Dinkes Kota Bandung Gelar Penyusunan SOP Program Gizi untuk Tingkatkan Kualitas Layanan Kesehatan

Dinkes Kota Bandung Gelar Penyusunan SOP Program Gizi untuk Tingkatkan Kualitas Layanan Kesehatan (Eka Hospial).

Dinkes Kota Bandung Gelar Penyusunan SOP Program Gizi untuk Tingkatkan Kualitas Layanan Kesehatan

Prolite – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung terus berupaya melakukan peningkatan pelayanan kesehatan khususnya di bidang Program gizi.

Program gizi ini memang sangat penting untuk dapat memantau warga masyarakat Kota Bandung yang masih banyak kekurangan gizi.

Melalui kegiatan Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Program Gizi pelaksanaan program dapat berjalan lebih terarah, dan efektif.

Kegiatan dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, DR ., dr . Sony Adam, S.H ., M.M bersama Ketua Tim Kerja Kesehatan dan Gizi Keluarga, Kiki Riezki Yudistiani. Kegiatan digelar di Grand Tebu Hotel, Kota Bandung, pada selasa (16/09/2025)

Dalam sambutannya, Sony Adam menekankan perlunya penyusunan SOP sebagai pedoman kerja yang jelas dan terstruktur dalam pelaksanaan program gizi di Kota Bandung.

Dinkes Kota Bandung
Dinkes Kota Bandung

“SOP ini akan menyediakan seperangkat pedoman umum untuk menjalankan program gizi. SOP ini mencakup perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Dengan SOP ini, kita dapat memberikan layanan gizi yang lebih baik, lebih konsisten, dan lebih akuntabel. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan kesehatan gizi masyarakat Bandung,” ujar Sony Adam.

Penyusunan SOP ini bertujuan untuk menghadirkan pedoman kerja yang baku dan terstandar dalam setiap tahapan pelaksanaan program gizi di Kota Bandung.

Dengan adanya SOP, pelaksanaan program dapat berjalan lebih terarah, dan efektif, menciptakan pemahaman dan praktik kerja yang sama di antara seluruh tenaga kesehatan, termasuk di kantin, puskesmas, dan fasilitas kesehatan lainnya.

SOP ini akan mencakup berbagai bidang, seperti pengelolaan layanan gizi masyarakat, Selain itu, memastikan bahwa upaya penanggulangan permasalahan gizi seperti stunting, maupun gizi buruk, dapat dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan.

SOP ini juga diharapkan dapat meningkatkan koordinasi lintas sektor. Isu gizi tidak hanya berkaitan dengan kesehatan, tetapi juga pangan, pendidikan, dan faktor sosial ekonomi masyarakat.

Ketua Tim Kerja Kesehatan dan Gizi Keluarga, Kiki Riezki Yudistiani, menekankan bahwa penyusunan SOP ini merupakan langkah kunci dalam peningkatan layanan gizi.

“Dengan SOP yang jelas, kami berharap program gizi di Kota Bandung akan lebih terarah, terukur, dan benar-benar bermanfaat bagi masyarakat, terutama dalam upaya penurunan angka stunting dan peningkatan kesehatan keluarga,” ujarnya.

Dinas Kesehatan Kota Bandung mengajak semua pihak untuk bersama-sama mendukung program ini. Mari kita bangun masyarakat Bandung yang lebih sehat, dan bebas dari masalah gizi.




95% Serangan Jantung Tak Tertolong, Padahal Bisa Dengan CPR

serangan jantung

95% Serangan Jantung Tak Tertolong Padahal Bisa Dengan CPR

BANDUNG, Prolite – Plt Kepala UPTD Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu Dinas Kesehatan Kota Bandung Eka Anugrah menyampaikan 95% kasus serangan jantung di Kota Bandung tak tertolong.

Hal ini karena ketidaktahunan masyarakat atau orang di sekitar orang yang terkena serangan jantung saat harus melakukan pertolongan pertama.

“Mereka bingung bagaimana cara menolongnya, saat diberitahukan melalui call center pun tetap bingung dan kadang ada yang marah karena ingin cepat didatangi. Padahal pertolongan pertama itu bisa menolong di 10 menit sejak terkena atau disebut golden periode,” jelas Eka usai memberikan edukasi ke warga di lapangan Gasibu, Rabu (11/6/2025).

