Top 3 Band Instrumental Indonesia : Dari Funk Timur Tengah Sampai Surf Rock 60-an!

Band Instrumental

Prolite – Top 3 Band Instrumental Indonesia : Dari Funk Timur Tengah Sampai Surf Rock 60-an!

Musik instrumental emang punya tempat tersendiri di hati para penikmat musik. Meski tanpa vokal, alunan nada yang kaya dan emosional bisa bikin kita terbawa suasana—entah itu buat nemenin kerja, nyetir sore hari, atau sekadar nge-chill di kamar. Nah, kabar baiknya, skena musik instrumental di Indonesia makin beragam dan berani eksplorasi!

Dari surf rock ala tahun 60-an sampai psychedelic funk bernuansa Timur Tengah, berikut ini tiga rekomendasi band instrumental lokal terbaik yang wajib kamu dengar. Plus satu bonus spesial buat kamu yang suka sentuhan tradisional. Siap-siap jatuh cinta sama musik tanpa lirik yang gak kalah ekspresif!

1. Ali – “Middle Eastern Beats with Southeast Twists” yang Mendunia

Kalau kamu suka musik dengan vibe Timur Tengah, funk, dan psychedelic yang bikin goyang kepala, Ali adalah jawabannya. Supergrup asal Jakarta ini gak main-main dalam meracik suara. Musik mereka adalah perpaduan unik antara habibi funk, disko, soul sinematik, afrobeat, dan psychedelic rock.

Debut lewat single “Dance Habibi” di tengah pandemi, Ali langsung mencuri perhatian pecinta musik lokal. Formasinya pun gak kalah keren:

  • Coki (John Paul Patton) – dulu dikenal sebagai bassist Kelompok Penerbang Roket, kini beralih ke drum,

  • Aswandaru Cahyo – pegang bass sekaligus vokal,

  • Absar Lebeh – gitaris dari The Sigit.

Setelah sukses lewat album perdana Malaka (2023), mereka baru aja merilis EP Patterns (2025) yang menunjukkan eksplorasi musikal lebih dalam dan berani. Nama Ali juga udah mulai dikenal di luar negeri. Setelah manggung di Fuji Rock Festival 2024, mereka lanjut tur ke Jepang dan Eropa sepanjang 2025.

🎵 Rekomendasi lagu: Dance Habibi, Downtown Strut, Malaka

2. Clever Moose – Emosi Liar dalam Format Psychedelic Rock

Kalau kamu pengen sesuatu yang lebih personal, liar, dan penuh warna, kenalan dulu sama Clever Moose. Proyek musik solo dari Faiz Marie ini adalah bentuk alter ego yang jadi tempat pelampiasan emosinya lewat musik.

Clever Moose ngusung psychedelic rock sebagai fondasi, tapi juga berani masuk ke unsur Timur Tengah dan genre lain yang gak terduga. Yang bikin makin salut, semua proses kreatif dikerjain sendiri: mulai dari penulisan lagu, rekaman, sampai mixing-mastering.

Di tahun 2024, Clever Moose rilis album penuh pertamanya Mediterranean Fuzz, dan sempat tur ke Malaysia dan Thailand buat ngerayain rilis album tersebut.

Clever Moose itu cocok buat kamu yang suka musik eksperimental tapi tetap catchy. Groovenya liar, tapi tetap menyentuh.

🎵 Rekomendasi lagu: Batavian Troops, Sab’ah, The Hammer

3. The Mentawais – Surf Rock Nostalgia yang Bikin Berasa di Pantai

Kangen sama musik instrumental klasik ala tahun 60-an? The Mentawais bisa jadi pelipur lara kamu. Band asal Bogor ini ngusung genre surf rock instrumental yang terinspirasi dari legenda seperti The Ventures, The Shadows, dan The Surfaris.

Dengan formasi kuartet:

  • Bena Waketversa (bass)

  • Andre Varian (drum)

  • Muhammad Arifyandi (gitar)

  • Umar Bawahab (gitar)

The Mentawais berhasil menghadirkan atmosfer tropis lewat melodi gitar yang tajam, ritme cepat, dan beat khas pantai. Musik mereka tuh bikin kita ngerasa kayak lagi nyender di pasir putih sambil liat ombak.

Mereka merilis EP debut Surfin’ Java (2017) yang berisi 4 lagu dengan nuansa klasik, dirilis lewat kolaborasi Hujan! Rekords dan Kick It Records.

