Dibalut Komedi, Film Barbie Sukses Mengangkat 3 Isu Gender Equality

Prolite – Halo, udah pada nonton film Barbie belum nih? Film ini udah tayang di bioskop kita pada tanggal 19 Juli kemarin dan dari trailer aja udah ramai curi perhatian orang.
Tapi ternyata film komedi karya Greta Gerwig ini juga bikin kita mikir terus bahkan setelah keluar dari bioskop! Kira-kira kenapa ya?
Katanya nih, di balik film Barbie yang seru banget dengan durasi selama 1 jam 54 menit itu, Greta Gerwig mau coba sampein isu feminisme dengan gaya yang santai dan gaul.
Banyak momen yang bikin kalian ngakak, tapi juga bikin mikir. Kadang, apa yang kita ketawain itu sebenernya bener-bener susah banget dikehidupan nyata! Penasaran di scene mana aja? Yuk kita simak bareng-bareng!
Tapi disclaimer dulu nih buat yang belum nonton, di artikel ini mungkin ada beberapa spoiler jalan ceritanya! So, happy reading guys!
Film Barbie Mengangkat Beberapa Isu Feminisme
1. Isu Gender Equality di Dunia Nyata
Di awal scene, Barbie Stereotipikal (Margot Robbie) panik banget kan waktu dia ngalamin masalah dan jadi nggak “sempurna” lagi. Dia mikirin soal kematian, ada selulit di paha, dan enggak bisa lagi berjinjit.
Karena situasi ini, dia akhirnya ketemu sama Weird Barbie (Kate McKinnon). Terus si Weird Barbie saranin Barbie Stereotipikal buat pergi ke dunia nyata dan ketemu sama pemiliknya.
Akhirnya, Barbie sama Ken berpetualang ke dunia nyata, tepatnya di California. Tapi jujur, kehidupan nyata bagi Barbie nggak semanis yang dia kira. Dia dihadapkan sama perlakuan yang nggak enak, dapet tatapan tak nyaman, di cat calling, sampe dihina di kantor polisi pula.
Barbie ngerasa ada yang nggak beres dengan sikap orang-orang ke dia, tapi dia nggak tahu istilahnya apa. Rasanya beda banget dari Barbieland, tempat asalnya, yang selalu penuh kedamaian dan dukungan satu sama lain.
Sayangnya, perasaan aneh itu nggak dipahami sama Ken. Dia malah ngerasa nyaman banget dengan keadaan di dunia nyata ini. Ken seneng karena jadi perhatian dan tahu kalo cowok lebih dominan disana.
2. Sindiran Keras Tentang Patriarki
Bagian di mana Ken (Ryan Gosling) kenalan sama dunia nyata dan belajar soal patriarki juga gak kalah kocak. Ken berusaha ngajak para Ken lain di Barbieland buat kenalan sama patriarki juga. Greta Gerwig berhasil banget nampilin Ken yang kocak, tapi tetap ngena dengan sindiran-sindiran keras tentang patriarki.
Di salah satu scene, Ken berusaha dapetin jabatan di salah satu kantor di dunia nyata tapi gagal karena cuma modal sebagai laki-laki aja, tanpa ada gelar atau apa. Terus dia komentar kalo kantor itu nggak menjalankan patriarki dengan baik.
Tapi ternyata, laki-laki yang diajak ngobrol ngasih jawaban yang kocak banget, “Kami tetap menjalankannya, tapi lebih pintar menyembunyikannya,” sambil berbisik. Ken ngangguk dan langsung ngerti maksudnya.
Percakapan ini cuma salah satu dari banyak sindiran cerdas yang ada di film ini tentang dunia nyata. Keren gak sih cara Greta Gerwig nampilinnya?
3. Semua Bos Mattel Semuanya Laki-laki
Di dunia nyata, Barbie mampir ke Mattel, perusahaan pencipta para Barbie, dan ketemu sama para petinggi perusahaannya. Ternyata, fakta yang dia temuin bikin dia kaget, karena nggak ada satu pun perempuan di jajaran direksi perusahaan itu.
Kan aneh ya, boneka Barbie sendiri itu simbol femininitas dan kecantikan perempuan, tapi kok di perusahaannya sendiri malah nggak ada perempuan di posisi tinggi. Pasti jadi tanda tanya besar banget dalam benak Barbie.
CEO Mattel (Will Ferrell) cari-cari alasan. Dia berusaha ngegambarin kalo jajaran direksi peduli sama perempuan dengan ngungkapin kalo perusahaan dulu sempat ada perempuan-perempuan hebat yang menjabat.
Tapi yang jelas, jumlahnya masih jauh banget kalah sama laki-laki yang menduduki posisi selama ini. Tetep aja kenyataannya itu menunjukkan ketimpangan gender yang besar di perusahaan tersebut.
Saking pengennya dapet pengakuan dari Barbie, CEO itu terus cari-cari alasan sampe ngelantur. Coba aja dia bilang dia anak dari seorang ibu, keponakan dari seorang bibi, dan semua jajaran petinggi yang laki-laki suka sama perempuan. Tapi jelas, itu nggak bisa menggambarkan betapa pedulinya perusahaan terhadap perempuan.
Kenyataannya, dukungan terhadap perempuan bukan cuma soal hubungan keluarga atau preferensi pribadi, tapi tentang memberikan kesempatan yang setara dan mendukung perempuan untuk berprestasi dan berkembang di dunia kerja.
Potongan-potongan film Barbie di atas berasa gak asing ya kan? Film ini emang sukses banget mengangkat isu-isu penting tentang ketidaksetaraan gender dengan cara yang kocak dan menyegarkan. Greta Gerwig emang jago banget mengemas ceritanya sehingga penonton bisa ngakak dan menikmati filmnya.
Walaupun filmnya lucu dan bikin ketawa, tapi ceritanya juga ada pesan penting yang bikin kita mikir dan merenung. Kadang ada perasaan aneh yang muncul di hati, tapi justru itu bisa jadi peluang buat kita mikirin masalah-masalah serius yang beneran ada di dunia nyata, khususnya soal kesetaraan gender.
Gabungan antara komedi sama pesan seriusnya bisa bikin kita ngerasa senang tapi juga bikin kita lebih peka sama isu-isu sosial yang rumit. So, apa pendapat kamu tentang film ini? Tolong komen di kolom komentar ya!