Karena ketidaktahuan itu, membuat pihaknya berkeliling setiap hari guna melakukan promosi dan edukasi ke masyarakat. Program promosi dan edukasi itu dinamakan Aswatama (Ambulan Sapa Warga untuk Pertolongan Pertama).

Aswatama sendiri merupakan salah satu inovasi dari Ambulans Bandung Unggul & Ambulans Bandung Hebat (AmBU & AmBaH) yang bertujuan mendekatkan pelayanan, pemeriksaan kesehatan sederhana, konseling kesehatan, promosi layanan, dan edukasi penanganan kegawat daruratan.

” upaya sederhana tapi bisa menyelamatkan nyawa. Ini sebagai upaya kami satu untuk pelayanan ke masyarakat turun kemudian upaya promosi dan edukasi. Promosi dalam hal belum semua orang tahu keberadaan akses 119 atau hotline 08112442119 itu orang masih belum familiar lah ada sebagian sudah tahu tapi ada juga belum tahu keberadaan kami,” jelasnya seraya mengatakan lokasi Aswatama dilaksanakan di tempat keramaian.

“Nah ini jadi upaya kami untuk memastikan ada layanan ini, penangangan mempertegas tugas ambulan. Tetapi orang sekitar itu adalah pertolongan cepat dan tepat, banyak warga mau nolong tapi malah membuat pasien parah karena salah penanganan. Nah untuk serangan jantung 10 menit dan ambulan gak mungkin datang makanya kami memberdayakan masyarakat agar mampu memberikan pertolongan melalui pelatihan sederhana ini,” tutupnya.

Kata Eka, pengetahuan warga pasien serangan jantung itu harus dibawa ke RS padahal secara ilmu medis harus segera dilakukan CPR atau bantuan hidup dasar merangsang jantung paru agar aktif.

Selain sering menerima laporan serangan jantung, kasus banyak dilaporkan adalah stroke dan paling banyak adalah kecelakaan.

“Makanya kita upayakan setiap hari mengadakan promosi edukasi ini hanya terkadang terkendala personel PRC kami. Disini ada perawat, bidan, dokter konseling kesehatan. Kecelakaan itu tergantung tapi paling banyak dilaporkan bukan hanya warga juga laporan dari ATCS,” ungkapnya.

Untuk pasien stroke kata Eka wajib dibawa segera ke rumah sakit apalagi jika dibawah 1 jam.

“Kalau masyarakat masih bingung memberikan pertolongan memang ini salah kami, karena edukasi kurang makanya turun. Adanya Aswatama ini antusias masyarakat cukup banyak, mereka mengapresiasi bahkan banyak orang berkomentar kenapa gak dari dulu tahu ilmu ini sehingga bisa menolong,” tutupnya.




Penderita DBD Mencapai 7.146 Kasus di Kota Bandung , Kenali Penyebab dan Penangananya

Pahami gejala penyakit DBD (istimewa).

Penderita DBD Mencapai Kasus di Kota Bandung , Kenali Penyebab dan Penangananya

Prolite – Kota Bandung sudah memasuki musim penghujan banyak penyakit yang menghantui salah satunya kasus DBD (Demam Berdarah Dengue).

Dalam kasus ini Kota Bandung penyumpang kasus tertinggi di Jawa Barat, Tingginya pasien yang mengalami penyakit ini.

Total kasus DBD di Kota Bandung hingga November 2024 mencapai kasus.

“Kota Bandung berdasarkan laporan saat ini (kasus DBD) mencapai kasus,” ucap Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Kabid P2P) Dinkes Jabar, Rochady dikutip dari detikcom.

Menurutnya, kasus DBD tinggi biasa terjadi di wilayah perkotaan dengan pemukiman padat penduduk, pusat perdagangan, pendidikan, industri, pariwisata, dan masyarakat dengan mobilitas tinggi.

Terserang penyakit demam berdarah memang tidak bisa di anggap remeh pasalnya banyak kasus demam berdarah yang berujung kematian.

Lantas apa ciri-ciri terkena demam berdarah? Dan bagaimana menanganinya?

