Remaja & Peer Pressure: Haruskah Selalu Ikut Arus atau Berani Tampil Beda?

Peer Pressure

Prolite – Peer Pressure dalam Remaja: Kenapa Kita Sering Takut Jadi “Berbeda”?

Pernah nggak sih, kamu merasa harus ngikutin teman-temanmu biar nggak dianggap aneh atau berbeda? Mungkin pernah nyobain tren baru, pakai outfit yang lagi viral, atau bahkan melakukan sesuatu yang sebenernya nggak kamu suka, cuma biar nggak merasa “out of place”? Nah, itulah yang disebut peer pressure alias tekanan dari teman sebaya.

Sebagai remaja, kita sering banget ketemu situasi kayak gini. Kadang, peer pressure bisa positif, misalnya termotivasi buat belajar karena teman-teman juga rajin.

Tapi nggak jarang, peer pressure bikin kita melakukan hal-hal yang sebenernya bertentangan sama prinsip atau keinginan kita.

Jadi, kenapa sih kita gampang banget kena pengaruh orang lain? Dan gimana caranya biar tetap jadi diri sendiri tanpa takut dikucilkan? Yuk, kita bahas bareng!

Kenapa Remaja Lebih Rentan Terhadap Peer Pressure?

Sebagai anak remaja, otak kita masih dalam proses berkembang. Salah satu bagian otak yang bertanggung jawab buat mengambil keputusan, yaitu prefrontal cortex, belum sepenuhnya matang.

Makanya, kita cenderung lebih emosional dalam mengambil keputusan, apalagi kalau ada pengaruh dari teman-teman.

Selain itu, di usia remaja, kita lagi ada di fase nyari jati diri. Kita pengen diterima dalam lingkungan pertemanan dan takut dianggap aneh atau berbeda.

Akibatnya, kita lebih mudah terpengaruh sama apa yang dilakukan orang-orang di sekitar kita.

Gimana Peer Pressure Bisa Ngubah Keputusan Remaja?

Tekanan dari teman sebaya bisa berpengaruh ke banyak aspek kehidupan kita. Nggak cuma soal tren fashion atau sosial media, tapi juga bisa memengaruhi:

👕 Gaya Hidup – Mungkin awalnya kamu nggak suka ngopi di kafe mahal, tapi karena teman-teman sering nongkrong di sana, kamu jadi ikutan meskipun dompet menjerit.

📚 Pendidikan – Ada yang termotivasi buat belajar lebih rajin karena lingkungannya, tapi ada juga yang malah jadi malas belajar karena nggak mau dianggap “kutubuku” oleh teman-temannya.

🚬 Perilaku Berisiko – Nggak sedikit remaja yang akhirnya coba merokok, minum alkohol, atau bahkan melakukan hal berbahaya lain karena takut dicap “nggak keren” kalau nggak ikut-ikutan.

Jadi, peer pressure itu kayak pisau bermata dua. Bisa positif, bisa juga negatif. Tapi kabar baiknya, kita bisa belajar buat menghadapinya dengan lebih bijak!

Cara Menghadapi Peer Pressure Tanpa Kehilangan Diri Sendiri

Nah, kalau kamu sering merasa tertekan buat melakukan sesuatu yang sebenernya nggak kamu mau, ini dia beberapa trik jitu yang bisa dicoba!

1. Bangun Kepercayaan Diri

Kalau kamu yakin sama pilihan dan nilai-nilai yang kamu pegang, kamu nggak akan gampang kebawa arus. Coba kenali diri sendiri lebih dalam. Apa sih yang bener-bener kamu suka? Apa yang menurut kamu benar dan salah? Dengan punya prinsip yang kuat, kamu bakal lebih pede buat nolak ajakan yang nggak sesuai sama dirimu.

2. Tetapkan Batasan Tanpa Rasa Bersalah

Nggak semua ajakan dari teman harus diiyain, kok! Nggak setuju atau nolak ajakan nggak bikin kamu jadi teman yang buruk. Justru, kalau teman-temanmu beneran peduli, mereka bakal tetap menerima kamu meskipun pilihanmu beda.

Kamu bisa bilang, “Eh, gue skip dulu deh, nggak nyaman sama yang kayak gitu.” atau “Kayaknya bukan gue banget, deh. Lo lanjut aja kalau mau.”

3. Teknik Komunikasi Buat Bilang “Tidak” Dengan Percaya Diri

Kadang, bilang “nggak” itu susah banget, apalagi kalau takut di-judge atau dimusuhin. Tapi ada cara buat nolak dengan tetap santai dan percaya diri, misalnya:

🙅‍♂️ Tolak dengan humor – “Wah, kalau gue ikutan, dunia bisa kacau nih!”

