Penjelasan BMKG Mengenai Suhu Dingin di Kota Bandung yang Mencapai 17°C

Ilustrasi Suhu Dingin (Shutterstock).

Penjelasan BMKG Mengenai Suhu Dingin di Kota Bandung yang Mencapai 17°C

Prolite – Beberapa waktu terakhir suhu di Kota Bandung terasa lebih dingin hingga mencapai 17 derajat celcius baik pada pagi hari maupun malam hari.

Dalam hal ini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan penyebab suhu dingin saat ini.

BMKG memperkirakan fenomena suhu udara dingin ini akan berlangsung hingga akhir Agustus 2025.

Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, Teguh Rahayu menjelaskan, sejumlah faktor atmosfer berperan mempengaruhi cuaca di wilayah Jawa Barat, termasuk di Bandung Raya.

“Suhu permukaan laut di wilayah Indonesia masih hangat, aktifnya gelombang atmosfer seperti Rossby Ekuator di Jawa Barat dan keberadaan sirkulasi siklonik yang membentuk daerah perlambatan angin (konvergensi) dan pertemuan angin (konfluensi) di sebagian wilayah Indonesia termasuk Jawa Barat,” jelas Rahayu dalam keterangannya, dikutip dari detikJaba.

“Kombinasi dari faktor-faktor tersebut masih berpengaruh terhadap adanya pertumbuhan awan di sebagian wilayah Jawa Barat termasuk Bandung Raya,” lanjutnya.

Menurutnya, saat ini wilayah Jawa Barat sudah memasuki musim kemarau, yang ditandai dengan dominasi angin monsun Australia. Angin ini membawa udara dingin dan kering serta tutupan awan konvektif yang berkurang signifikan.

“Sehingga panas matahari diterima maksimum di siang hari dan dilepaskan maksimum pada malam dan dini hari. Faktor-faktor ini menyebabkan suhu di siang hari panas dan di dini/pagi hari dingin,” ujarnya.

Berdasarkan catatan BMKG, pada hari ini, Jumat 15 Agustus 2025 tercatat 17,2°C di Stasiun Geofisika Bandung dan 14,4°C di Pusat Observasi Geofisika (POG) Lembang.

“Cukup dingin, tetapi masih dalam range klimatologisnya di bulan Agustus. Dingin di pagi hari diprediksi masih akan terjadi sampai dengan akhir Agustus,” kata Rahayu.




Menghadapi Musim Kemarau, Plh Wali Kota Bandung Tekankan 2 Hal Penting

prakiraan musim kemarau 2023

BANDUNG, Prolite – Akan memasuki musim kemarau, Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Bandung, Ema Sumarna, mengimbau masyarakat agar tetap menjaga kesehatan dan selalu waspada terhadap potensi bencana alam.

Hal ini terkait dengan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Kota Bandung, yang mencatat suhu minimum Bandung telah mencapai 17 derajat celsius dalam 5 hari terakhir (14-18 Juli 2023), meskipun seharusnya memasuki musim kemarau.

Jaga Kesehatan dan Waspada Bencana Untuk Hadapi Musim Kemarau

Musim Kemarau
Foto : Humas Kota Bandung

“Kita merasakan ada perubahan iklim yang tidak seperti biasanya, dengan udara yang sangat dingin. Kemungkinan ini menandakan masuknya musim kemarau. Oleh karena itu, masyarakat harus tetap menjaga kesehatan,” ujar Ema Sumarna dalam keterangannya di Balai Kota Bandung, pada Kamis, 20 Juli 2023.”

Selain itu, Ema juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi kebakaran saat musim kemarau tiba.

Dalam upaya mengantisipasi hal tersebut, Ema Sumarna meminta Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama dalam menghadapi potensi bencana yang mungkin dapat terjadi.

Tindakan proaktif ini diharapkan dapat mengurangi risiko kebakaran dan membantu melindungi lingkungan dari ancaman yang bisa timbul selama musim kemarau.

“Kita saling berbagi untuk mengingatkan, biasanya dalam masa seperti ini, potensi kebakaran cukup tinggi. Untuk Diskar, diharapkan terus meningkatkan kewaspadaan dan melakukan antisipasi, terutama dengan terpaan angin yang lebih kencang,” ungkap Ema Sumarna.

Tak hanya itu, Ema juga memberikan instruksi kepada aparat kewilayahan untuk terus mengedukasi masyarakat mengenai upaya mitigasi bencana.

“Para relawan di kewilayahan juga dapat dioptimalkan agar mereka dapat terus mengingatkan warga di sekitar,” tambah Ema Soemarna.

Dengan menggalakkan kesadaran dan kerja sama antara pemerintah, instansi terkait, dan masyarakat, diharapkan risiko bencana kebakaran saat musim kemarau bisa diminimalisir dan kesiapan dalam menghadapi potensi bencana alam dapat ditingkatkan.

Baca juga artikel berikut terkait informasi serupa :

BMKG : Ada 2 Faktor Suhu Udara di Bandung Terasa Lebih Dingin




BMKG : Ada 2 Faktor Suhu Udara di Bandung Terasa Lebih Dingin

Suhu Udara

BANDUNG, Prolite – Suhu udara di Bandung Raya terasa lebih dingin belakangan ini terutama pada malam hari. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan terkait fenomena tersebut.