🎵 Rekomendasi lagu: Java Twist, Beach Please, Mentawai Surf Club

BONUS : Basajan – “Priangan Psychedelic Groove” dari Tanah Sunda

Nah, buat kamu yang suka sentuhan lokal, band satu ini gak boleh kamu lewatin. Basajan, band asal Kabupaten Bandung, membawa angin segar lewat kombinasi musik Sunda tradisional dengan psychedelic modern. Mereka menyebut gaya mereka sebagai ‘priangan psychedelic groove’—unik banget, kan?

Dengan formasi:

  • Adhitama (gitar)

  • Reyhan (synth & gitar)

  • Dinan (bass)

  • Dandi (drum)

Single debut mereka berjudul Ageman, yang dalam bahasa Sunda bisa berarti pakaian, prinsip hidup, bahkan identitas spiritual. Musiknya penuh dengan lapisan gitar, synth, dan groove dinamis yang mengajak kita masuk ke dunia imajinatif dengan nuansa budaya lokal yang kuat.

🎵 Rekomendasi lagu: Ageman, Pagelaran, Uleman

Musik Instrumental Gak Harus Monoton

Siapa bilang musik instrumental itu ngebosenin? Ketiga band instrumental di atas membuktikan kalau musik tanpa lirik bisa tetap bercerita, membangkitkan emosi, bahkan membawa kita ke dunia baru.

Entah kamu suka groove psychedelic, vibe retro, atau eksperimen dengan sentuhan budaya lokal, selalu ada ruang buat eksplorasi.

Jadi, yuk dukung band instrumental lokal dengan dengerin lagu-lagu mereka, beli rilisan fisiknya, atau datang ke gig mereka kalau ada di kotamu! Kamu sendiri, tim Ali yang funky, tim Clever Moose yang eksperimental, tim The Mentawais yang klasik, atau malah tim Basajan yang Sunda banget?

Tulis pendapat kamu di kolom komentar, atau share playlist favorit kamu bareng band-band instrumental ini. Siapa tahu, musik instrumental ini bisa jadi soundtrack baru buat harimu! 🎧🔥




Jelang Konser Day6 di Jakarta, Penonton Mendadak Dipaksa Refund Tiket? Ini 3 Solusi dari Promotor!

Day6

Prolite – Jelang Konser Day6 di Jakarta, Penonton Mendadak Dipaksa Refund Tiket? Ini 3 Solusi dari Promotor!

Bayangkan sudah beli tiket konser idola kesayangan, sudah siap datang dan bahkan mungkin udah pesan penginapan, eh… tiba-tiba malah dapat email kalau tiket kamu di-refund secara otomatis. Inilah yang dialami oleh banyak penggemar Day6, atau yang akrab disebut My Day, menjelang konser mereka yang akan digelar di Jakarta pada 3 Mei 2025.

Promotor konser Day6, Mecimapro, mendadak jadi sorotan publik setelah munculnya notifikasi pengembalian dana dari platform . Dalam email yang dikirim ke para pembeli pada 1 Mei 2025, mengumumkan bahwa hingga saat itu, pihak promotor belum memberikan data nomor kursi dan antrean. Karena itu, mereka memutuskan untuk otomatis melakukan refund ke seluruh pembelian tiket.

Hal ini tentu bikin panik banyak fans! Tapi tenang, Mecimapro langsung memberikan klarifikasi dan menawarkan tiga solusi untuk menyelamatkan konser impianmu. Yuk, kita bahas satu per satu!

 

 

1. Tetap Datang, Tanpa Refund

Buat kamu yang nggak mau kehilangan kesempatan nonton konser Day6, Mecimapro memberikan opsi untuk tidak melakukan refund. Caranya gampang kok, kamu cukup mengisi formulir pernyataan yang mereka sediakan.

Formulir ini bisa kamu isi sampai Jumat, 2 Mei 2025 pukul 10:00 WIB. Setelah itu, kamu akan menerima nomor kursi atau antrean via email pada pukul 14:00 WIB di hari yang sama. Jadi, kamu masih bisa duduk manis dan menikmati konser seperti yang direncanakan!

2. Beli Ulang Tiket di

Buat yang sudah telanjur menerima refund dari dan tetap ingin menonton, Mecimapro membuka penjualan ulang tiket melalui situs resmi mereka, .

Tiket yang dibeli melalui Mecimashop ini akan langsung disertai dengan nomor kursi. Jadi, kamu nggak perlu khawatir akan kejadian yang sama lagi. Penjualan ulang ini dibuka mulai Jumat, 2 Mei 2025 pukul 09:00 WIB.

Setelah membeli, e-ticket dan nomor kursi bisa diambil di booth Mecimashop pada hari konser. Informasi lebih lengkapnya juga akan dikirim ke email kamu. Jadi, pastikan kamu cek email ya, jangan sampai kelewatan!