🙅‍♀️ Kasih alasan yang jujur – “Nggak ah, gue lagi mau fokus ke hal lain.”

🤷‍♂️ Ulangi penolakan dengan tegas – Kalau masih dipaksa, ulangi jawaban dengan nada lebih tegas: “Serius deh, gue nggak mau. Thanks ya.”

Kadang orang nggak langsung ngerti pas kita nolak sekali. Jadi, jangan takut buat tetap konsisten!

Jadi, Gimana? Udah Siap Lawan Peer Pressure?

Hidup di tengah lingkungan sosial yang penuh tekanan itu emang nggak gampang. Tapi, kalau kamu bisa tetap setia sama diri sendiri dan berani bilang “tidak” buat hal-hal yang nggak sesuai, itu adalah tanda kalau kamu udah selangkah lebih maju dalam hidup! 🚀

Jangan takut buat jadi berbeda. Karena pada akhirnya, yang paling penting adalah kamu nyaman dan bahagia dengan pilihanmu sendiri. Setuju, kan? 😉




Workshop Pendidikan, Mengembangkan Kemampuan Pendidikan dalam Mengefektifkan Suasana Pembelajaran Melalui Ice Breaking Kelas

workshop pendidikan - DPR RI

Kerja Sama dengan Kemdikbudristek, Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah Gelar Workshop Pendidikan

BANDUNG, Prolite – Bekerja sama dengan Kemdikbudristek, anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah menggelar workshop pendidikan bertema “Mengembangkan Kemampuan Pendidikan dalam Mengefektifkan Suasana Pembelajaran Melalui Ice Breaking Kelas”.

Tujuan workshop pendidikan ini agar sekolah lebih menyenangkan sehingga potensi atau bakat anak didik berkembang, anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah menyampaikan bahwa guru-guru harus mempunyai trik-trik jeda pelajaran yang menarik sehingga si anak bisa kembali konsentrasi, bergairah dan senang belajar kembali.

Pasalnya belajar jaman dulu penuh tekanan, hukuman, dan instruksi, akibatnya anak tidak senang sekolah bahkan memilih keluar sekolah atau drop out. Selain itu bakat anak pun jadi tak tersalurkan.

Menurut Ledia, tugas pendidik sekarang adalah bagaimana caranya agar anak didik gembira belajar dan belajar dengan gembira, karena kalau anak didik tidak nyaman maka sekolah pun tidak menyenangkan. Jika menyenangkan maka interaksi satu sama lain akan bagus sehingga tidak ada lagi kasus perundungan atau bullying.

“Kegiatan ice breaking atau belajar dengan gembira itu nantinya bisa meminimalisir kegiatan tidak kita inginkan,” ujar Ledia, pada workshop pendidikan Sabtu (15/6/2024).

Ledia pun tak menampik bahwa di kelas itu ada masa-masa anak-anak bosen dan itu berarti harus ada atensi.

“Menarik atensi itu dengan ice breaking, sehingga guru harus punya keterampilan ice breaking dan harus berkembang jangan hanya itu-itu saja. Juga hari ada manfaat untuk pendidikan,” ucap Ledia.

Masih kata Ledia, ada beberapa hal suasana monoton alias tidak dinamis dan memang membuat anak-anak turun minat belajarnya terlebih terpapar gadget atau gawai.

“Gadget itu cepat perubahannya, konsentrasi juga kan terbatas karena itu perlu ada jeda-jeda istilah ice breaking. Agar kembalikan gairah belajar, kembalikan potensi, sehingga anak didik merasa terarah dan dikembangkan. Buat mereka nyaman agar belajar optimal ke depan dan tidak menimbulkan potensi bullying,” tegasnya.

Disinggung soal bullying menurut Ledia, bisa jadi secara umum anak-anak pelaku bullying itu karena tidak nyaman atau mengalami perundungan di rumah atau banyak dimarahi, sehingga melampiaskan ke teman yang dianggap lebih rentan.

Karenanya guru harus menelusuri mencari tahu penyebabnya apa hingga akhirnya si anak memilih kekerasan atau perundungan.

Ledia pun menghimbau agar komunikasi terbuka setidaknya dengan wali kelas.

“Dalam membaca potensi, guru punya pengalaman dan harus diasah terus, mata batinnya diasah terus. Insyaa Allah mempermudah mengenali anak walau tidak 100 persen. Tidak hanya wali kelas yang bertanggung jawab, guru-guru mata pelajaran pun bertanggungjawab karena potensi bisa saja dikembangkan oleh guru pelajaran,” tutupnya seraya mengatakan sebelumnya kerja sama dalam kegiatan merdeka belajar dan rapor pendidikan.

