Bukan Cuma Bisa Baca-Tulis: Yuk Kenali Jenis Literasi yang Sering Terlupakan di Era Digital

Prolite – Bukan Cuma Bisa Baca-Tulis: Yuk Kenali Jenis Literasi yang Sering Terlupakan di Era Digital

Kalau dulu orang dianggap melek literasi saat bisa baca dan nulis, sekarang standar itu sudah jauh berkembang. Di era yang penuh data, visual, dan opini berseliweran di internet, kemampuan literasi kita diuji lebih dalam.

Banyak orang bisa membaca teks, tapi belum tentu bisa membaca data atau grafik dengan benar. Bahkan, belum tentu bisa membedakan mana informasi valid dan mana yang cuma opini tanpa dasar.

Di sinilah pentingnya tiga jenis literasi yang sering terabaikan: literasi data, literasi visual, dan literasi kritis. Ketiganya jadi kunci agar kita nggak mudah tertipu headline bombastis, salah paham soal grafik ekonomi, atau ikut menyebar hoaks yang tampak meyakinkan. Yuk, kenalan satu per satu 3 jenis literasi!

1. Literasi Data: Belajar Memahami Angka di Balik Informasi

Pernah lihat berita dengan kalimat, “Jumlah kasus meningkat 300%”? Nah, literasi data membuat kita bisa nggak langsung percaya begitu saja. Literasi data adalah kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan menggunakan data dalam kehidupan sehari-hari. Ini termasuk membaca tren, statistik, hingga memahami konteks di balik angka.

Menurut riset dari Data Literacy Project (2025), hanya 27% masyarakat global yang merasa percaya diri menafsirkan data dengan benar. Padahal, kemampuan ini penting banget buat banyak hal: dari membaca hasil survei publik, menilai efektivitas kebijakan, sampai memahami data keuangan pribadi.

Contohnya, kalau kamu lihat grafik tentang tingkat pengangguran, literasi data membantu kamu bertanya, “Sumbernya dari mana?”, “Metodenya apa?”, atau “Apakah angka ini sudah disesuaikan dengan populasi?”. Dengan begitu, kamu nggak gampang termakan angka tanpa konteks.

2. Literasi Visual: Nggak Semua Grafik Itu Jujur

Di media sosial, infografis dan visualisasi data sering banget muncul. Tapi tahu nggak? Banyak visual yang dibuat untuk menggiring opini, bukan memberi pemahaman. Nah, di sinilah literasi visual berperan: kemampuan membaca, menafsirkan, dan mengevaluasi makna dari visual data seperti grafik, diagram, atau infografis.

Riset dari University of Amsterdam (2025) menyebutkan bahwa literasi visual jadi salah satu kemampuan paling krusial di dunia digital. Sebab, manusia cenderung lebih mudah percaya pada sesuatu yang divisualkan, apalagi kalau tampilannya keren dan profesional.

Misalnya, grafik batang bisa dibuat tampak “drastis” hanya dengan mengubah skala sumbu Y. Atau infografis politik bisa menonjolkan data tertentu untuk menimbulkan kesan positif atau negatif. Jadi, literasi visual bikin kita bisa melihat di balik tampilan dan bertanya: “Apakah visual ini mewakili data sebenarnya?”

Selain itu, literasi visual juga bermanfaat dalam dunia kerja modern. Banyak perusahaan kini menilai kemampuan karyawan untuk memahami dashboard data atau presentasi visual sebagai bagian dari kompetensi penting.

3. Literasi Kritis: Skill Wajib di Tengah Lautan Informasi

Kalau dua literasi tadi membantu kita membaca data dan visual, literasi kritis adalah kemampuan untuk mempertanyakan dan mengevaluasi sumber informasi. Di era media sosial, setiap orang bisa jadi “penerbit berita”. Tapi nggak semua informasi yang viral itu benar.

Literasi kritis berarti kita berani bertanya:

  • Siapa yang membuat informasi ini?
  • Apa motifnya?
  • Adakah bukti yang mendukung klaim tersebut?
  • Apakah ada bias yang memengaruhi penyajian informasinya?

