berbagai produk lain yang saling tumpang tindih.

Persaingan di bidang kecerdasan buatan menjadi semakin ketat belakangan ini, dengan Microsoft berinvestasi besar di OpenAI dan Google mengembangkan chatbot Bard AI di antara investasi lainnya.