Sekretaris Dinas Pendidikan Tantan Surya Santana menambahkan bahwa kerja sama DPR RI dan Kemendikbudristek dalam workshop pendidikan itu diikuti sekitar 100 guru di Kota Bandung.

Kata Tantan, yang mereka(guru-guru) itu ambil dari workshop pendidikan adalah proses pembelajaran lebih menyenangkan guna wujudkan generasi emas, unggul, cerdas.

“Yang menentukan proses di sekolah adalah peran guru di dalamnya. Kita juga dulu malas sekolah karena suasana stres, tegang. Nah sekarang diubah proses pembelajaran harus membuat suasana menyenangkan, semangat, belajar jadi motivasi,” ucapnya.

Belajar sekolah bukan lagi intruksi, namun coaching and matering, dulu teori sekarang implementasi.

“Guru sekarang istilahnya mengajar dengan hati ikhlas tidak lagi ada tekanan, ancaman, hukuman apalagi berbentuk fisik. Itu pengaruh kolonialisme. Harus membuat semangat karena senang belajar, mudah dan disini peran guru melakukan berbagai strategi sehingga harus fahami pola ice breaking,” tuturnya.

Dalam Undang-undang guru No. 14 tahun 2005, bahwa guru itu harus punya empat kompetensi, kompetensi pedagogik di mana paham masing-masing siswanya.

“Sekolah itu kaya kebun binatang, jadi dikembangkan sesuai potensinya. Misal, ikan bisa renang jangan dipaksa kaya burung harus bisa terbang,” ucapnya.

Lalu kompetensi kepribadian di mana guru itu tidak lagi instruksi tapi teladan, kata Tantan. Semisal siswa unggul karena guru unggul, siswa baik karena guru baik.

Ada juga kompetensi keprofesionalan yang jelas tertata dalam undang-undang. Terakhir kompetensi sosial.

Kata Tantan ini sering dilupakan seharusnya dalam hal ini guru dan anak didik jalin komunikasi dengan ekosistem komite, tokoh masyarakat, antar siswa, dan orang tua siswa.

“Kalau ada anak kurang minat belajar itu bisa saja pengaruh dari rumah. Sekarang itu guru dan siswa bagaikan teman curhat. Ini sudah episode 26 kurikulum merdeka dimana sekolah di Paud dan TK itu tujuannya main, interaksi, di SD baru siapkan mental bersosial,” tutupnya.




Aksi Bullying Selama 3 Tahun Hingga Meninggal , Pihak Sekolah Berupaya Jalur Damai

Aksi bullying di SMK Kesehatan Rajawali di KBB hingga meninggal (dok Keluarga).

Aksi Bullying Selama 3 Tahun Hingga Meninggal , Pihak Sekolah Berupaya Jalur Damai

Prolite – Aksi bullying atau tindak perundungan kembali terjadi di lingkungan sekolah, kali ini Dunganungan terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Salah seorang siswa SMK Kesehatan Rajawali yang berada di Kecamatan Parompong, Kabupaten Bandung Barat bernama Nabila Fitri Nuraini.

Bullying yang di terima oleh korban Nabila Fitri Nuraini dari mulai korban duduk di kelas 1 hingga kelas 3 atau selama 3 tahun.

Diketahui, berdasarkan penuturan orang tua korban, kasus bullying yang dialami Nabila dilakukan oleh salah seorang teman kelasnya berinisial A.

Aksi bullying yang di terima korban ini berbentuk hinaan, cacian, paksaan untuk mengerjakan tugas sekolah, hingga diminta menggendong dari toilet ke ruang kelas.

dok Jabar Ekspres
dok Jabar Ekspres

Dalam kasus ini pihak sekolah mernah mempertemukan kedua belah pihak untuk melaksanakan proses mediasi agar kasus ini diselesaikan secara damai.

Upaya mediasi ini tercatat telah dilakukan sejak tanggal 15 Mei 2024 bertempat di ruang rapat sekolah, tanggal 27 Mei 2024 di rumah orang tua siswa Nabila, dan terakhir tanggal 10 Juni 2024 di ruang rapat sekolah.

“Kita sudah konsultasi juga dengan pihak kepolisian dan menyarankan agar kasus ini diambil jalur damai mediasi secara kekeluargaan. Kemarin sudah dilakukan tanggal 10 Mei 2024, tapi belum diambil kesepakatan penuh. Jadi baru secara lisan dan belum tertulis, kami mohon doanya agar tercapai perdamaian,” papar Kepala SMK Kesehatan Rajawali, Rizki Zaskia Hilmi, Selasa 11 Mei 2024.

