Mengungkap Stabilitas Rupiah dan Peningkatan Industri Pengolahan di Tengah Tantangan Ekonomi

Stabilitas rupiah

Prolite – Pada hari Jumat, 13 Oktober 2023, Bank Indonesia melaporkan perkembangan signifikan dalam indikator stabilitas Rupiah dan kinerja industri pengolahan.

Berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik, beberapa indikator menunjukkan dinamika tertentu yang mempengaruhi pasar keuangan dan industri dalam negeri.

1. Stabilitas Rupiah

Perkembangan Indikator Stabilitas Rupiah – Biro Bank Indonesia

Dalam perkembangan nilai tukar dari tanggal 9 hingga 13 Oktober, stabilitas Rupiah pada hari Kamis, 12 Oktober 2023, ditutup pada level (bid) per dolar AS, sedangkan pada pagi hari Jumat, 13 Oktober, Rupiah dibuka pada level (bid) per dolar AS.

Selain itu, Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun mengalami fluktuasi dengan angka 6,76% pada Kamis dan naik menjadi 6,82% pada Jumat.

Secara paralel, DXY atau Indeks Dolar, yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap enam mata uang negara utama, menguat ke level 106,60, sementara Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun menurun ke 4,697%.

Aliran Modal Asing pada Minggu II Oktober 2023 mencatatkan beberapa perubahan signifikan. Premi CDS Indonesia 5 tahun pada 12 Oktober 2023 sebesar 93,97 bps, mengalami penurunan dari 97,08 bps pada 6 Oktober 2023.

Data transaksi dari tanggal 9 hingga 12 Oktober menunjukkan aktivitas nonresiden di pasar keuangan domestik dengan jual neto sebesar Rp4,32 triliun. Selama 2023, hingga 12 Oktober, nonresiden mencatatkan beli neto sebesar Rp52,70 triliun di pasar SBN.

2. Industri Pengolahan

Sementara itu, dari sektor industri pengolahan, Kinerja Lapangan Usaha (LU) pada triwulan III 2023 menunjukkan peningkatan signifikan dengan berada pada fase ekspansi, dengan indeks PMI-BI triwulan III 2023 sebesar 52,93%.

Infografi Kinerja Industri Pengolahan – Biro Bank Indonesia

 

Hal ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat 52,39%. Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan Volume Produksi dan Volume Persediaan Barang Jadi.

Pada triwulan IV 2023, diprediksi bahwa PMI-BI akan tetap kuat dengan indeks 52,25% dan akan tetap berada dalam fase ekspansi.

Hal ini didukung oleh komponen-komponen seperti Volume Produksi, Volume Persediaan Barang Jadi, dan Volume Total Pesanan.

Dalam menanggapi kedua perkembangan ini, Bank Indonesia menekankan koordinasinya dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk mengoptimalkan strategi kebijakan agar stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tetap terjaga, mendukung pemulihan ekonomi yang lebih lanjut.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, menyampaikan informasi ini sebagai respons atas dinamika ekonomi yang sedang terjadi.

Sumber dan hasil lengkap dari survei dan laporan ini dapat ditemukan di situs web resmi Bank Indonesia.




Penjualan Eceran September 2023 Bertahan Kuat : Penjelasan Terbaru dari Bank Indonesia

penjualan eceran

Prolite – Dilansir dari Bank Indonesia, kinerja penjualan eceran pada September 2023 menunjukkan kekuatan. Dikutip dari hasil survei yang dilakukan, Indeks Penjualan Riil (IPR) bulan September mencatat angka sebesar 200,2, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 1,0%.

Hal ini menunjukkan bahwa sektor penjualan eceran tetap tangguh ditandai dengan pertumbuhan positif pada Subkelompok Sandang dan Kelompok Suku Cadang dan Aksesori.

Ilustrasi Bank indonesia

Namun demikian, jika dilihat dari sisi bulanan, terjadi sedikit kontraksi pada penjualan eceran dengan angka mencapai 1,9%.

Meskipun demikian, ada beberapa kelompok yang menunjukkan kinerja yang lebih baik, salah satunya adalah Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi meskipun angkanya masih dalam zona kontraksi.