DBD adalah penyakit yang umum disebabkan oleh infeksi virus dengue. Virus ini dapat menyebabkan gejala yang ringan hingga sangat berat, bahkan berujung pada kematian.

Hal ini menunjukkan bahwa DBD bukan penyakit yang bisa dianggap sepele. Gejalanya yang bisa ringan, seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot, bisa berkembang menjadi lebih parah dan berakibat fatal, yang berisiko tinggi menyebabkan kematian.

Menurut Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mayoritas kasus demam berdrah yang belakangan terjadi di Kota Bandung muncul dengan gejala yang berbeda dengan gejala pada umumnya.

Gejala ini menunjukkan tanda-tanda seperti demam tidak kunjung sembuh dan tidak ada gejala bintik merah. Gejala DBD baru ini menyerupai demam pada gejala flu biasa, namun setelah dua sampai tiga hari, demam tidak turun.

Cara Mengobati Demam Berdarah Dengue

  1. Asupan Cairan Tercukupi

Salah satu langkah utama dalam mengobati adalah dengan memastikan asupan cairan tubuh tercukupi. Saat mengalami demam berdarah, tubuh cenderung mengalami dehidrasi akibat demam yang tinggi dan muntah yang berlebihan. Kondisi ini dapat menjadi lebih buruk jika tidak segera diatasi. Untuk itu, minumlah air putih secara teratur untuk mencegah dehidrasi. Selain air putih, konsumsi juga minuman elektrolit seperti oralit atau minuman isotonik untuk membantu mengembalikan keseimbangan cairan tubuh.

  1. Istirahat Total atau Bed Rest

Istirahat total atau bed rest sangat diperlukan bagi penderita untuk membantu tubuh dalam proses pemulihan. Dengan istirahat yang cukup, tubuh memiliki kesempatan untuk melawan infeksi virus yang terjadi dan mempercepat proses penyembuhan.

  1. Hindari Minuman Kafein dan Bersoda

Saat mengalami DBD, sebaiknya hindari minuman yang mengandung kafein dan bersoda. Minuman tersebut dapat memperparah kondisi penderita dengan meningkatkan risiko dehidrasi. Sehingga sebaiknya fokus pada asupan air putih dan minuman elektrolit.

  1. Tindakan Medis dan Obat-obatan

Untuk kasus DBD yang parah, penderita memerlukan perawatan medis yang intensif. Dokter akan melakukan pemeriksaan yang lebih mendalam dan memberikan penanganan sesuai dengan kondisi penderita.




Penting ! Ini Beda Gejala DBD Dulu dan Sekarang

Gejala DBD

Ini Perbedaan Gejala DBD Dulu dan Sekarang

BANDUNG, Prolite – Mayoritas kasus DBD yang belakangan terjadi di Kota Bandung muncul dengan gejala DBD yang berbeda dengan DBD pada umumnya. Ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Anhar Hadian.

Penyakit demam berdarah (DBD) bukan sesuatu yang baru. Meski begitu, dalam beberapa waktu belakangan, ada beberapa catatan dalam kasus DBD yang ditemui di Kota Bandung.

Seperti diketahui, gejala-gejala demam berdarah yang umum dan harus diwaspadai yaitu demam mendadak, sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan muntah, manifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah, kulit ruam kemerahan, dan nyeri otot, tulang, dan sendi. Selain itu, munculnya bintik kemerahan di kulit penderitanya.

Namun Anhar menyebut, mayoritas kasus DBD di Kota Bandung belakangan ini tidak menunjukkan tanda-tanda yang biasa kita kenali.

“Gejalanya itu demam tidak kunjung sembuh. Dan tidak ada gejala bintik merah. Ini yang perlu diwaspadai,” kata Anhar di Balai Kota, Selasa 26 Maret 2024.

Ia khawatir, gejala DBD ‘baru’ ini menyerupai gejala flu biasa. Sehingga masyarakat akan menganggap gejala yang dialami tersebut merupakan penyakit flu biasa.

Meski begitu, Anhar menjelaskan ada perbedaan mendasar antara gejala flu biasa dan gejala DBD yang belakangan muncul.

