Jakarta dan Bogor Diguyur Hujan Buatan dalam Upaya Atasi Kamarau dan Polusi Udara

Hujan Buatan

JAKARTA, Prolite – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengambil langkah untuk menerapkan hujan buatan dalam upaya mengatasi kemarau panjang dan polusi udara di wilayah Jabodetabek, terutama di Jakarta.

Penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) digunakan untuk menciptakan hujan buatan dengan tujuan mengurangi polusi udara dan menjaga kualitas udara di wilayah tersebut.

Pada Sabtu (19/08/2023), penerbangan penyemaian awan dilakukan dengan cara menaburkan garam semai sekitar 800 kg di atas ketinggian 9 ribu hingga 10 ribu kaki.

Ilustrasi Hujan Buatan – Cr.

Langkah ini merupakan salah satu metode alternatif dalam penerapan teknologi modifikasi cuaca untuk memicu terbentuknya hujan.

Pada akhirnya, hujan buatan yang dihasilkan melalui teknik ini turun di wilayah Jakarta hingga Bogor pada Minggu (27/08/2023) sore menjelang malam.

Tujuan dari upaya ini adalah untuk mengatasi dampak kemarau yang panjang dan mengurangi polusi udara yang berdampak buruk pada kualitas udara di wilayah Jabodetabek.

Hujan Buatan Hasil dari Teknologi Modifikasi Cuaca

Peringatan Dini Hujan Jabodetabek BMKG – Cr. BMKG

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, telah mengonfirmasi bahwa hujan yang terjadi semalam merupakan hasil dari teknologi modifikasi cuaca.

Hujan tersebut juga disertai dengan angin kencang dan turun pada waktu yang berbeda di beberapa wilayah.

Kota Bogor mengalami hujan sekitar pukul WIB, Depok dan Jakarta mengalami hujan sekitar pukul WIB, dan wilayah Tangerang Selatan mengalami hujan sekitar pukul WIB.

Dwikorita mengirimkan tangkapan radar cuaca yang memperlihatkan perkembangan intensitas dan sebaran hujan di wilayah Jabodetabek. Hujan tercatat turun hingga pukul WIB pada hari tersebut.

Meskipun langkah ini memiliki potensi untuk membantu mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi terus-menerus untuk memahami dampak serta efektivitasnya dalam jangka panjang.

Meski Hujan Turun, Dampak Terhadap Kualitas Udara di Wilayah Jabodetabek Masih Belum Signifikan

Hujan Buatan mengguyur kota Jakarta dan sekitarnya – Cr.

Menurut IQAir, kualitas udara di Jakarta pada Senin (28/08/2023) pukul WIB mencapai angka 169 AQI US dengan konsentrasi PM2.5 melebihi 18 kali batas panduan kualitas udara tahunan yang ditetapkan oleh WHO.

Hal ini mengindikasikan bahwa indeks AQI menunjukkan tingkat Tidak Sehat. Oleh karena itu, upaya pembuatan hujan buatan melalui modifikasi cuaca dengan penyemaian garam akan direncanakan untuk dilanjutkan hingga September 2023 mendatang.

Dwikorita menjelaskan bahwa rencana tersebut mencakup dua tahap. “Tahap pertama berlangsung dari tanggal 19 hingga 21 Agustus 2023, sementara tahap kedua dimulai sejak 24 Agustus dan direncanakan berlangsung hingga 2 September 2023.”

Namun, musim kemarau saat ini menjadi tantangan dalam modifikasi cuaca, karena awan yang cocok untuk disemai menjadi hujan masih cukup sulit ditemukan.

Dwikorita juga meminta dukungan doa dari masyarakat seiring dengan usaha untuk mengatasi masalah kualitas udara ini.

Ia mengungkapkan bahwa dalam musim kemarau yang lebih kering seperti saat ini, mendapatkan awan hujan yang memadai untuk disemai menjadi hujan menjadi lebih sulit.




Menghadapi Musim Kemarau, Plh Wali Kota Bandung Tekankan 2 Hal Penting

prakiraan musim kemarau 2023

BANDUNG, Prolite – Akan memasuki musim kemarau, Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Bandung, Ema Sumarna, mengimbau masyarakat agar tetap menjaga kesehatan dan selalu waspada terhadap potensi bencana alam.

Hal ini terkait dengan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Kota Bandung, yang mencatat suhu minimum Bandung telah mencapai 17 derajat celsius dalam 5 hari terakhir (14-18 Juli 2023), meskipun seharusnya memasuki musim kemarau.