Infografis Eceran September 2023 – Biro Bank Indonesia

Sementara itu, pada bulan Agustus 2023, IPR mencapai angka 204,1 dengan pertumbuhan tahunan sebesar 1,1%. Kenaikan ini didorong oleh Subkelompok Sandang dan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

Di sisi lain, Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau tetap menunjukkan angka positif. Secara bulanan, terjadi peningkatan penjualan eceran sebesar 0,4%, yang merupakan lonjakan signifikan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi sebesar 8,8%.

Peningkatan kinerja penjualan eceran pada bulan Agustus didorong oleh permintaan domestik yang tetap tinggi saat perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI, ditambah dengan distribusi yang lancar serta kondisi cuaca yang mendukung.

Mengenai inflasi, Bank Indonesia memperkirakan akan ada kenaikan tekanan inflasi pada November 2023.

– Bank Indonesia

Hal ini terlihat dari angka Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) untuk November 2023 yang mencapai 119,9, meningkat dari periode sebelumnya yaitu 118,7.

Namun, prediksi tersebut akan berbalik menurun pada Februari 2024, dengan IEH Februari 2024 tercatat sebesar 129,7, lebih rendah jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 134,0.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai hasil survei ini, dapat diakses melalui laman resmi Bank Indonesia pada tautan berikut: Survei Penjualan Eceran Agustus 2023.




Pembangunan IKN Mendongkrak Optimisme Industri Manufaktur

Pembangunan IKN

Prolite – Pembangunan IKN (Ibu Kota Negara) memiliki potensi besar untuk mendongkrak optimisme dalam industri manufaktur.

Pada September 2023, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) tercatat sebesar 52,51. Meskipun angka ini menunjukkan pertumbuhan ekspansif, ada penurunan 0,71 poin jika dibandingkan dengan Agustus 2023.

Pekerja di kawasan pembangunan IKN (Ibu Kota Negara) –

Dilansir dari Web Resmi Pemerintah Indonesia, krisis di sektor properti Tiongkok menjadi salah satu penyebab perlambatan ekonomi global, yang tentu saja berimbas pada Indonesia.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengindikasikan bahwa nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok pada Agustus 2023 menurun sebesar 6,71% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini menandakan adanya penurunan permintaan di skala global.

Menanggapi situasi ini, Bank Indonesia (BI) mengambil langkah strategis. Pada Rapat Dewan Gubernur BI tanggal 20-21 September 2023, BI memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada 5,75%, suku bunga deposit facility 5,00%, dan suku bunga lending facility sebesar 6,50%.

Keputusan ini diambil sebagai upaya memastikan inflasi tetap dalam target yaitu 3,0±1% pada 2023 dan 2,5±1% pada 2024.

Rapat Dewan Gubernur BI tanggal 20-21 September 2023 – Bank Indonesia

 

Selain itu, keputusan ini juga bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Laporan terbaru dari Kementerian Perindustrian menunjukkan IKI untuk periode September 2023 masih berada pada level ekspansif 52,51.

Laporan ini tentunya menjadi kabar baik bagi pelaku industri, yang membuat mereka tetap optimis terhadap prospek ekonomi.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif, mengatakan bahwa penurunan nilai IKI disebabkan oleh peningkatan stok produk di hampir semua subsektor manufaktur.

Ini menunjukkan bahwa produksi bulan September belum sepenuhnya terserap di pasar, baik untuk ekspor maupun domestik.

Namun, Febri tetap yakin bahwa industri akan tetap semangat. Pasalnya, pemerintah telah memutuskan untuk terus mengerjakan Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).

“Kontinuitas pembangunan IKN tentu menjadi katalis positif bagi ekonomi Indonesia, terutama industri manufaktur seperti industri semen,” kata Febri.

Progres pembangunan IKN Nusantara terkini – tribunnews

Dia menambahkan bahwa pembangunan IKN berkontribusi terhadap penjualan semen di tingkat nasional sekitar hingga 1 juta ton per tahun.

Selain itu, banyaknya impor yang beredar di Indonesia berkontribusi pada penurunan IKI selama tiga bulan terakhir, terutama untuk sektor-sektor yang IKI-nya mengalami kontraksi, seperti industri tekstil dan keramik.

Namun, kepercayaan industri pada bulan September 2023 tetap stabil dengan 44,8% pelaku industri menyatakan kondisi usaha mereka tetap atau stabil.

Data BPS menunjukkan bahwa 17 subsektor industri masih berkembang dengan kontribusi sebesar 88,2% pada PDB industri pengolahan nonmigas triwulan II-2023.