Sebelumnya, Rizki mengklaim pihak sekolah tak pernah mendapat laporan kasus bullying dari siswa maupun orang tua selama 3 tahun Nabila mengenyam pendidikan.

“Selama kurang dari tiga tahun masa belajar kami sekolah tidak menerima laporan dari siswa A dan N, kedua orang tua siswa, juga teman-teman siswa terkait bullying,” kata Rizki saat ditemui, Selasa 11 Juni 2024.

Rizki mengatakan siswa dan orang tua bahkan pernah dikumpulkan pada bulan Desember 2023 bertepatan dengan kegiatan pembagian raport hasil belajar semester 1. Dalam kegiatan itu, pihak sekolah membuka sesi konsultasi terkait masalah atau kendala dialami siswa ataupun orang tua dalam menjalankan pembelajaran. Hasilnya mereka mengungkap tak ada hambatan apapun.

“Pada agenda pembagian raport di semester 1 bulan Desember tahun 2023, masing-masing orang tua dipanggil untuk pembagian raport hasil akademik sekaligus sesi konsultasi. Hasil penuturan kedua orang tua masing-masing anak baik-baik saja. Kedua orang tua N dan A juga berteman baik karena mereka tinggal di lingkungan desa yang sama,” papar Rizki.

Menurutnya, pihak sekolah baru mengetahui kasus bullying tatkala Nabila mengalami sakit usai menghadiri acara pagelaran seni tanggal 8 Mei 2024. Kemudian pada tanggal 12 Mei 2024, orang tua Nabila lapor ke wali kelas bahwa anaknya sakit usai dibully oleh temannya A.

Usai menerima laporan itu, pihak sekolah mencoba menggali dan menelusuri laporan tersebut dengan cara meminta keterangan terhadap guru seni, wali kelas dan para temannya. Hasilnya, sekolah menyimpulkan bahwa Nabila tak pernah berinteraksi dengan A baik secara fisik maupun verbal.

Tak sampai di situ, pihak sekolah kembali melakukan upaya mediasi antara siswa dan orang tua tanggal 27 Mei 2024. Saat itu siswa Nabila dalam posisi sakit, namun kedua pihak sepakat untuk damai secara lisan. Setelah itu, pada tanggal 30 Mei Nabila dilaporkan meninggal dunia dan kasusnya viral di media sosial tanggal 7 Juni 2024.

Kesimpulannya, lanjut dia, pihak sekolah hingga saat ini belum menemukan adanya bullying berupa fisik. Adapun kasus menggendong ketika terjadi di kelas 10 menurutnya itu dilakukan secara bergantian.

“Hasil telusur kami tidak ada yang mengarah ke bullying fisik. Untuk yang menggendong terjadi di kelas 10, setelah kami gali info dari teman-temannya itu dilaksanakan bergantian antara siswa A dan N. Dari sisi verbal kami masih verifikasi apakah candaan yang dulu oleh siswa A apakah menjurus ke bully, kami masih komunikasi dengan Dinas Perlindungan Anak,” tandasnya.




Aksi Bullying Terjadi di Sumber , Korban Dikeroyok 12 Orang

Aksi bullying terjadi di Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon (tangkapan layar RadarCirebon).

Aksi Bullying Terjadi di Sumber , Korban Dikeroyok 12 Orang

Prolite – Kasus bullying kembali terjadi di kalangan pelajar, kali ini aksi tidak terpuji ini terjadi di wilayah Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon.

Kasus kriminal di kalangan pelajar ini memang sering terjadi jika sebelumnya ada aksi perundungan yang dilakukan oleh Geng Tai yang merukan siswa dari sekolah Internasional Binus School.

Kali ini korban perundungan merupakan siswa kelas 1 MTs yang berada di Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon.

Keluarga korban, NT (42) mengungkapkan, para pelaku bullying tersebut ada yang teman sekolah korban, ada juga teman di klub sepakbola.

Pelaku yang terdiri dari 12 orang rata-rata dari berbagai jenjang pendidikan yakni SMK, MTs hingga SD, pelaku semua merupakan teman bermain korban.

Keluarga mengetahui aksi perundungan yang menimpa anaknya ini melalui video yang tersebr di media sosial.

Setelah di tanyakan kepada korban ternyata aksi tak terpuji ini sudah terjadi berulangkali.