“Jadi gejalanya demam. Dua-tiga hari naik, turun sedikit, naik lagi. Perbedaannya dengan flu, jika flu, itu saat diberi paracetamol, istirahat yang cukup dan makan yang banyak, itu akan kembali pulih. Nah, kalau DBD ini setelah dua-tiga hari, dia tidak membaik,” bebernya.

Oleh karena itu, Anhar mengingatkan kepada masyarakat yang mengalami gejala demam tak kunjung sembuh selama lebih dari dua hari untuk segera mengakses layanan kesehatan.

“Kalau sudah 2 hari seperti itu (menunjukkan gejala demam dengan suhu naik-turun-naik) waspada. Langsung dibawa ke Puskesmas saja. Jangan menunggu semakin parah,” pesannya.

Pada kesempatan tersebut, Anhar juga menyampaikan, hingga Jumat 22 Maret 2024, jumlah kasus DBD di Kota Bandung menyentuh angka . Oleh karenanya, ia meminta semua pihak meningkatkan kewaspadaan.

” kasus kumulatif sepanjang 2024. Ini data hingga Jumat,” katanya.




Tarif Layanan Puskesmas di Kota Bandung Naik Jadi Rp15 Ribu, Sekda Kota Bandung : Untuk Operasional

kenaikan tarif layanan puskesmas

Pihak Dinkes Kota Bandung Belum Beri Penjelasan Kenaikan Tarif Layanan Puskesmas di Kota Bandung Jadi Rp15 Ribu

BANDUNG, Prolite – Tarif retribusi pelayanan kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat atau Tarif Layanan Puskesmas naik dari semula Rp 3000 menjadi Rp . Sayangnya untuk mendapat penjelasan alasan kenaikan itu pihak Dinkes enggan terbuka.

Saat dimintai tanggapannya tentang kenaikan Tarif Layanan Puskesmas ini ke Kabid Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bandung, Deborah Johan Rattu membenarkannya, namun untuk alasannya Deborah menyarankan agar langsung bertanya ke Humas Dinkes agar satu pintu.

“Benar ada perda-nya, tetapi kalau ingin tahu detailnya ke humas saja satu pintu berkirim surat mau wawancara,” ujar Deborah saat dihubungi, Senin (8/1/24).

Namun saat dikonfirmasi ke pihak humas Dinkes, jawaban yang didapat kurang memuaskan, alasannya khawatir salah menyampaikan informasi dan disarankan menanyakan kepada admin Dinkes. Begitupun admin Dinkes saat ditanyakan menyarankan berkirim surat resmi terlebih dulu.

Dinas KEsehatan - Tarif Layanan Puskesmas
()

 

“Ia prosedurnya begitu agar nanti bisa disposisikan oleh pimpinan kami,” ungkap admin Dinkes tersebut.

Sekertaris Daerah Kota Bandung Emma Sumarna pun membenarkan kenaikan tarif layanan puskesmas tersebut.

Namun menurut dia, kalau untuk warga Bandung semua sudah di-cover sehingga tidak akan pengaruh apa pun.

“Tapi di satu sisi ini kebanyakan yang menggunakan kan masyarakat luar juga dan kita butuh untuk daya dukung operasional. Kemarin saya dapat selintas memang baru laporan dari kepala DKK. Baru laporan lisan bahwa tarif ini atas kebutuhan, tapi kalau untuk warga Bandung itu tidak akan berpengaruh karna mereka sudah ter-cover oleh BPJS, UHC,” pungkasnya.

“Jadi, mungkin kita itu melayani masyarakat Bandung kalau Pemkot Bandung. Tapi kalau faktanya banyak di manfaatkan orang luar yah maaf tarifnya seperti itu. Karena, daya dukung operasional juga harus optimal, misal mengobati warga luar Bandung, obatnya setengah kan tidak bisa gitu. Kalau dia warga Bandung sudah free tidak ada masalah, kalau luar warga Bandung yah ikuti dengan harga tarif sekarang,” tegasnya.




Warga Ujungberung Pertama Kalinya Ternak Nyamuk Wolbachia Cegah Penyebaran DBD

Ilustrasi nyamuk wolbachia (Pixabay).