Salah satu subsektor industri yang mencatat kenaikan adalah industri logam dasar, yang mengalami perubahan dari kontraksi menjadi ekspansi pada bulan ini.

Industri logam – asiatoday

 

“Permintaan untuk pembangunan IKN diduga telah mendorong kinerja industri logam dasar,” tambah Febri.

Namun, enam subsektor lainnya mengalami kontraksi dengan kontribusi 11,8% pada PDB industri pengolahan nonmigas triwulan II-2023.

Subsektor yang mengalami kontraksi antara lain industri tekstil, pakaian jadi, kayu, barang kayu dan gabus, barang galian bukan logam, furnitur, dan industri pengolahan lain




Pemantauan Ekonomi : Posisi Cadangan Devisa Indonesia pada September 2023

Stabilitas rupiah

Prolite – Bank Indonesia, sebagai otoritas moneter negara, telah merilis informasi mengenai posisi cadangan devisa Indonesia di penghujung September 2023.

Pada 6 Oktober 2023, lembaga ini mengungkapkan bahwa cadangan devisa Indonesia tetap berada pada posisi yang kuat meskipun terjadi penurunan.

Berdasarkan data yang dirilis, cadangan devisa pada akhir September 2023 adalah sebesar 134,9 miliar dolar AS.

Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan dengan posisi pada akhir Agustus 2023 yang sebesar 137,1 miliar dolar AS.

Penurunan ini terjadi karena beberapa faktor, antara lain pembayaran utang luar negeri oleh pemerintah dan kebutuhan stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai antisipasi dampak ketidakpastian pasar keuangan global.

(Infografis Cadangan Devisa Indonesia Bulan Agustus dan September 2023 – Biro Bank Indonesia)

Namun demikian, patut dicatat bahwa posisi cadangan devisa saat ini masih setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor ditambah dengan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Posisi ini masih jauh di atas standar internasional yang menetapkan kecukupan cadangan devisa sekitar 3 bulan impor.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki cadangan devisa yang cukup kuat untuk mendukung stabilitas ekonomi nasional.

Bank Indonesia menegaskan bahwa dengan posisi cadangan devisa saat ini, negara kita mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga stabilitas makroekonomi serta sistem keuangan.

Hal ini tentunya menjadi pertanda baik bagi perekonomian Indonesia di tengah dinamika global yang penuh dengan ketidakpastian.

Dalam proyeksinya ke depan, Bank Indonesia optimis bahwa cadangan devisa Indonesia akan tetap berada pada posisi yang memadai.

Optimisme ini didasarkan pada stabilitas dan prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, ditopang oleh kebijakan moneter yang responsif dan efektif.

Ilustrasi Bank indonesia

Bank Indonesia terus berupaya untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan sebagai upaya mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kondisi cadangan devisa Indonesia yang kuat ini tentu menjadi indikator penting bagi pelaku pasar dan investor dalam memahami fundamental ekonomi Indonesia.

Kepercayaan ini akan berdampak positif bagi investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional di masa mendatang.




Promosi Investasi dan Produk Lokal Indonesia di Panggung London

Produk Lokal

Prolite – Dilansir dari Bank Indonesia, Indonesia terus menampilkan kecemerlangannya di mata internasional dengan produk lokal.

Terbaru, Bank Indonesia, dalam kolaborasi dengan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di London, menggelar sebuah forum bertajuk “Indonesia Investment Forum” di London pada tanggal 5 Oktober 2023.

– Bank Indonesia

Ajang ini memperkenalkan berbagai potensi investasi dan perdagangan produk lokal Indonesia kepada pasar Eropa, khususnya Britania Raya.

Terdiri dari beragam kegiatan seperti diskusi panel investasi, business matching, hingga Indonesia Night, forum ini merupakan wujud konkrit penguatan kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan Britania Raya, salah satu investor terbesar bagi Indonesia.

Gubernur BI, Bapak Perry Warjiyo, dalam forum ini menekankan beberapa poin penting yang menjadikan Indonesia sebagai destinasi investasi menjanjikan, antara lain:

  • Stabilitas ekonomi
  • Pertumbuhan ekonomi yang positif
  • Reformasi struktural yang berkelanjutan
  • Akselerasi dalam ekonomi digital dan keuangan

Ini merupakan momentum penting bagi Britania Raya untuk lebih mendekatkan diri dan memperkuat hubungan bilateral, terutama mengingat kontribusi besar negara tersebut dalam berbagai sektor industri di Indonesia.