3. Beli Tiket On The Spot (OTS) di Hari H

Masih ada cara ketiga nih buat kamu yang suka spontanitas: beli tiket langsung di lokasi alias On The Spot (OTS). Booth OTS akan dibuka mulai pukul 10:00 WIB pada hari konser, 3 Mei 2025, di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta.

Cara ini cocok buat kamu yang belum sempat beli tiket sebelumnya atau mau beli dadakan. Tapi perlu diingat, jumlah tiket yang tersedia terbatas ya, jadi datang lebih awal biar nggak kehabisan!

Seputar Konser Day6 di Jakarta

Buat yang belum tahu, konser Day6 ini awalnya direncanakan di Jakarta International Stadium (JIS). Tapi karena stadion tersebut digunakan untuk pertandingan Liga 1 antara Persija Jakarta vs Semen Padang FC, konser akhirnya dipindahkan ke Stadion Madya GBK.

Perpindahan ini bikin kapasitas penonton berkurang drastis dari menjadi hanya sekitar . Tapi Mecimapro memastikan bahwa kualitas konser tetap maksimal, meskipun dengan penyesuaian lokasi.

Rundown Konser: Persiapkan Diri dengan Baik!

Mecimapro juga sudah merilis jadwal lengkap konser agar kamu bisa mempersiapkan diri dengan baik. Ini dia rundown-nya:

  • – WIB: Area depan dibuka (booth OTS, loket deposit, meja bantuan)
  • WIB: Pintu masuk dibuka untuk pemegang tiket Soundcheck (PINK & ORANGE)
  • – WIB: Check-in Soundcheck
  • WIB: Pintu masuk dibuka untuk kategori lainnya (ORANGE, BLUE, PURPLE, YELLOW, GREEN, GRAY)
  • WIB: Semua pemegang Soundcheck siap antre
  • WIB: Sesi Soundcheck dimulai
  • WIB: Pintu masuk dibuka untuk semua kategori
  • WIB: Konser dimulai!

Tata Cara Masuk Venue: Jangan Sampai Salah Prosedur!

Biar masuk venue-nya lancar, perhatikan langkah-langkah berikut ya:

  1. Pemeriksaan tas di gerbang
  2. Siapkan e-ticket cetak dan KTP asli
  3. Scan barcode e-ticket
  4. Dapatkan gelang dari staf
  5. Masuk ke area fanzone
  6. Siap-siap masuk sesuai antrean

Ingat! Tiket digital di HP tidak diterima. Harus cetak ya!

Perkiraan Setlist Konser: Bikin Baper dan Hype!

Buat yang belum sempat cari tahu, berikut ini beberapa lagu yang diperkirakan bakal dibawakan di konser “Forever Young” tour Day6:

  • You Were Beautiful
  • Time of Our Life
  • I Loved You
  • Shoot Me
  • Zombie
  • Letting Go
  • Congratulations
  • My Day
  • Welcome to the Show

Dan masih banyak lagi! Jadi siapkan diri buat teriak bareng dan nyanyi sepuasnya!

day6

Memang sih, drama refund dadakan ini sempat bikin panik dan kecewa. Tapi Mecimapro udah kasih solusi yang cukup bijak buat semua pihak. Jadi buat kamu yang masih mau nonton Day6, masih ada harapan kok! Tinggal pilih salah satu dari tiga opsi di atas.

Yuk, atur ulang rencana kamu dan siap-siap buat malam penuh kenangan bareng Day6! Jangan lupa share info ini ke teman-teman My Day lain biar nggak ada yang ketinggalan kabar penting ini. See you at the concert!




Menjelajahi Dunia Surf Rock : Musik yang Membawa Angin Segar Pantai

Surf Rock

Prolite – Mengenal Genre Surf Rock: Musik Pantai yang Mengguncang Dunia

Ketika membayangkan pantai, ombak besar, dan matahari terbenam, apa yang terlintas di benakmu? Kalau kamu pecinta musik, mungkin ada satu genre yang langsung muncul: surf rock.

Musik yang satu ini nggak cuma memberikan nuansa pantai yang menyenangkan, tapi juga menjadi bagian dari sejarah budaya pop dunia.

Yuk, kita bahas lebih dalam tentang genre ini dan kenapa masih tetap keren dan diminati banyak kalangan meski sudah puluhan tahun berlalu!