“Anak ini sudah lama murung, ada 3 bulan terakhir. Tapi kalau ditanya selalu bilang nggak apa-apa. Nah sampai kemarin ada video yang beredar itu, sampai nangis saya itu,” kata NT, dikutip .

Usai keluarga mengetahui kejadian yang menimpa anaknya itu lantas melapor ke PPA Polresta Cirebon untuk dapat di lakukan penindakan kepada para pelaku.

Korban juga sudah menjalani visum dan ditemukan banyak luka memar di kepala, punggung, tangan dan punggung belakang.

Keluaga berharap kasus ini bisa segera selesai dan para pelaku bisa di tangkap untuk mendapatkan ganjaran yang setimpal.




Aksi Perundungan Binus School Melibatkan 8 Orang yang Diketuai Agit

Aksi perundungan di Sekolah Internasional Binus School Serpong (Instagram).

Aksi Perundungan Binus School Melibatkan 8 Orang yang Diketuai Agit

Prolite – Dalam kasus perundungan yang terjadi di Sekolah Internasional Binus School Serpong terdapat sosok yang perperan kuat didalamnya.

Aksi bullying yang dilakukan sekelompok geng yang menamai Geng Tai hingga membuat korbannya harus di rawat di RS ternyata diketuai oleh Agit.

Dalam informasi yang beredar bahwasannya kelompok Geng Tai ini memang sering nongkrong di sebuah toko kecil yang berada di belakang sekolah.

Dikutip dari akun Instagram Lambe Danu, ibu korban turut membeberkan kegiatan dari Geng Tai ini.

“Mereka berkumpul di toko tersebut setiap hari sepulang sekolah untuk melakukan kegiatan menyimpang yang mungkin mengandung unsur kriminal, seperti kekerasan, merokok di bawah umur, dan vaping,” ungkapnya.

Twitter bospurwa
Twitter bospurwa

Lantas siapa sosok Agit ini?

Agit sendiri adalah anggota geng Tai yang duduk di bangku kelas 12.

Agit mengendalikan semua yang ada di geng.

Geng ini sudah berdiri selama 9 generasi.

Agit tersebut akan merekrut anggota untuk bergabung dengan geng-geng ini, dan imbalan untuk bergabung dengan geng-geng ini bervariasi, seperti ditawari uang untuk bergabung, memiliki akses ke tempat parkir dekat binus.

Namun imbalan utama yang membujuk orang untuk bergabung adalah STATUS di sekolah.

Di binus, anak laki-laki diketahui memiliki status hierarki yang lebih tinggi ketika mereka bergabung dengan geng,” tulisnya.

Namun ada beberapa peraturan yang harus di ikuti untuk seluruh anggota Geng Tai jika ingin terus bergabung.

Dalam keterangan tersebut calon anggota baru akan dikumpulkan di warung-warung, di mana para orang tsb akan mengambil kendali dan meminta mereka untuk melakukan perilaku menyimpang.

Seperti meneriakkan nama, membelikan makanan untuk para penghasut dan mengikuti perintah yang mereka minta, namun yang terpenting bagi mereka, MEREKA HARUS DIHUKUM SECARA FISIK.

Mereka juga melecehkan calon anggota baru, untuk menunjukkan apakah mereka layak menyandang gelar anggota geng.

Bahkan dalam kejadian perundungan itu terjadi terdapat hingga 40 orang yang juga terlibat mereka memiliki peran masing masing bahkan ada yang hanya ikut menertawakan hingga merekam aksi perundungan terjadi.

Dikutip dari Instagram @berita_gosip, ada 8 nama pelaku yang memiliki peran dalam perundungan terjadi diantaranya:

  1. Kea**: Menyundut rokok, mukul hingg membakar tangan korban dengan korek api.
  2. Gav**: memukul, mengancam akan membunuh dan melecehkan serta menjambak.
  3. Ma**: memaki dan memukul
  4. Tom**: menendang kaki korban, menonjik perut dan memiting korban
  5. Zahr**: mengintruksi “kaderisasi’, push up, squat gendong orang, cubit dada 20x
  6. Legol**: mengikat di tembok pakai yali gorden, memegang tangan korban dari belakang
  7. Ela**: mencekik leher
  8. Ra**: memukul perut korban.

Karena aksi dari ke 8 tersangka kini korban harus mendapat perawatan di rumah sakit karena luka yang dideritanya.




Kasus Perundungan Binus School Serpong Menyeret 3 Anak Pesohor

Anak Vincent Rompies diduga terlibat dalam aksi perundungan (Instagram Vincent Rompies).

Kasus Perundungan Binus School Serpong Menyeret 3 Anak Pesohor

Prolite – Kasus Perundungan yang terjadi di sekolah Internasional Binus School Serpong melibatkan beberapa anak pesohor.

