75% Bahasa Ibu Alami Kemunduran

BANDUNG, Prolitenews – Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Imam Budi Utomo mengatakan kondisi bahasa saat ini 25 persen bahasa daerah di Indonesia masih dalam kondisi aman. Namun 75 persen lainnya mengalami kemunduran, kritis, hingga nyaris punah.

Dari total 718 bahasa daerah di Indonesia, hanya seperempat yang aman, sementara sisanya berada dalam kondisi memprihatinkan — bahkan ada yang sudah punah.

Disinggung apakah terpengaruh media sosial kata Imam, media sosial sebenarnya bisa digunakan juga untuk melestarikan bahasa daerah.

“Kita lihat anak-anak muda sekarang banyak yang menggunakan bahasa daerah di media sosial. Bahkan di luar negeri, seperti di Australia, justru media sosial digunakan untuk pelestarian bahasa daerah — misalnya bahasa Jawa,” jelasnya.

Lanjutnya, faktor kemunduran ada beberapa, pertama, karena anak-anak muda tidak memiliki kemauan atau kebanggaan menggunakan bahasa daerah.

“Mereka merasa minder kalau berbicara dengan bahasa daerah. Ini yang paling utama.

Karena itu, kami bersama pemerintah daerah dan tokoh masyarakat menyasar anak-anak muda agar mereka tidak malu dan memiliki semangat untuk belajar serta menggunakan bahasa daerah. Untuk 11 bahasa ibu yang punah salah satunya ada di wilayah Maluku dan Papua,” tegasnya.

Untuk Festival Tunas Bahasa Ibu tersebut diadakan di 38 provinsi salah satunya adalah Jawa Barat.

Kata Imam, jika anggaran tahun 2026 mencukupi dan tidak ada efisiensi, maka pihaknya akan melaksanakan Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat nasional tahun 2026.

“Tahun 2025 kemarin kami melaksanakannya di bulan Mei. Namun karena efisiensi anggaran, peserta yang diundang ke Jakarta terbatas. Semoga di tahun 2026 anggaran mencukupi sehingga semua pemenang pertama bisa kami undang ke Jakarta. Mereka akan mendapat kesempatan tampil dan memperoleh sertifikat sebagai manajemen talenta nasional,” ucapnya.

Dengan demikian, siswa SD yang naik ke SMP bisa menjadikan prestasinya sebagai catatan berjenjang. Begitu pula siswa SMP yang melanjutkan ke SMA.




Kota Bandung Tuan Rumah Festival Tunas Bahasa Ibu

BANDUNG, Prolitenews – Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menyampaikan Kota Bandung menjadi tuan rumah Festival Tunas Bahasa Ibu karenanya kota kembang ini harus menjadi pusat perkembangan peradaban budaya di Jawa Barat.

Kata Farhan, Kota Bandung kalau dalam bahasa orang di timur disebut semua budaya ada di sini bahkan saking beragamnya budaya yang sudah mengglobal dan kosmopolitan di Kota Bandung, maka di tahun 1955, Konferensi Internasional Antar Kepala Negara yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia, itu justru di Kota Bandung yang bernama Konferensi Bandung atau Konferensi Asia Afrika.
“29 delegasi negara hadir, dan sampai sekarang untuk negara Asia Afrika itu masih sangat penting. ‘Basa teh Ciciren Bangsa, Leungit Basana, Ilang Bangsana. Sama Pak Imam tadi udah tegas, aya sebelas Bahasa ibu yang hilang, di bangsa kita, ilang itu bukan ilang, tapi ilang tuh udah tidak ada lagi yang mengatakan atau yang menggunakan bahasa tersebut,” jelasnya, Selasa (7/10/2025).
Lanjutnya, hal itu merupakan tugas kita semua untuk memastikan anak cucu di masa mendatang menggunakan dan menjaga bahasa ibu.
“Bahasa ibu bagi saya adalah bahasa yang kepake dari level personal, bicara kepada yang jadi ibu dan bapa kakak maupun adik serta tetangga dan semuanya di level personal. Sekarang bahasa ibu harus jadi bahasa yang bisa digunakan untuk bahasa sambutan, dengan kemajuan zaman terutama adanya globalisasi banyak yang tidak ingin berbicara menggunakan bahasa leluhurnya, katanya ga keren,” tegasnya.
“Tapi setidaknya UNESCO lembaga di PBB yang mengkhususkan pendidikan dan perkembangan kebudayaan sudah menetapkan di 21 Februari jadi hari pengingat bahasa ibu se dunia,” paparnya.