Dengan literasi kritis, kita bisa menyusun opini pribadi yang berdasar fakta, bukan cuma ikut arus tren atau komentar netizen. Bahkan dalam konteks akademik, literasi kritis membuat siswa dan mahasiswa bisa menulis argumen yang kuat dan logis.

Menurut laporan UNESCO 2025, masyarakat yang memiliki literasi kritis tinggi lebih kebal terhadap misinformasi dan lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi publik yang sehat.

Kenapa Tiga Jenis Literasi Ini Penting di Dunia Modern?

Karena dunia digital saat ini nggak lagi hanya dipenuhi teks, tapi juga data, angka, grafik, dan opini visual. Kita digempur informasi dari berbagai arah — mulai dari berita politik, statistik ekonomi, sampai meme edukatif. Tanpa literasi data, visual, dan kritis, kita bisa jadi korban salah tafsir.

Bayangkan saja, banyak orang percaya klaim “produk A paling laku di dunia” hanya karena melihat grafik tanpa tahu sumbernya. Atau salah menilai situasi ekonomi hanya karena salah membaca tren data. Jadi, tiga literasi ini bukan cuma penting buat akademisi, tapi juga buat siapa pun yang hidup di dunia digital.

Cara Praktis Melatih Jenis Literasi : Data, Visual, dan Kritis

Biar nggak cuma teori, berikut beberapa langkah kecil yang bisa kamu mulai dari sekarang:

  • Baca sumber berita dari beberapa media. Bandingkan cara mereka menyajikan data dan narasi.
  • Pelajari dasar statistik ringan. Misalnya cara membaca persentase, rata-rata, dan grafik sederhana.
  • Analisis infografis di media sosial. Coba cari tahu: siapa pembuatnya, apa sumber datanya, dan apakah skalanya proporsional.
  • Latih berpikir kritis. Saat membaca berita atau opini, tanyakan: “Apakah ada bukti konkret?”
  • Gunakan data dalam aktivitas sehari-hari. Misalnya, buat keputusan belanja atau pekerjaan berdasarkan angka, bukan sekadar perasaan

Yuk, Jadi Pembaca yang Cerdas, Bukan Sekadar Cepat!

Di era di mana semua orang bisa jadi “pemberi informasi”, kemampuan literasi bukan cuma soal membaca cepat, tapi membaca dengan cermat. Literasi data, visual, dan kritis bukan cuma bikin kamu lebih pintar, tapi juga lebih bijak dalam mengambil keputusan.

Mulailah dari hal kecil: baca grafik dengan teliti, pertanyakan sumber berita, dan beranikan diri untuk bilang, “Tunggu, datanya dari mana?” Siapa tahu, dari langkah sederhana itu, kamu bisa jadi bagian dari generasi yang nggak cuma pintar, tapi juga sadar informasi!




3 Manfaat Musik Untuk Bantu Perkembangan Anak secara Optimal, Bunda Wajib Tahu!

perkembangan anak

Prolite – Siapa yang tidak suka musik? Dari bayi yang masih belajar merangkak hingga anak-anak yang energik, musik selalu berhasil membuat suasana lebih hidup.

Tapi, tahukah Ayah dan Bunda kalau musik ternyata punya manfaat luar biasa untuk perkembangan anak?

Nggak cuma bikin suasana ceria, musik juga bisa membantu meningkatkan keterampilan otak, emosi, hingga kemampuan sosial anak.

Yuk, kita bahas lebih dalam tentang bagaimana musik bisa jadi teman baik untuk tumbuh kembang si kecil!

Musik dan Stimulasi Otak Anak: Mengasah Keterampilan Kognitif, Memori, dan Kreativitas

Ilustrasi bermain musik untuk bantu perkembangan anak – Freepik

Musik bukan hanya sekadar alunan nada yang menyenangkan, tapi juga merupakan stimulasi yang kuat untuk perkembangan otak anak.

Ketika anak mendengarkan musik, otak mereka bekerja keras untuk memproses nada, ritme, dan lirik.

Ini membantu memperkuat keterampilan kognitif, seperti berpikir kritis dan memecahkan masalah.

Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang diperkenalkan pada musik sejak dini cenderung memiliki memori yang lebih baik.