Sebelumnya sempat ramai unggahan dari akun media sosial Twitter yang menyebutkan salah satu tersangka merupakan anak dari host terkenal Vincent Rompies.

Kini viral netizen Twitter dengan akun @Yochi*** mengungkapkan dua nama yang merupakan anak dari pesohor yang terlibat dalam kasus tersebut.

Aksi bullying melibatkan anak Vincent Rompies (Twitter bospurwa).
Aksi bullying melibatkan anak Vincent Rompies (Twitter bospurwa).

“Leg*** anaknya Vincent, Tri*** Tobing anaknya dokter Edwin Tobing.”

“Ra*** anaknya presenter Arief Suditomo.”

“Sejauh ini yang bapaknya diketahui,” demikian cuitan akun itu.

Meski begitu, belum diketahui secara pasti kebenaran cuitan dari warganet X tersebut.

Meski dalam unggahan tersebut tidak menyebutkan secara rinci soal keterlibatan anak pesohor dalam kasus bullying yang terjadi di warung sebrang sekolah Binus School Serpong.

Pihak kepolisian telah menerima laporan atas kasus ini dan anak melakukan pemeriksaan atas kasus perundungan yang mengakibatkan korbannya masuk rumah sakit.

Perundungan diduga terjadi dua kali di waktu yang berbeda. Polisi akan menggali keterangan dari saksi-saksi seperti pihak korban dan keluarganya.

Dari pihak sekolah Binus Internasional School Serpong juga tidak tinggal diam pihaknya tengah dalam upaya memanggil siswa yang diduga terlibat dalam kasus ini termasuk anak dari seleb VR.

Pihak sekolah memanggil nama-nama yang diduga terlibat guna untuk mencegah hal serupa tidak terjadi lagi di wilayah sekolah Binus ini.

Setelah kasus ini mencuat pihak sekolah akan menindak tegas siswa yang terlibat dengan memberikan sanksi hukuman berat yakni drop-out atau dikeluarkan dari sekolah.




Memalukan Aksi Bullying Terjadi di Binus School Serpong , Anak Vincent Rompies Terlibat

Ilustrasi Bullying (katadata).

Memalukan Aksi Bullying Terjadi di Binus School Serpong , Anak Vincent Rompies Terlibat

Prolite – Kasus perundungan (bullying) kembali terjadi di kalangan anak sekolah, namun kasus kali ini menyeret nama sekolah Internasional yang ada di kawasan Jelupang, Serpong Utara, Tanggerang Selatan.

Kasus bullying seperti ini memang sering terjdi tak tanggung tanggung korban bahkan ada yang hingga merenggut nyawa.

Kali ini kasus bullying kembali terjadi di kalangan pelajar diketahui korban yang merupakan siswa di Binus School Serpong hingga harus dirawat di rumah sakit.

Lokasi perundungan yang dilakukan oleh beberapa siswa Binus School Serpong terjadi di warung yang berada di sebrang Binus School Serpong.

Posisi warung yang berada di bawah dan harus masuk ke jalan kecing memang sangat jarang sekali terlihat oleh orang yang lalu lalang.

Aksi bullying melibatkan anak Vincent Rompies (Twitter bospurwa).
Aksi bullying melibatkan anak Vincent Rompies (Twitter bospurwa).

Kasus ini mencuat setelah akun media sosial X yang bernama @BosPurwa membagikan kisah perundungan oleh sekelompok siswa yang dinamai sebagai ‘Geng Tai’.

Dalam unggahan tersebut menuliskan bahwa aksi tak terpunji tersebut diduga melibatkan nama artis Vincent Rompies yang bernama Farrel Legolas Rompies.

Aksi keji ini memang sering dilakukan seniornya dalam Geng Tai kepada Juniornya.

Menurut kesaksian korban mendapatkan kekerasan fisik seperti di cekik , diikat ditiang, bahkan hingga di pukul dengan menggunakan kayu.

Bukan hanya itu korban juga sering sering diperintah untuk membelikan sesuatu oleh seniornya hingga di sundut rokok.

Kejadian tersebut sangat-sangat tidak terpunyi di tambah para pelaku ternyata masih berstatus pelajar.

Insiden kekerasan ini sudah ditangani oleh pihak Polres Tanggerang Selatan.

Binus Internasional School Serpong mengkonfirmasi adanya anak seleb inisial VR terlibat kasus perundungan ‘Geng Tai’.

Hal ini diakui oleh Corporate Marketing Communications General Manager Binus Group Haris Suhendar saat di konfirmasi awak media dikutip Tribunnews.

