Bocah Korban Penyiksaan Ayah Kandung Jalani Therapy

Ilustrasi penyiksaan ayah kandung

BANDUNG, Prolite – Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung mengunjungi bocah korban penyiksaan ayah kandung.

Itu dilakukan karena ayah korban ber KTP Kota Bandung. Selain kepada korban selamat, DP3A pun melayat kakak korban yang telah meninggal serta menyempatkan bertemu dengan pelaku atau ayah korban.

Kepala DP3A Kota Bandung, Uum Sumiati.

“Kami melihat langsung kondisi anak atau korban penyiksaan ayah kandung, yang terjadi beberapa hari yang lalu,” ujar Kepala DP3A Kota Bandung, Uum Sumiati, Rabu (08/02/2023).

Berdasarkan pantauannya kata Uum, korban terlihat masih trauma, namun bisa diajak berkomunikasi. Masih ada bekas luka di beberapa bagian wajah dan tubuh korban, sehingga korban belum bisa dipulangkan dari rumah sakit.

“Secara kasat mata, memang ada bekas luka di beberapa bagian muka dan tubuh, tapi sudah berangsur membaik,” tuturnya.

Kata Uum, selanjutnya, pihaknya akan melakukan pendampingan, untuk mengetahui perkembangan anak secara psikologis. Sehingga bisa melupakan trauma dan meneruskan kehidupan dan beraktifitas seperti biasanya.

“Bagaimanapun juga, yang sudah dialaminya, pasti menimbulkan trauma dalam, sehingga harus kita lakukan pendampingan dan therapy dengan melibatkan psikolog,” paparnya.

Dan karena si anak masih semangat meneruskan pendidikan. Maka, pihaknya akan berkomunikasi dengan Dinas Pendidikan Kota Bandung untuk membuka kemungkinan anak tersebut meneruskan pendidikan.

“Usianya sudah 12 tahun, namun masih duduk di kelas 3 sekolah dasar. Padahal semestinya, sudah duduk di kelas 6,” ucapnya lirih.

Masih kata Uum, sepulang dari rumah sakit, si anak akan tinggal bersama adik dari ayah kandungnya.

“Sebelumnya juga anak ini tinggal bersama adik dari ayahnya. Tapi beberapa tahun belakangan, ayahnya membawanya,” jelasnya.

Berkaca dari kasus ini, Uum mengajak warga Kota Bandung untuk lebih peduli pada tetangganya dan segera melapor jika mengetahui ada tindak kekerasan, walaupun itu di dalam rumah tangga.

“Kami kan tidak mungkin memantau setiap rumah tagga di Kota Bandung. jadi kami sangat senang jika ada warga yang melaporkan jika mengetahui ada tidak kekerasan dalam rumah tangga,” imbuhnya.

Disinggung motif sang ayah melakukan tidak kekerasan terhadap anaknya, kata Uum, kemungkinan besar karena masalah ekonomi.
Namun Uum kedua orang tua anak tersebut, bukan tanggungjawabnya untuk melakukan pengawasan.

“Kan pelaku, jadi di bawah pengawasan kepolisian. Kami hanya mendampingi anaknya sebagai korban,” pungkasnya.(kai)




Ini Cara Cegah Obesitas pada Anak

ilustrasi obesitas

Prolite – Obesitas anak dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor. Tingkat obesitas pada anak terus meningkat disebabkan oleh apa yang dikonsumsi oleh anak.

Penasaran mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut, para peneliti dari Duke National University, Singapura, melihat lebih dekat jenis-jenis makanan yang selama ini dihubungkan sebagai penyebab kegemukan dan obesitas anak.

Yang mereka temukan jadi bukti meyakinkan bahwa makanan tertentu mungkin saja penyebab obesitas pada anak.

Anak-anak yang teratur makan keripik kentang cenderung mengalami kenaikan berat badan tertinggi.

“Kami menemukan bahwa keripik kentang merupakan salah satu makanan yang paling menyebabkan kegemukan pada anak-anak muda,” kata peneliti, seperti dilaporkan oleh Independent.

Energi yang di kandung dalam keripik kentang sangat tinggi dan memeiliki indeks kenyang yang rendah. Bukan hanya kripik kentang masih banyak makanan yang dapat memicu obesitas diantaranya kentang goreng, ayam goreng, daging olahan, mentega, juga punya dampak yang buruk. Belum lagi dari makanan makanan penutup manis serta minuman manis.

Sudah sejak lama para peneliti mempelajari, mengapa beberapa makanan lebih mengeyangkan daripada yang lain. Studi pada 1996 menemukan, makanan berlemak, secara mengejutkan cenderung kurang membuat kenyang.

Sementara, makanan padat berkabohidrat dan protein justru sebaliknya. Dalam buku Fat Detection, dijelaskan bahwa lemak lebih padat energi, tapi tidak lebih membuat kenyang.

Mengonsumsi makanan secara berlebih juga bisa memicu kenaikan berat badan. Lebih bijak untuk mengonsumsi makanan agar badan menjadi sehat dan tidak menimbulkan obesitas. (*/ino)