Menurut Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu, suhu udara yang lebih dingin di Bandung adalah fenomena alamiah yang terjadi saat memasuki puncak musim kemarau, yang berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus.

Berdasarkan data yang diperoleh oleh BMKG sejak Jumat (14/7) hingga Rabu (19/7), terjadi penurunan suhu udara di Bandung. Berikut adalah data suhu tersebut:

  • Tanggal 14: Suhu di Bandung mencapai 19 ⁰C, sedangkan di Lembang mencapai 16,80 ⁰C.
  • Tanggal 15: Suhu di Bandung mencapai 19,9 ⁰C, sedangkan di Lembang mencapai 16,8 ⁰C.
  • Tanggal 16: Suhu di Bandung mencapai 20 ⁰C, sedangkan di Lembang mencapai 16,8 ⁰C.
  • Tanggal 17: Suhu di Bandung mencapai 19,4 ⁰C, sedangkan di Lembang mencapai 16,2 ⁰C.
  • Tanggal 18: Suhu di Bandung mencapai 17 ⁰C, sedangkan di Lembang mencapai 15,4 ⁰C.

Faktor yang Menyebabkan Suhu Udara Terasa Dingin

Suhu Udara
Foto: antara foto/Raisan Al Farisi

Siang Hari yang Terik Tanpa Adanya Awan

Menurut Teguh, ada beberapa faktor yang menyebabkan suhu udara di Bandung terasa lebih dingin. Pertama, sinar matahari yang terik pada siang hari tanpa adanya awan.

Hal ini menyebabkan permukaan bumi menerima radiasi matahari secara maksimal. Pada malam hari, bumi melepaskan energi yang disimpannya akibat radiasi tersebut.

Teguh menjelaskan, “Karena tidak ada awan, radiasi yang terperangkap di permukaan bumi akan dilepaskan secara maksimal pada malam hari hingga dini hari.”

Hal ini mengakibatkan cepatnya pendinginan permukaan bumi karena kehilangan energi secara maksimal. Dampaknya adalah suhu minimum yang sangat rendah atau udara dingin yang ekstrem terjadi pada malam hingga dini hari.

Adanya Angin Monsun Australia

utakatikotak

Selain itu, faktor lain yang menyebabkan suhu udara menjadi dingin adalah adanya musim dingin di wilayah Australia. Teguh menjelaskan bahwa pola tekanan udara yang tinggi di Australia berperan dalam pergerakan massa udara dingin ke Indonesia, yang dikenal sebagai angin monsun Australia.

“Angin monsun Australia juga merupakan penyebab utama musim Kemarau di Indonesia. Angin ini membawa suhu dingin dari wilayah Australia ke wilayah Indonesia, terutama di Belahan Bumi Selatan (BBS),” jelasnya.

Fenomena suhu dingin yang sedang terjadi di Kota Bandung dan sekitarnya diperkirakan akan berlangsung hingga Agustus 2023, dan suhu akan kembali menghangat pada bulan September.

Teguh menekankan, “Masyarakat tidak perlu panik menghadapi fenomena ini, karena suhu dingin saat puncak musim kemarau adalah hal yang wajar terjadi, terutama di wilayah Indonesia di BBS. Masyarakat diharapkan untuk bersiap dengan menggunakan jaket atau selimut di malam hari, serta menjaga stamina tubuh agar terhindar dari berbagai penyakit potensial,” ujarnya.




La Nina Panjang, Kota Bandung Dingin

la nina

La Nina Panjang, Kota Bandung Dingin

BANDUNG, Prolite – La Nina. Belakangan ini cuaca Kota Bandung terasa lebih dingin dibanding biasanya. Curah hujan pun masih sering terjadi. Menurut Prakirawan Cuaca BKMG, Yan Firdaus Permadhi, hal ini ada kaitannya dengan kejadian La Nina panjang yang terjadi selama tiga tahun berturut-turut.

“La Nina panjang menyebabkan suhu permukaan laut di sekitar Jabar itu rendah,” ujar Yan.

Meskipun begitu, menurutnya suhu saat ini sebenarnya lebih hangat dibandingkan suhu normal sepanjang 30 tahun terakhir.

Suhu di Februari yang normalnya berada di 20 derajat celcius sepanjang 30 tahun terakhir, saat ini suhu minimumnya 21 derajat.

“Bulan Januari juga suhu minimum normalnya 20 derajat celcius. Kalau kita rata-ratakan 20,8 derajat celcius, lebih hangat dari suhu normalnya,” ungkapnya.

Namun, cuaca dingin yang terasa belakangan ini diakibatkan dari angin kencang yang sering terjadi sejak awal Februari.

Untuk curah hujan, menurutnya, masih sesuai dengan angka normal. Sepanjang November-Desember lalu nilainya masih normal. Namun, untuk Januari memang berkurang 75 persen dari normalnya.

“Untuk Februari kita masih tunggu nilainya. Namun, ada peluang di Maret dan April ini akan normal juga,” ucapnya.

Ia memprediksi, pada bulan Ramadan nanti masih ada potensi hujan. Untuk itu, pihaknya masih akan terus memantau dinamika cuaca ke depannya.

Untuk saat ini, Yan mengimbau agar masyarakat lebih waspada dengan angin kencang yang berpotensi bencana alam.

“Masyarakat hati-hati dalam perjalanan karena bisa menyebabkan pohon tumbang yang mencelakai pengendara di jalan,” imbaunya.