“iya (keterlibatan anak VR),” kata Haris.

Saat ini kata dia, pihak sekolah tengah dalam upaya memanggil siswa yang diduga terlibat dalam kasus ini termaksud anak dari seleb VR.

Meski tak menjabarkan secara rinci soal keterlibatan anak seleb itu dalam kasus perundungan ‘Geng Tai’, namun ia mengatakan pihaknya masih menyelidiki kasus ini.

Ia pun memastikan bahwa pihak sekolah, akan sepenuhnya memberi dukungan pada korban.

Tersangka yang terlibat bukan hanya anak dari VR diketahui ada beberapa anak pesohor lainnya yang juga ikut terlibat dalam kasus ini.




Bahaya ! Aksi Perundungan Terjadi Lagi , Tersangka 3 Siswi SMP di Kota Bandung

Ilustrasi perundungan oleh siswi SMP di Kota Bandung.

Bahaya ! Aksi Perundungan Terjadi Lagi , Tersangka 3 Siswi SMP di Kota Bandung

BANDUNG, Prolite – Peristiwa perundungan atau bullying yang dilakukan oleh anak sekolah terjadi lagi kali ini di Kota Bandung.

Video yang viral di media sosial Whatsapp memperlihatkan sejumlah siswi SMP di Kota Bandung melakukan aksi perundungan terhadap temannya.

Dalam rekapan tersebut terlihat seorang remaja wanita yang sedang di interogasi oleh teman-temannya.

Saat sedang di interogasi tak lama berselang salah seorang tersangka melakukan pemukulan di bagian lengan korban di susul dengan tamparan.

Istimewa tangkapan layar
Istimewa tangkapan layar

Tampak juga dalam video tersebut korban menangis kesakitan bahkan berkali kali meminta maaf, namun tangisan korban tidak di hiraukan oleh para tersangka perundungan.

Diketahui bahwa aksi tak terpuji tersebut terjadi di Lapangan Kompleks KPAD, Pindad, Kota Bandung pada Sabtu 30 September 2023 lalu.

Korban yang sudah melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Kiaracondong dan selanjutnya di limpahkan ke Polrestabes Bandung.

Kapolresta Bandung, Kombes Pol Budi Sartono angkat bicara perihal aksi perundungan yang dilakukan oleh siswi SMP di Kota Bandung.

“Betul, kemarin Kami mendapatkan pelimpahan dari Polsek Kiaracondong, adanya kasus bullying, pelaku yang masih di bawah umur, semuanya perempuan dan sekolah di SMP,” kata Budi di Polrestabes Bandung, Senin 2 Oktober 2023.

Menurut pemeriksaan Budi mengungkapkan, korban mendapatkan kekerasan fisik oleh tersangka di bagian wajah.

“Pelaku memanggil korban ke lapangan dan melakukan bullying, ditampar, didorong juga. Korban menangis,” ungkapnya.

Masalah ini sudah di tangani oleh unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Bandung karena korban dan tersangka masih di bawah umur dan berstatus siswi SMP.

Untuk mendalami motif dari perundungan yang dilakukan oleh siswi SMP tersebut maka unit PPA Polrestabes Bandung mengamankan ketiga tersangka.




Motif Tersangka Aksi Bullying di SMPN 2 Cimanggu Terungkap

Ilustrasi Bullying.

Motif Tersangka Aksi Bullying di SMPN 2 Cimanggu Terungkap

Prolite – Aksi bullying yang terjadi di SMPN 2 Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap viral di media sosial.

Aksi penganiayaan yang dilakukan oleh ke dua tersangka terhadap temannya yang di saksikan oleh banyak teman-temannya.

Teman-temannya tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu korban saat penganiayaan terjadi.

Tersangka yang mengancam teman-temannya tersebut jika berusaha membantu untuk melerainya.

Polresta Cilacap sudah mencari keterangan terhadap tersangka atas motif apa yang dilakukan oleh tersangka terhadap korban.

Tersangka yang juga merupakan teman satu sekolah korban terlihat memakai seragam yang sama dengan korban pada video yang tersebar di media sosial.

Youtube
Youtube

Setelah tersangka WS (14) dan MK (15) diamankan oleh pihak kepolisian, polisi akhirnya mengungkap motif yang dilakukan kedua tersangka.

Tersangka melakukan bullying kepada korban FF dengan motif pelaku MK tidak terima dengan korban yang mengaku sebagai bagian dari kelompok Barisan Siswa (Basis).