Malam Indonesia di London – Kemlu

Acara ini dihadiri oleh berbagai pejabat tinggi, mulai dari Gubernur BI, Duta Besar Indonesia untuk UK dan Irlandia, hingga Menteri Investasi RI.

Diskusi panel menyoroti berbagai isu penting, seperti potensi infrastruktur hijau, peran digitalisasi bagi pertumbuhan Indonesia, dan posisi strategis Indonesia dalam perdagangan global.

Sebagai bentuk promosi yang konkret, terdapat sesi business matching dimana enam proyek unggulan dari Indonesia diperkenalkan kepada investor di London.

Proyek-proyek tersebut mencakup sektor energi terbarukan, manufaktur, hingga infrastruktur. Diharapkan, kegiatan ini akan semakin mempererat kerja sama antara kedua negara.

Dalam sambungan kegiatan, sebuah diskusi roundtable juga diselenggarakan, dimana Gubernur Perry membahas berbagai tantangan dan proyeksi ekonomi kedepan.

Ia menegaskan bahwa Indonesia memiliki kinerja ekonomi yang impresif, didukung oleh beragam kebijakan nasional.

Tidak kalah menarik, rangkaian acara ditutup dengan Indonesia Night, sebuah acara yang menampilkan kekayaan budaya dan produk lokal Indonesia.

Fesyen lokal yang tampil di London Fashion Week – Kompas

Acara ini menampilkan pagelaran fashion show yang memperlihatkan keindahan wastra songket khas Sumatera Selatan. Di sini, Bank Indonesia juga memperkenalkan berbagai produk lokal unggulan dari sekitar 40 UMKM binaannya.

Dengan serangkaian kegiatan ini, harapannya Indonesia dapat terus menarik perhatian dan kepercayaan investor internasional melalui produk lokal, khususnya dari Britania Raya.




Langkah Bank Indonesia Mendorong Penggunaan LCT dalam Promosi Perdagangan Antarnegara

Prolite – Dalam upaya memperkuat perdagangan dan kerjasama ekonomi antar negara, Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah strategis untuk mempromosikan penggunaan Local Currency Transaction (LCT) atau transaksi dengan mata uang lokal.

Dilansir dari Bank Indonesia, inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi dependensi terhadap mata uang asing dan memperkuat nilai tukar rupiah dalam perdagangan internasional.

Pekan lalu, tepatnya pada tanggal 26 September, Bank Indonesia mengadakan “Indonesia-Tiongkok Business Forum” di Beijing.

Bank Indonesia
– Biri Bank Indonesia

Acara ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan ekonomi dari kedua negara dan menjadi platform penting untuk memperkuat jalinan kemitraan ekonomi antara Indonesia dan Tiongkok, terutama melalui promosi penggunaan LCT.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam sambutannya menekankan pentingnya berinvestasi di Indonesia.

Dia menyebut lima alasan utama, yaitu stabilitas makroekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, reformasi struktural yang berkelanjutan, percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan, serta pengembangan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.

“Indonesia memiliki pondasi yang kuat dan pasar domestik yang luas, yang diperkuat oleh sektor jasa yang berkembang pesat dan ekonomi generasi milenial yang semakin meningkat,” kata Perry Warjiyo.

Dalam forum tersebut, Perry Warjiyo juga menyoroti pentingnya kerjasama bilateral dengan Tiongkok, yang selama ini menjadi mitra dagang utama Indonesia. Hubungan kedua negara, menurutnya, harus terus diperkuat untuk memaksimalkan potensi ekonomi yang ada.

LCT, sebagai mekanisme baru, memungkinkan pelaku usaha di kedua negara untuk bertransaksi langsung dengan mata uang setempat, dalam hal ini Rupiah dan Yuan.

Inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi risiko nilai tukar, dan meningkatkan kestabilan ekonomi kedua negara.

Menariknya, inisiatif LCT antara Indonesia dan Tiongkok sudah dimulai sejak tahun 2017 dan saat ini melibatkan 24 bank dari kedua negara.

Peningkatan Kerjasama Bank Indonesia Melalui LCT Tidak Hanya Fokus pada Tiongkok

Potret Bank Indonesia – Bloomberg

Bank Indonesia juga berencana untuk memperluas kerjasama serupa dengan negara-negara lain seperti Malaysia, Thailand, dan Jepang. Bahkan, dengan Singapura dan Korea Selatan, Indonesia sudah mencapai tahap pembahasan lanjutan.