Tidak hanya itu, kreativitas anak juga bisa terasah lewat musik. Ketika anak bermain alat musik atau bahkan hanya bernyanyi-nyanyi sendiri, mereka belajar untuk mengekspresikan ide dan perasaan melalui cara yang berbeda.

Musik membuka pintu bagi anak untuk berpikir out of the box, mendorong mereka untuk lebih imajinatif dan kreatif dalam keseharian.

Musik dan Perkembangan Emosional Anak: Membantu Memahami dan Mengekspresikan Emosi

Ilustrasi bermain musik untuk bantu perkembangan anak – Freepik

Selain manfaat kognitif, musik juga sangat efektif dalam mendukung perkembangan emosional anak. Lewat musik, anak-anak bisa belajar memahami dan mengekspresikan emosi mereka dengan lebih baik.

Misalnya, lagu yang ceria bisa membuat anak merasa senang, sementara lagu yang lembut bisa membantu mereka merasa tenang saat sedang cemas atau sedih.

Bagi anak-anak yang mungkin belum bisa mengekspresikan perasaan mereka dengan kata-kata, musik menjadi media yang sangat bermanfaat.

Dengan mendengarkan musik atau bernyanyi, anak bisa menyalurkan emosi yang mereka rasakan dengan cara yang lebih nyaman dan bebas.

Ini penting untuk membangun dasar emosional yang kuat, membantu mereka tumbuh menjadi individu yang lebih stabil secara emosional.

Musik juga bisa menjadi alat untuk bonding antara orang tua dan anak. Misalnya, menyanyikan lagu pengantar tidur bersama bisa mempererat ikatan emosional sekaligus membantu anak merasa aman dan dicintai.

Musik sebagai Alat Pembelajaran Sosial: Belajar Kolaborasi dan Interaksi Positif

Ilustrasi bermain musik untuk bantu perkembangan anak – Freepik

Selain manfaat kognitif dan emosional, musik juga bisa mengajarkan keterampilan sosial kepada anak.

Ketika anak-anak berpartisipasi dalam aktivitas musik kelompok, seperti paduan suara atau band, mereka belajar tentang kolaborasi.

Dalam grup musik, setiap anggota memiliki peran yang penting, dan ini mengajarkan anak untuk bekerja sama dengan orang lain demi mencapai tujuan bersama.

Aktivitas musik juga mengajarkan anak untuk mendengarkan dengan lebih baik. Ketika mereka bermain alat musik atau bernyanyi dalam grup, mereka harus mendengarkan suara teman-teman mereka agar bisa menyatu dengan harmonis.

Ini membantu anak mengembangkan keterampilan mendengarkan yang baik, yang sangat berguna dalam interaksi sehari-hari.

Selain itu, musik dalam kelompok juga bisa meningkatkan rasa percaya diri anak. Ketika mereka tampil di depan umum atau berhasil menyelesaikan lagu bersama teman-teman mereka, anak akan merasa bangga atas pencapaian tersebut.

Ini bisa menjadi dorongan besar bagi rasa percaya diri mereka di berbagai aspek kehidupan.

Ayo, Libatkan Musik dalam Kehidupan Sehari-hari Anak!

Ilustrasi bermain musik untuk bantu perkembangan anak – Freepik

Musik memiliki banyak manfaat yang luar biasa untuk perkembangan anak, mulai dari merangsang otak, membantu mereka mengelola emosi, hingga mengajarkan keterampilan sosial yang penting.

Jadi, tidak ada salahnya untuk mulai memperkenalkan musik kepada si kecil sejak dini. Entah itu dengan bernyanyi bersama di rumah, mendaftarkan mereka ke kelas musik, atau sekadar memainkan lagu favorit mereka—musik bisa menjadi teman terbaik dalam tumbuh kembang anak.

Yuk, jadikan musik bagian dari kehidupan sehari-hari anak agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, kreatif, dan penuh percaya diri!




Bunda Literasi: STOP Bullying!

Bunda Litersi - Stop bullying

KOTA BEKASI, Prolite – Bunda Literasi Wiwiek Hargono Tri Adhianto fokus dan mengajak berbagai pihak memerangi perundungan, Stop Bullying ! Hal tersebut ia sampaikan saat mengunjungi sekolah didaerah Mustikajaya dalam kegiatan gali potensi siswa.