Jaga Kesehatan dan Waspada Bencana Untuk Hadapi Musim Kemarau

Musim Kemarau
Foto : Humas Kota Bandung

“Kita merasakan ada perubahan iklim yang tidak seperti biasanya, dengan udara yang sangat dingin. Kemungkinan ini menandakan masuknya musim kemarau. Oleh karena itu, masyarakat harus tetap menjaga kesehatan,” ujar Ema Sumarna dalam keterangannya di Balai Kota Bandung, pada Kamis, 20 Juli 2023.”

Selain itu, Ema juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi kebakaran saat musim kemarau tiba.

Dalam upaya mengantisipasi hal tersebut, Ema Sumarna meminta Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama dalam menghadapi potensi bencana yang mungkin dapat terjadi.

Tindakan proaktif ini diharapkan dapat mengurangi risiko kebakaran dan membantu melindungi lingkungan dari ancaman yang bisa timbul selama musim kemarau.

“Kita saling berbagi untuk mengingatkan, biasanya dalam masa seperti ini, potensi kebakaran cukup tinggi. Untuk Diskar, diharapkan terus meningkatkan kewaspadaan dan melakukan antisipasi, terutama dengan terpaan angin yang lebih kencang,” ungkap Ema Sumarna.

Tak hanya itu, Ema juga memberikan instruksi kepada aparat kewilayahan untuk terus mengedukasi masyarakat mengenai upaya mitigasi bencana.

“Para relawan di kewilayahan juga dapat dioptimalkan agar mereka dapat terus mengingatkan warga di sekitar,” tambah Ema Soemarna.

Dengan menggalakkan kesadaran dan kerja sama antara pemerintah, instansi terkait, dan masyarakat, diharapkan risiko bencana kebakaran saat musim kemarau bisa diminimalisir dan kesiapan dalam menghadapi potensi bencana alam dapat ditingkatkan.

Baca juga artikel berikut terkait informasi serupa :

BMKG : Ada 2 Faktor Suhu Udara di Bandung Terasa Lebih Dingin




BMKG : Ada 2 Faktor Suhu Udara di Bandung Terasa Lebih Dingin

Suhu Udara

BANDUNG, Prolite – Suhu udara di Bandung Raya terasa lebih dingin belakangan ini terutama pada malam hari. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan terkait fenomena tersebut.

Menurut Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu, suhu udara yang lebih dingin di Bandung adalah fenomena alamiah yang terjadi saat memasuki puncak musim kemarau, yang berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus.

Berdasarkan data yang diperoleh oleh BMKG sejak Jumat (14/7) hingga Rabu (19/7), terjadi penurunan suhu udara di Bandung. Berikut adalah data suhu tersebut:

  • Tanggal 14: Suhu di Bandung mencapai 19 ⁰C, sedangkan di Lembang mencapai 16,80 ⁰C.
  • Tanggal 15: Suhu di Bandung mencapai 19,9 ⁰C, sedangkan di Lembang mencapai 16,8 ⁰C.
  • Tanggal 16: Suhu di Bandung mencapai 20 ⁰C, sedangkan di Lembang mencapai 16,8 ⁰C.
  • Tanggal 17: Suhu di Bandung mencapai 19,4 ⁰C, sedangkan di Lembang mencapai 16,2 ⁰C.
  • Tanggal 18: Suhu di Bandung mencapai 17 ⁰C, sedangkan di Lembang mencapai 15,4 ⁰C.

Faktor yang Menyebabkan Suhu Udara Terasa Dingin

Suhu Udara
Foto: antara foto/Raisan Al Farisi

Siang Hari yang Terik Tanpa Adanya Awan

Menurut Teguh, ada beberapa faktor yang menyebabkan suhu udara di Bandung terasa lebih dingin. Pertama, sinar matahari yang terik pada siang hari tanpa adanya awan.

Hal ini menyebabkan permukaan bumi menerima radiasi matahari secara maksimal. Pada malam hari, bumi melepaskan energi yang disimpannya akibat radiasi tersebut.

Teguh menjelaskan, “Karena tidak ada awan, radiasi yang terperangkap di permukaan bumi akan dilepaskan secara maksimal pada malam hari hingga dini hari.”

Hal ini mengakibatkan cepatnya pendinginan permukaan bumi karena kehilangan energi secara maksimal. Dampaknya adalah suhu minimum yang sangat rendah atau udara dingin yang ekstrem terjadi pada malam hingga dini hari.