Sejarah Awal Surf Rock

Genre ini lahir di California, Amerika Serikat, sekitar tahun 1960-an. Pada saat itu, pantai dan surfing bukan hanya aktivitas biasa, tapi sudah menjadi gaya hidup yang keren banget di kalangan anak muda.

Musik surf rock pertama kali muncul sebagai “soundtrack” tidak resmi bagi para peselancar. Liriknya memang nggak selalu bercerita tentang pantai atau surfing, tapi iramanya yang energik dan menggugah seolah mewakili semangat bebas dari budaya selancar itu sendiri.

Salah satu musisi yang dikenal sebagai bapak surf rock adalah Dick Dale, yang memelopori gaya bermain gitar khas surf rock. Seiring waktu, genre ini berkembang dan menarik perhatian banyak band serta artis yang ingin membawa nuansa pantai ke telinga dunia.

Hubungan Erat antara Surf Rock dan Budaya Selancar

Genre ini nggak bisa dilepaskan dari budaya selancar. Di tahun 1960-an, surfing bukan cuma olahraga, tapi juga simbol kebebasan, petualangan, dan gaya hidup yang santai.

Hal ini pun menjadi medium bagi para peselancar untuk mengekspresikan semangat mereka di atas air.

Banyak lagu surf yang terinspirasi oleh ombak, angin laut, dan keseruan di pantai. Bahkan, beberapa band sering tampil di acara selancar atau pesta pantai, semakin mempererat hubungan antara musik dan olahraga ini.

Budaya surfing dan surf rock berkembang bersama, menciptakan komunitas yang solid dan penuh kreativitas. Saat mendengar genre ini, rasanya seperti berada di pantai, merasakan semilir angin, dan menantang ombak besar.

Ciri Khas Musik Surf Rock: Gitar Twangy, Reverb, dan Ritme Cepat

Surf Rock

Surf rock punya karakteristik unik yang bikin mudah dikenali. Apa aja sih ciri khasnya?

  • Gitar Twangy dengan Reverb Kuat
    Gitar elektrik adalah elemen utama dalam surf rock. Suara gitar yang twangy (nyaring) dengan efek reverb kuat menciptakan sensasi seperti suara ombak yang menghantam pantai. Teknik ini dipopulerkan oleh Dick Dale, yang sering disebut “Raja Gitar Surf.”
  • Ritme Cepat dan Enerjik
    Lagu-lagu surf rock umumnya memiliki ritme yang cepat dan penuh semangat, mencerminkan adrenalin yang dirasakan para peselancar saat menaklukkan ombak besar.
  • Nuansa Pantai yang Kental
    Melodi dan aransemen musik surf selalu punya vibe pantai yang santai sekaligus menyenangkan. Mendengarkannya bikin kamu langsung ingin liburan ke laut!

Genre ini memang sederhana, tapi justru kesederhanaan itulah yang membuatnya begitu ikonik dan menarik.

Musisi Pelopor: Dick Dale dan The Beach Boys

Kalau ngomongin surf rock, nggak lengkap tanpa menyebut nama-nama besar yang jadi pionir genre ini.

  • Dick Dale
    Dick Dale adalah legenda surf rock yang dikenal dengan teknik gitar cepat dan inovatif. Lagu seperti “Misirlou” jadi salah satu karya yang paling ikonik dan sering diasosiasikan dengan genre ini. Teknik bermain gitarnya dipengaruhi oleh musik Timur Tengah dan irama gelombang laut, menciptakan suara yang benar-benar baru di zamannya.
  • The Beach Boys
    Kalau Dick Dale fokus pada instrumental, The Beach Boys membawa genre ini ke level berikutnya dengan vokal harmonis dan lirik yang bercerita tentang kehidupan pantai. Lagu seperti “Surfin’ USA” dan “Good Vibrations” sukses menjadi anthem budaya pantai di seluruh dunia.

Surf Rock, Musik Pantai yang Tak Lekang oleh Waktu

Meskipun popularitasnya sempat meredup setelah tahun 1960-an, genre ini tetap hidup di hati para penggemarnya. Musiknya masih sering diputar di film, acara pantai, atau bahkan playlist liburan.

Genre ini mengingatkan kita akan kesederhanaan, kebebasan, dan kegembiraan hidup yang ditawarkan oleh ombak dan pantai.

Buat kamu yang belum pernah mendengar surf music, coba deh mulai dari karya Dick Dale atau The Beach Boys. Siapa tahu, kamu jadi jatuh cinta dengan genre ini!

Yuk, nikmati serunya musik pantai dan biarkan dirimu hanyut dalam irama surf rock yang penuh energi dan nostalgia. Catch the wave and enjoy the vibes! 🌊🎸