Di samping forum bisnis, terdapat juga kurasi proyek clean and clear (CnC) yang menawarkan peluang investasi bagi investor Tiongkok. Beberapa sektor yang diminati oleh investor Tiongkok antara lain energi terbarukan, infrastruktur, dan industri kendaraan listrik.

Sebagai penutup rangkaian kegiatan di Tiongkok, BI dan People’s Bank of China menandatangani Nota Kesepahaman yang mencakup berbagai aspek kerjasama, termasuk kebijakan moneter, kebijakan makroprudensial, serta inovasi digital dalam sistem dan jasa pembayaran.

Kolaborasi antara Indonesia dan Tiongkok diperkuat dengan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia dengan Tsinghua University, salah satu universitas terkemuka di Tiongkok.

Melalui kesepakatan ini, kedua pihak sepakat untuk meningkatkan kerjasama di bidang pendidikan, riset, dan pengembangan kapasitas.

Rangkaian kegiatan di Tiongkok diakhiri dengan perhelatan “Indonesia Night”, sebuah acara yang menampilkan budaya dan produk unggulan Indonesia.

Acara ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dari kedua negara dan menjadi ajang promosi pariwisata dan produk-produk lokal Indonesia di Tiongkok.

Dengan semua langkah strategis yang diambil, Bank Indonesia berharap dapat memperkuat posisi Indonesia di kancah perdagangan internasional dan memastikan bahwa perekonomian nasional terus tumbuh dan stabil dalam menghadapi dinamika global yang semakin kompleks.




Revolusi Ekspor : Cadangan Devisa RI Menguat Rp900 Triliun dalam Sebulan!

Prolite – Dilansir dari , Potensi cadangan devisa Indonesia mengalami lonjakan signifikan sekitar Rp900 triliun setahun setelah pemberlakuan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 36 tahun 2023.

Dalam perubahan tatanan ekspor hasil sumber daya alam (SDA), eksportir Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kini bebas dari kewajiban memarkir DHE (Devisa Hasil Ekspor) di dalam negeri.

Langkah ini diharapkan akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional.

Keputusan pemerintah ini terbukti sukses dalam waktu singkat. Dalam satu bulan pasca-PP 36/2023, sebanyak 64 eksportir telah memarkir dolar hasil ekspor SDA senilai USD605 juta atau sekitar Rp9,2 triliun (menggunakan kurs per dolar AS).

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. – Antara

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa pihaknya telah melaporkan perkembangan ini kepada Menteri Keuangan, Sri Mulyani.

“Saat ini, 64 eksportir telah bergabung dan total nilai DHE yang diparkir mencapai USD605 juta. Kami akan terus mendorong inisiatif ini bersama Kementerian Koordinator Perekonomian,” kata Perry Warjiyo dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI.

Langkah mengatur ulang penempatan Devisa Hasil Ekspor yang awalnya bebas di luar negeri dianggap sebagai lompatan besar dalam kebijakan ekonomi Indonesia.

Peraturan baru ini, seperti yang diungkapkan oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mewajibkan eksportir untuk menempatkan minimal 30 persen DHE SDA di dalam negeri.

Tujuan utama adalah memperkuat cadangan devisa Indonesia untuk menjaga stabilitas rupiah dan ekonomi dalam menghadapi ketidakpastian global.

Langkah ini juga sesuai dengan amanat Pasal 33 Undang-Undang Dasar tentang sumber daya alam, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan menjaga ketahanan ekonomi nasional.

Devisa
Ekspor Dunia – Digination

Hasil ekspor SDA yang mencakup sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan memiliki potensi besar, mencapai 203 miliar dolar AS pada tahun 2022.

Penempatan DHE SDA di dalam negeri diharapkan dapat menguatkan cadangan devisa Indonesia, yang menurut perkiraan Menteri Koordinator Airlangga, bahkan dapat mencapai 100 miliar dolar AS.

Pertambangan adalah sektor dengan nilai ekspor SDA tertinggi, mencapai 44 persen atau 129 miliar dolar AS. Batu bara menjadi kontributor terbesar dalam sektor ini, mencapai 36 persen dari total ekspor.