Adanya Angin Monsun Australia

utakatikotak

Selain itu, faktor lain yang menyebabkan suhu udara menjadi dingin adalah adanya musim dingin di wilayah Australia. Teguh menjelaskan bahwa pola tekanan udara yang tinggi di Australia berperan dalam pergerakan massa udara dingin ke Indonesia, yang dikenal sebagai angin monsun Australia.

“Angin monsun Australia juga merupakan penyebab utama musim Kemarau di Indonesia. Angin ini membawa suhu dingin dari wilayah Australia ke wilayah Indonesia, terutama di Belahan Bumi Selatan (BBS),” jelasnya.

Fenomena suhu dingin yang sedang terjadi di Kota Bandung dan sekitarnya diperkirakan akan berlangsung hingga Agustus 2023, dan suhu akan kembali menghangat pada bulan September.

Teguh menekankan, “Masyarakat tidak perlu panik menghadapi fenomena ini, karena suhu dingin saat puncak musim kemarau adalah hal yang wajar terjadi, terutama di wilayah Indonesia di BBS. Masyarakat diharapkan untuk bersiap dengan menggunakan jaket atau selimut di malam hari, serta menjaga stamina tubuh agar terhindar dari berbagai penyakit potensial,” ujarnya.




Gempa 6 Magnitudo Landa Bantul Yogyakarta, Awas Gempa Susulan!

Gempa 6 Magnitudo

BMKG: Lokasi Gempa 6 Magnitudo 86 Kilometer Barat Daya Bantul

Prolite – Sekiranya pukul WIB Jumat malam (30/6) terjadi gempa 6 magnitudo terjadi di Bantul Yogyakarta.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa bermagnitudo 6.0 ini terjadi pada koordinat LS dan BT.

Lokasi tersebut terhitung berada di 86 kilometer barat daya Bantul Yogyakarta.

Lokasi gempa 6 magnitudo ini berada di kedalaman 25 kilometer dan tidak berpotensi tsunami.

Sementara ini BMKG menghimbau dan memperingatkan akan adanya gempa-gempa susulan.

” Masyarakat tak perlu panik. Jangan termakan isu atau berita-berita hoax. Tetap hati-hati dan waspada akan gempa susulan,” tegas Kepala BMKG Ir. Dwikorita Karnawati yang biasa dipanggil Rita.

Gempa susulan yang terjadi akibat gempa ini sudah terjadi berkali-kali antara 2.0 hingga 3.0 magnitudo.

Informasi terakhir yang diumumkan pada konferensi pers yang disiarkan langsung melalui kanal Youtube Kumparan, bahwa adanya kerusakan 31 rumah dan 1 orang meninggal dikarenakan terkejut.




Gunung Semeru Erupsi

LUMAJANG, Prolite – Pascaerupsi Gunung Semeru mengeluarkan Awan Panas Guguran (APG) sejauh 6 kilometer mengguyur tiga kecamatan.

Petugas Pos Pantau Gunung Api (PPGA) Semeru Yadi Yuliandi  menjelaskan Semeru mengeluarkan APG berakibat ke tiga kecamatan di kabupaten Lumajang terkena hujan abu.

Tiga kecamatan yang terkena hujan abu akibat erupsi gunung semeru diantaranya kecamatan Pasruhjambe, Kecamatan Senduro dan Kecamatan Sandipuro.

Yadi mengatakan hujan abu yang diakibatkan ini mengarah kearah utara karena arah anginnya ke utara. Erupsi APG berada jauh dari kawasan pemukiman warga, maka dari itu warga masih melakukan aktifitas seperti biasa.

Hujan abu yang turun memang tidak tebal namun akan mengganggu aktivitas warga. Maka dari itu dihimbau untuk warga tetap harus waspada dan mengikuti arahan dari petugas.

Akibat APG yang terpantau dengan tinggi kolom abu meter di atas puncak Semeru. Hujan abu vulkanik ini bisa dibilang intensitas ringan tapi cukup mengganggu untuk pengendara motor.

Sebelumnya, Semeru pernah erupsi di tahun 2022 lalu. Erupsi pertama Gunung Semeru pada Minggu, 4 Desember 2022 terjadi pada pukul WIB.

Letusan menyemburkan awan setinggi kurang lebih 15 kilometer di atas puncak. Seismograf mencatat, erupsi menyebabkan getaran amplitudo maksimum 35 milimeter dan durasi 0 detik.

Kemudian pada pukul WIB statusnya dinaikkan dari Level III atau Siaga menjadi Level IV atau Awas.

(*/ino)