Istri dari Plt Wali Kota Bekasi itu juga menyatakan akan mendukung kampanye dalam memerangi penindasan atau perundungan disekolah. Menurutnya bullying atau perundungan tidak sesuai dengan nilai maupun budaya bangsa Indonesia.

Dalam kunjungan itu, Wiwiek Hargono mengajarkan keterampilan inklusif kepada anak-anak serta mendesak siswa untuk bersikap hormat dan selalu menyebarkan kebaikan antara satu sama lainnya.

“Saling menolong dalam kebaikan dan kepedulian, menanamkan nilai-nilai Pancasila sehingga anak-anak memiliki karakter yang baik,” ujarnya kepada para siswa.

Bunda Literasi juga menyempatkan diri untuk berdialog dengan para pendidik dan siswa.

Wiwiek Hargono Tri Adhianto menekankan pentingnya peran dari berbagai pihak untuk mensosialisasikan. Hal tersebut diutarakan sebagai bagian dari kampanye anti-bullying, Stop Bullying !

“Bersama membahu-bahu sosialisasikan kepada masyarakat luas, karena bullying dapat menjatuhkan mental anak dan berdampak buruk pada tumbuh kembang anak,” kata Wiwiek Hargono

Membimbing anak kearah positif, lanjut Wiwiek menyampaikan dapat mendorong anak-anak lebih berprestasi dan percaya diri akan potensi yang dimiliki.

“Dengan memberikan perhatian yang lebih khusus, membimbing kearah yang postif mendorong anak-anak tercinta untuk berprestasi dan percaya diri akan potensi yang dimiliki,”tutup Bunda Literasi Wiwiek Hargono Tri Adhianto.(rls/red)




Sebagai Bunda Literasi, Wiwiek Optimis Anak-Anak Menjadi Generasi Unggul

Bunda Literasi Optimis Anak-Anak Kota Bekasi Akan Menjadi Generasi Unggul dan Pemimpin Hebat

KOTA BEKASI, Prolite – Bunda Literasi Kota Bekasi Wiwiek Hargono Tri Adhianto optimis bahwa anak-anak di Kota Bekasi akan menjadi generasi unggul dan pemimpin hebat di tahun Indonesia Emas 2045, hal tersebut disampaikan oleh Wiwiek saat melihat kemampuan bakat yang ditunjukan para siswa saat berkunjung ke sekolah.

“Anak-anak tersebut diharapkan menjadi generasi Indonesia Emas Tahun 2045. Generasi yang unggul akan kemampuan dan menjadi pemimpin hebat dimasa mendatang,” ucap Wiwiek Hargono Tri Adhianto saat mengunjungi beberapa sekolah diwilayah Bekasi Timur

Pihaknya berkolaborasi dengan pata stakeholder berkomitmen mewujudkan generasi Indonesia Emas tersebut melalui program gali potensi sebagai pondasi penting dalam tumbuh kembang kemampuan siswa kedepannya.

Bukan hanya sekedar menggali potensi yang dimiliki para siswa, lanjut Wiwiek menambahkan tentunya kita harus memastikan anak-anak tersebut dipenuhi haknya dan dilindungi dalam kehidupannya agar dapat berkembang secara optimal.

Perlindungan anak merupakan amanat dari negara yang tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak serta diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2021 guna menyelenggarakan perlindungan anak secara khusus.

Selain itu, peran orang tua sangat penting  dalam membimbing dan menjadi panutan bagi anak-anaknya sehingga mereka tidak terjerumus pada hal-hal negatif yang merugikan masa depan anak.

Bunda Literasi, Wiwiek Hargono Tri Adhianto mengajak semua pihak dapat bersinergi untuk membantu anak-anak (para siswa) mendapatkan layanan pendidikan secara optimal demi  meraih masa depan yang cerah.

“Saya mohon kita semua bersinergi untuk membantu anak-anak kita meraih prestasi, apapun bidang yang diminati, mendapatkan layanan pendidikan secara maksimal sehingga masa depan anak-anak bangsa ini semakin cerah,” tuturnya.

Program gali potensi ini juga bagian dari implementasi dari program ‘Merdeka Belajar’ para siswa bisa mengekpresikan berbagai kemampuannya.(rls/red)