Perkebunan menduduki peringkat kedua dengan nilai 55,2 miliar dolar AS, di mana kelapa sawit menyumbang sebagian besar.

Sektor kehutanan dan perikanan juga memberikan kontribusi signifikan dengan nilai masing-masing sekitar 11,9 miliar dolar AS dan 6,9 miliar dolar AS.

Perlu dicatat bahwa kewajiban penempatan Devisa Hasil Ekspor di dalam negeri tidak berlaku untuk eksportir dengan nilai ekspor di bawah 250 ribu dolar AS atau setara dengan Rp3,8 miliar.

Ilustrasi DHE – emitennews

Kebijakan ini umumnya menguntungkan eksportir UMKM yang memiliki nilai ekspor di bawah ambang batas tersebut.

Selain PP 36/2023, Kementerian Keuangan juga mengeluarkan dua regulasi lain yang berlaku sejak 1 Agustus 2023.

Pertama, Keputusan Menteri Keuangan nomor 272 tahun 2023 yang menambah jumlah pos tarif yang terkena kewajiban DHE sebanyak 260 pos, sehingga totalnya menjadi pos tarif.

Kedua, PMK 73/2023 yang mengatur penerapan dan pencabutan sanksi administratif atas pelanggaran ketentuan Devisa Hasil Ekspor.

Sanksi akan diberlakukan oleh Bea Cukai setelah menerima informasi dari Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan.

Eksportir yang merasa dihukum secara tidak adil dapat mengajukan keberatan, dan jika terbukti memenuhi kewajiban, sanksi administratif akan dicabut.




Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga dalam Upaya Jaga Stabilitas Ekonomi Indonesia

penjualan eceran

JAKARTA, Prolite – Dilansir dari Bank Indonesia nomor 25/259/DKom, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 September 2023 telah menghasilkan keputusan penting terkait kebijakan moneter di Indonesia.

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada tingkat 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

Gubernur BI, Perry Warjiyo berfoto bersama para deputinya setelah rapat dewan gubernur – Foto Bank Indonesia

Keputusan ini merupakan bagian dari konsistensi kebijakan moneter yang bertujuan untuk menjaga inflasi tetap rendah dan terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada tahun 2023 dan 2,5±1% pada tahun 2024.

Kebijakan moneter Indonesia tetap difokuskan pada pengendalian stabilitas nilai tukar Rupiah sebagai langkah antisipasi dari dampak ketidakpastian pasar keuangan global.

Selain itu, BI juga terus mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dengan melalui kebijakan insentif likuiditas makroprudensial yang efektif mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober 2023.

Langkah-langkah ini ditujukan untuk mendukung sektor-sektor seperti hilirisasi, perumahan, pariwisata, dan pembiayaan inklusif dan hijau.

Digitalisasi sistem pembayaran juga tetap menjadi fokus, dengan upaya untuk memperluas inklusi ekonomi dan keuangan digital, termasuk digitalisasi transaksi keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.

Seluruh langkah ini merupakan bagian dari upaya BI untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia.

Tangkapan layar Asesmen SBDK –

Dalam asesmen transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) yang dilampirkan di sini, BI juga telah menegaskan komitmennya untuk meningkatkan transparansi suku bunga dasar kredit, terutama pada suku bunga kredit untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Ini merupakan langkah yang penting dalam memastikan bahwa suku bunga kredit UMKM dapat diakses dengan lebih mudah oleh para pelaku usaha kecil dan menengah, yang merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.

Pemerintah dan Bank Indonesia juga terus melakukan sinergi dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang tinggi.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap didukung oleh permintaan domestik yang kuat, konsumsi rumah tangga yang tinggi, dan penyelesaian Proyek Strategis Nasional.

Meskipun ada tantangan di pasar global, Bank Indonesia optimis bahwa ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh dengan baik.

Ilustrasi Bank indonesia

Selain itu, Bank Indonesia juga memantau dengan cermat kinerja neraca pembayaran Indonesia, stabilitas nilai tukar Rupiah, dan tingkat inflasi.

Kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah, penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan insentif likuiditas makroprudensial adalah beberapa dari banyak alat kebijakan yang digunakan untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.

Dengan berbagai upaya yang terus dilakukan oleh BI dan pemerintah, diharapkan ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh dengan baik dan inflasi akan tetap terkendali sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Bank Indonesia akan terus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan negara.