Warga Ujungberung Pertama Kalinya Ternak Nyamuk Wolbachia Cegah Penyebaran DBD

BANDUNG, Prolite – Nyamuk Wolbachia yang sedang ramai karena bisa membasmi penyebaran nyamuk demam berdarah.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung menggelar On The Job Training Strategi dan Manajemen Implementasi Wolbachia untuk Kecamatan Ujungberung.

Pemerintah Kota Bandung akan mengimplementasikan inovasi nyamuk wolbachia ke dalam telur-telur nyamuk Aedes aegypti. Upaya ini baru akan diujicobakan di Kecamatan Ujungberung.

Kota Bandung juga termasuk daerah endemis DBD dengan kasus yang cukup tinggi. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan mengeluarkan keputusan, Kota Bandung merupakan 1 dari 5 kota percontohan untuk implementasi penanggulangan DBD berbasis teknologi wolbachia.

jabarprov
jabarprov

Adapun penerapan teknologi wolbachia adalah penyuntikkan bakteri wolbachia kepada telur nyamuk Aedes aegypti, sehingga menetas menjadi nyamuk dewasa.

Jika nyamuk tersebut menggigit pengidap virus demam berdarah, maka virus yang dihisap nyamuk akan mati dengan bakteri wolbachia. Sehingga nyamuk Aedes aegypti tersebut tidak akan bisa menyebarkan virus demam berdarah lagi ke tubuh manusia.

Kecamatan Ujungberung terpilih sebagai pilot project karena termasuk dalam 10 kecamatan dengan kasus DBD terbanyak di Kota Bandung tahun 2022. Selain itu, Kepala UPT Puskesmas Ujungberung pun telah mendapat pelatihan mengenai inovasi nyamuk wolbachia di Yogyakarta.

Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung, dr. Ira Dewi Jani menyampaikan implementasi bulan Oktober mendatang, sambil menunggu akan menitipkan telur nyamuk Aedes aegypti yang sudah menyuntikkan wolbachia ke dalam ember. Harapannya, nyamuk-nyamuk ini akan menggantikan nyamuk Aedes aegypti yang memiliki virus demam berdarah.

Lalu, nyamuk-nyamuk tersebut bisa kawin dengan nyamuk lokal untuk menghasilkan nyamuk lain yang otomatis sudah memiliki bakteri wolbachia. Sehingga nyamuk Aedes aegypti tidak akan bisa menjadi perantara virus dengue lagi.

“Telur-telur yang sudah disuntikkan wolbachia ini diproduksinya di lab entomologi atau lab serangga. Kota Bandung itu dapatnya dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Salatiga,” ungkapnya.

Ira menjelaskan, wolbachia sering ditemui dalam keseharian. Bakteri tersebut ada di dalam tubuh lalat buah, hewan-hewan kecil yang biasanya suka terbang di pisang atau buah-buahan.

“Di skema ini, nyamuk Aedes aegypti akan tetap ada untuk keseimbangan ekologis. Tapi dia sekarang sudah mengandung bakteri wolbachia supaya bisa menghentikan penyebaran virus dengue,” ucapnya.

Kota pertama yang mengimplementasikan inovasi ini adalah Yogyakarta. Dari penelitian dan implementasi nyamuk wolbachia di sana, kasus DBD bisa turun sampai 70 persen.

Meski begitu, Ira mengatakan, nyamuk wolbachia ini bukan berarti menggantikan seluruh upaya pencegahan DBD yang ada. Langkah-langkah sebelumnya akan tetap dijalankan, seperti 3M (menguras, menutup, dan mengubur), fogging sesuai indikasi, dan Gerakan Satu Rumah Satu Juru Jumantik.

Ke depannya, akan ada ember yang disebar se-Kota Bandung. Namun, untuk penyebarannya harus melihat dari peta udara dan satelit mengenai luas wilayah serta jumlah hunian. Sehingga tidak bisa disamaratakan jumlahnya tiap kecamatan.

Ira menuturkan, inovasi ini juga untuk mengurangi paparan kimia yang tidak sesuai indikasi. Sehingga lebih aman bagi lingkungan, masyarakat, juga secara ekonomis lebih murah. Sedangkan jika dibandingkan dengan fogging, lebih membutuhkan biaya untuk bensin dan obatnya.