“Motifnya, korban mengaku menjadi anggota kelompok Barisan Siswa (Basis). Padahal dia bukan sebagai anggota kelompok ini,” kata Fannky saat ungkap kasus di Mapolresta Cilacap, Rabu (27/9).

Berdasarkan keterangan pihak kepolisian, korban tersebut setelah mengaku bagian dari kelompok Basis juga sempat menantang kelompok lain yang berada di luar sekolah.

“Dia sempat menantang-nantang keluar. Akhirnya ketemulah sama ketuanya sama kelompok Barisan Siswa yang viral di video itu. Indikasinya pelaku itu merupakan ketuanya,” ungkapnya.

Karena kejadian bullying yang di alami oleh korban FF kini ia harus mendapatkan penanganan lebih lenjut.

Menurut hasil rontgen di RSUD Majenang korban FF mengalami patah tulang rusuk bagian kiri.

“Hasil rontgennya ada patah tulang rusuk. Makanya membutuhkan penanganan yang lebih intensif, kita rujuk ke Margono,” kata Guntar, Kamis (28/9/2023) malam.

Karena patah tulang rusuk yang dialami korban, kini korban di rujuk ke salah satu RS di Purwokerto untuk menjalani operasi dan perawan insentif.

“Untuk meringankan beban keluarga korban bullying FF, Polri memberikan bantuan pembiayaan pengobatan dan perawatan FF,” ujar Kapolresta Cilacap Kombes Fannky Ani Sugiharto, dalam keterangannya, Jumat (29/9).

Tidak hanya itu, Polri juga telah memberikan pendampingan psikologis terhadap siswa FF beserta saksi-saksi yang diperiksa dengan didampingi oleh keluarga masing-masing.




Kasus Kekerasan Anak Kian Marak, DP3A: Butuh Perhatian Serius!

bullying-kekerasan anak-perundungan

Edukasi Cegah Kekerasan Anak, DP3A Keliling Sekolah

BANDUNG, Prolite – Kasus kekerasan anak atau biasa disebut perundungan atau bullying saat ini banyak bermuncul, yang paling menghebohkan beberapa hari lalu adalah kasus di salah satu SMPN di Cilacap Jawa Tengah setelah sebelumnya kasus siswi SD dicolok matanya oleh kakak kelasnya.

Menanggapi itu Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung Uum Sumiati membenarkan bahwa kasus kekerasan anak banyak terjadi disekolah.

Karena itu selain memang memberikan edukasi ke sekolah pihaknya juga berkerjasama dengan forum anak Kota Bandung (Forkab) melaksanakan program ‘Abah Cekatan’ (aksi barudak Bandung cegah kekerasan anak).

“Aksi mereka ini sudah setahun lebih baik secara keliling langsug atau online seperti sempat di car free day, kampanye cegah dan berani lapor jika ada kekerasan antara teman sebayanya,” ujar Uum saat dihubungi.

DP3A sendiri kata Uum, tengah keliling ke 18 kecamatan dan baru 4 kecamatan yang didatangi guna penguatan edukasi tindak kekerasan kerjasama dengan kewilayahan, pol pp, kader PKK atau posyandu, babin kamtibmas, Babinsa, dan karang taruna.

“Semua jenis kekerasan di lingkungan rumah keluarga tapi kalau di sekolah itu kerjasama dengan forkab dan kepala sekolah termasuk pada waktu menjelang ppdb kita sudah mengumpulkan para kepala sekolah terkait untuk tidak terjadi kekerasan disekolah, dan ada yang langsung bermitra dengan forkab itu,” tegasnya.

“Ya kebetuan kita ambil yang tertinggi kasusnya yang jadi prioritas aja yang 18 itu. Kalau kasus kekeraasan ada di semua kecamatan. Kota Bandung ini tertinggi se-Jawa Barat,” ucapnya lagi.

Bila kasus tertinggi itu, kata Uum jangan dianggap selalu negatif terlebih ada program pemerintah pusat ke daerah dimana harus mengenjot pencegahan kekerasan.

Kata Uum, kekerasan perempuan dan anak ini seperti fenomena gunung es, namun semakin tinggi angka tercatat artinya perempuan yang mengalami kekerasan sudah berani lapor atau speak up.

“Abah Cekatan sendiri anak-anak menjadi pelopor cegah dan pelapor bila terjadi kekerasan. Dampak menyosialisaikan ini jadi banyak yang lapor ke kami UPT PPA sehingga tercatat otomatis angkanya naik. Jadi ada baiknya kalaupun naik berarti juga berani melapor ke kami, kasus muncul 3 4 tahun ke belakang itu karena tidak berani dan sekarang berani speak up,” pungkasnya.