“Kalau memang ini bisa diterapkan secara merata, harapannya angka kasus bisa turun karena virus dengue sudah tidak ada. Lalu, fogging juga bisa berkurang, sehingga dananya bisa dialihkan ke hal lain yang lebih penting,” imbuhnya.




Penemuan 1 Kasus Cacar Monyet di Bandung , Kondisi Pasien Belum Diketahui  

Penemuan 1 kasus cacar monyet di Bandung (iStockphoto ).

Penemuan 1 Kasus Cacar Monyet di Bandung , Kondisi Pasien Belum Diketahui

BANDUNG, Prolite – Kasus cacar monyet atau monkeypax sekarang ditemukan di Bandung, setelah sebelumnya sebanyak 17 pasien terjangkit di DKI Jakarta.

Jumlah kasus mengalami penambahan dari laporan per 27 Oktober 2023 mencapai 17 kasus yang seluruhnya berasal dari DKI Jakarta.

Untuk pasien yang ditemukan di bandung hingga kini belum dapat di konfirmasi lebih lanjut perihak kondisi setelah terjangkit virus cacar monyet.

Bahkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tidak mengonfirmasi lebih lanjut perihal kondisi pasien maupun lokasi spesifik dari temuan kasus di Bandung.

Cacar monyet adalah penyakit zoonosis langka yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox. Virus ini termasuk dalam genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae. Genus Orthopoxvirus juga termasuk virus variola (penyebab cacar), virus vaccinia (digunakan dalam vaksin cacar), dan virus cacar sapi.

Dalam kasus ini antara monkeypox dan cacar air memiliki kesamaan kondisi penderitanya.

Untuk penularan dari hewan ke manusia bisa terjadi lewat gigitan hewan, kontak langsung dengan atau kulit hewan, atau menyentuh benda yang terkontaminasi virus.

Meski gejala yang di timbukan sama seperti penyakit lain seperti cacar air dan herpes namun untuk virus monkeypox bisa di bedakan juga.

Hingga saat ini, belum ada obat monkeypox secara spesifik. Pasalnya, kondisi ini dapat pulih dengan sendirinya dalam 2-4 minggu.

Namun, beberapa negara menggunakan tecovirimat sebagai cara mengobati cacar monyet. Obat ini bekerja dengan menghambat virus monkeypox berkembang biak dan menyebar ke orang lain.

Selama mengalami gejala cacar monyet, pengidap disarankan untuk memaksimalkan waktu istirahat, mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi serta menjaga pola makan sehat.

Pengidap cacar monyet juga disarankan melakukan karantina mandiri dan tidak keluar rumah untuk meminimalisir penyebaran.

Dinas Kesehatan Jawa Barat meminta kepada seluruh warga Jawa Barat untuk tetap menjaga kesehatan jika menemukan gejala-gejala monkeypox segera periksakan ke rumah sakit terdekat.




34 Anak di KBB Keracunan , Bakteri Bacillus Careus Jadi Penyebabnya

Ilustrasi bakteri Bacillus Careus yang menyebabkan puluhan siswa di KBB keracunan masal (Halloh Sehat).

34 Anak di KBB Keracunan , Bakteri Bacillus Careus Jadi Penyebabnya

BANDUNG, Prolite – Keracunan masal terungkap bakteri yang ada di dalam jajan cimin yang membuat puluhan siswa di SDN 3 Jati, Kabupaten Bandung Barat.

Keracunan yang terjadi di SDN jati 3 pada kamis (28/9) lalu mengakibatkan 34 siswa harus dilarikan ke beberapa rumah sakit di Kabupaten Bandung Barat.

Bukan hanya itu peristiwa tersebut ternyata merenggut nyawa seorang bocah berinisial RNN (9).

Setelah dilakukan pemeriksaan leb dengan sempel cimin yang mengakibatkan puluhan siswa dilarikan ke rumah sakit.

detik
detik

Kepala Bidang P2P pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, Rochady mengungkapkan, bakteri bacillus careus ditemukan terkandung dalam sampel bahan makanan yang diperiksa oleh Labkesda Jabar.

“Untuk hasilnya memang ada beberapa bakteri jamur. Tapi kalau dilihat memang tendensi yang membuat diare itu yang bacillus careus (bakteri),” ungkap Rochady Dikutip dari .

Bakteri bacillus careus yang terdapat dalam bahan cimin itu lah yang membuat reaksi komplikasi terhadap saluran pencernaan manusia.

Bakteri ini diindikasi terdapat pada bahan baku terigu dengan tepung singkong.

“Bakteri itu menyebabkan salah satunya bikin mual dan muntah, diare (jika dikonsumsi) karena dia (bakteri) ngeluarin toksin, dan toksinnya itu yg bisa menyebabkan diare,” papar Rochady.

Namun untuk orang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah maka bakteri bacillus careus akan memberikan reaksi lebih terdapat orangnya.

Seperti salah satu anak yang meninggal pasca mengkonsumsi makanan tersebut, diketahui bahwa anak tersebut mengidal talasemia dan rutin berobat ke Rumah Sakit Hasan Sadikin.

“Kalau pada orang-orang yang punya daya tahan tubuh yang menurun, itu pasti kumannya akan lebih dominan. Tapi kalau daya tahan tubuhnya bagus, dan langsung diberikan anti biotik itu akan lebih bagus,” tegas Rochady.




Mencegah Penyebaran DBD Warga Ujungberung Ternak Nyamuk

Dinkes Kota Bandung menggelar On The Job Training Strategi dan Manajemen Implementasi Wolbachia untuk DBD di Kecamatan Ujungberung (dok Pemkot Bandung).

Mencegah Penyebaran DBD Warga Ujungberung Ternak Nyamuk

BANDUNG, Prolite – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung menggelar On The Job Training Strategi dan Manajemen Implementasi Wolbachia untuk DBD di Kecamatan Ujungberung.

Sebagai informasi, Pemerintah Kota Bandung akan mengimplementasikan inovasi bakteri wolbachia ke dalam telur-telur nyamuk Aedes aegypti. Upaya ini baru akan diujicobakan di Kecamatan Ujungberung.

Selain itu, Kota Bandung juga disebut termasuk daerah endemis DBD dengan kasus cukup tinggi. Maka dari itu, Kementerian Kesehatan mengeluarkan keputusan, Kota Bandung merupakan 1 dari 5 kota pilot project untuk implementasi penanggulangan DBD dengan berbasis teknologi wolbachia.

Adapun implementasi teknologi wolbachia adalah penyuntikkan bakteri wolbachia kepada telur nyamuk Aedes aegypti, sehingga menetas menjadi nyamuk dewasa.

eljabar
eljabar

Jika nyamuk tersebut menggigit pengidap virus dengue, maka virus yang dihisap nyamuk akan mati dengan bakteri wolbachia. Sehingga nyamuk Aedes aegypti tersebut tidak akan bisa menyebarkan virus dengue lagi ke tubuh manusia.

Kecamatan Ujungberung terpilih sebagai pilot project karena termasuk dalam 10 kecamatan dengan kasus DBD terbanyak di Kota Bandung tahun 2022. Selain itu, Kepala UPT Puskesmas Ujungberung pun telah mendapat pelatihan mengenai inovasi wolbachia di Yogyakarta.

Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung, dr. Ira Dewi Jani menyampaikan implementasi bulan Oktober mendatang, pihaknya akan menitipkan telur nyamuk Aedes aegypti yang sudah disuntikkan wolbachia di dalam ember. Harapannya, nyamuk-nyamuk ini akan menggantikan nyamuk Aedes aegypti yang memiliki virus dengue.

Lalu, nyamuk-nyamuk tersebut bisa kawin dengan nyamuk lokal untuk menghasilkan nyamuk lain yang otomatis sudah memiliki bakteri wolbachia. Sehingga nyamuk Aedes aegypti tidak akan bisa menjadi perantara virus dengue lagi.

“Telur-telur yang sudah disuntikkan wolbachia ini diproduksinya di lab entomologi atau lab serangga. Kota Bandung itu dapatnya dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Salatiga,” ungkapnya.

Ira menjelaskan, wolbachia sering ditemui dalam keseharian. Bakteri tersebut ada di dalam tubuh lalat buah, hewan-hewan kecil yang biasanya suka terbang di pisang atau buah-buahan.

“Di skema ini, nyamuk Aedes aegypti akan tetap ada untuk keseimbangan ekologis. Tapi dia sekarang sudah mengandung bakteri wolbachia supaya bisa menghentikan penyebaran virus dengue,” ucapnya.

Kota pertama yang mengimplementasikan inovasi ini adalah Yogyakarta. Dari penelitian dan implementasi wolbachia di sana, kasus DBD bisa turun sampai 70 persen.

Meski begitu, Ira mengatakan, implementasi wolbachia ini bukan berarti menggantikan seluruh upaya pencegahan DBD yang ada. Langkah-langkah sebelumnya akan tetap dijalankan, seperti 3M (menguras, menutup, dan mengubur), fogging sesuai indikasi, dan Gerakan Satu Rumah Satu Juru Jumantik.

Ke depannya, akan ada ember yang disebar se-Kota Bandung. Namun, untuk penyebarannya harus melihat dari peta udara dan satelit mengenai luas wilayah serta jumlah hunian. Sehingga tidak bisa disamaratakan jumlahnya tiap kecamatan.

Ira menuturkan, inovasi ini juga untuk mengurangi paparan kimia yang tidak sesuai indikasi. Sehingga lebih aman bagi lingkungan, masyarakat, juga secara ekonomis lebih murah. Sedangkan jika dibandingkan dengan fogging, lebih membutuhkan biaya untuk bensin dan obatnya.

“Kalau memang ini bisa diterapkan secara merata, harapannya angka kasus bisa turun karena virus dengue sudah tidak ada. Lalu, fogging juga bisa berkurang, sehingga dananya bisa dialihkan ke hal lain yang lebih penting,” imbuhnya.




108 Ribu Balita Ditargetkan Imunisasi Polio

Imunisasi Polio

BANDUNG, Prolite – Sebanyak balita di Kota Bandung ditargetkan mendapatkan imunisasi polio pada dua gelombang yaitu April dan Mei 2023.

Imunisasi diberikan akibat muncul temuan kasus polio di Kabupaten Purwakarta beberapa waktu lalu.

“Jumlah di Kota Bandung masih menunggu angka kemenkes, diperkirakan orang balita,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Anhar Hadian, Kamis 30 Maret 2023.

Anhar mengatakan sasaran imunisasi adalah balita berusia 0 sampai 59 bulan. Meski sudah diimunisasi polio lengkap, mereka tetap harus diimunisasi sebanyak dua kali dengan rentang waktu satu bulan melalui oral atau mulut.

Baca Juga : Ribuan Unggas Masuk, Dipastikan Aman Flu Burung

Menurutnya, Dinas kesehatan tengah merumuskan pelaksanaan imunisasi yang diperkirakan dapat dilaksanakan di puskesmas, posyandu, dan klinik.

“Imunisasi pertama dilaksanakan tanggal 3 sampai 10 April dan Mei. Setelah tanggal 10 April, petugas melakukan sweeping,” ujarnya.

Sebagai informasi, imunisasi polio akan serentak dilakukan di seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat. Imunisasi dilakukan karena terdapat temuan kasua polio di Purwakarta.

Anhar menyebut pihaknya akan segera berkomunikasi dengan aparat kewilayahan untuk pelaksanaan imunisasi ini.

Target yang diharapkan dari program imunisasi polio yaitu tercapai hingga 95 persen dan bisa lebih. Namun, jika belum tercapai target maka organisasi kesehatan dunia memerintahkan untuk memperpanjang waktu imunisasi.

Baca Juga : Tips Menjaga Kesehatan di Musim Hujan

“Target kita secara umum 95 persen sasaran, kalau sudah tercapai 95 persen syukur lebih target gak ada masalah. Kalau belum tercapai WHO akan memerintahkan kita perpanjangan waktu,” katanya.

Anhar menambahkan, apabila terdapat balita yang tidak dapat divaksin akibat alasan apapun, Anhar mengaku masih belum mendiskusikan hal tersebut.

“Sebab vaksin yang digunakan berasal dari organisasi kesehatan dunia,” katanya.(rls/red)