Strategi Pendidikan untuk Anak dengan Intellectual Disability : Yuk, Kenali dan Dukung Mereka!

Intellectual Disability

Prolite – Strategi Pendidikan untuk Anak dengan Intellectual Disability: Yuk, Kenali dan Dukung dengan Cara yang Tepat!

Setiap anak memiliki potensi untuk berkembang dan mencapai hal-hal besar, termasuk anak-anak dengan intellectual disability (ID) atau gangguan intelektual.

Namun, agar mereka bisa berkembang secara optimal, dibutuhkan pendekatan pendidikan yang tepat dan strategi yang efektif.

Artikel ini akan membahas secara lengkap bagaimana mendukung pendidikan anak dengan ID, serta cara-cara yang bisa membantu mereka meraih keberhasilan dalam belajar. Yuk, simak terus!

Apa Itu Intellectual Disability (ID)?

Intellectual disability (ID) atau gangguan intelektual adalah kondisi yang mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang, seperti berpikir, belajar, dan memecahkan masalah.

Anak-anak dengan ID biasanya memiliki skor IQ di bawah rata-rata, dan mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami informasi atau menyelesaikan tugas sehari-hari.

Namun, anak-anak dengan ID bisa belajar dan berkembang jika diberikan dukungan yang tepat. Mereka memiliki keunikan dan potensi yang sama dengan anak-anak lainnya, hanya saja memerlukan metode pengajaran yang lebih spesifik dan disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

ID vs Keterlambatan Perkembangan: Apa Bedanya?

Mungkin sering terdengar istilah keterlambatan perkembangan atau autism spectrum disorder (ASD), yang sering disamakan dengan ID. Tapi, sebenarnya ketiganya berbeda, lho!

  • Keterlambatan perkembangan merujuk pada keterlambatan dalam mencapai milestone perkembangan tertentu, misalnya dalam berbicara atau berjalan. Anak dengan keterlambatan perkembangan umumnya bisa mengejar ketertinggalannya setelah mendapatkan intervensi yang tepat.
  • Autism spectrum disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan yang memengaruhi cara anak berinteraksi sosial dan berkomunikasi. Beberapa anak dengan ASD juga mungkin memiliki ID, tetapi tidak semua anak dengan ASD memiliki gangguan intelektual.
  • ID lebih berfokus pada kemampuan intelektual anak, dan ini memengaruhi bagaimana mereka belajar, berkomunikasi, dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

Penyebab Umum Intellectual Disability

Boy with Down Syndrome playing

Intellectual disability bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang bersifat genetik maupun lingkungan. Beberapa penyebab umum ID meliputi:

  1. Faktor genetik: Beberapa kondisi genetik, seperti Down syndrome atau Fragile X syndrome, dapat menyebabkan ID pada anak.
  2. Komplikasi saat lahir: Kelahiran prematur atau kekurangan oksigen selama proses persalinan dapat berisiko menyebabkan gangguan intelektual.
  3. Paparan zat berbahaya: Konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang selama kehamilan dapat meningkatkan kemungkinan anak mengalami ID.
  4. Infeksi atau cedera: Beberapa infeksi atau trauma pada otak saat masa bayi, seperti meningitis atau cedera kepala, dapat mempengaruhi perkembangan intelektual anak.

Tanda-Tanda Awal yang Dapat Dikenali pada Anak-Anak

Mengenali tanda-tanda ID sejak dini sangat penting agar anak bisa mendapatkan dukungan yang tepat. Beberapa tanda yang dapat diperhatikan meliputi:

  • Keterlambatan bicara: Anak yang mengalami kesulitan dalam berbicara atau memahami kata-kata.
  • Kesulitan belajar: Anak mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dasar atau menyelesaikan tugas yang sesuai dengan usia mereka.
  • Perilaku sosial yang berbeda: Anak mungkin lebih sulit berinteraksi atau bermain dengan teman-teman sebaya mereka.
  • Kesulitan dalam keterampilan hidup sehari-hari: Seperti mengikat sepatu, makan sendiri, atau berpakaian.

Jika tanda-tanda ini muncul, segera bawa anak ke profesional untuk evaluasi lebih lanjut.

Pendekatan Pembelajaran yang Inklusif di Sekolah

Anak-anak dengan intellectual disability berhak mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak-anak lainnya.

Pendekatan inklusif di sekolah sangat penting untuk memberikan mereka kesempatan yang setara dalam belajar.

Pendekatan inklusif mengutamakan integrasi anak-anak dengan ID dalam kelas reguler, dengan bantuan dan dukungan khusus jika diperlukan. Beberapa keuntungan pendekatan inklusif:

  • Anak dengan ID bisa belajar bersama teman-temannya yang tidak memiliki ID, sehingga mereka merasa diterima dan dihargai.
  • Mengajarkan anak-anak lain tentang keberagaman dan pentingnya saling menghargai.
  • Membantu meningkatkan kemampuan sosial anak-anak dengan ID, karena mereka bisa berinteraksi lebih banyak dengan teman-temannya.

Peran Individualized Education Program (IEP)

IEP adalah program pendidikan yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan individu anak dengan intellectual disability. IEP melibatkan pembuatan tujuan dan strategi belajar yang disesuaikan dengan kekuatan dan tantangan yang dihadapi anak. Berikut adalah beberapa komponen penting dalam IEP:

  • Tujuan belajar yang spesifik: Misalnya, anak mungkin diberi tujuan untuk belajar mengenali angka atau mengembangkan keterampilan sosial tertentu.
  • Strategi pengajaran yang dipersonalisasi: Ini bisa mencakup penggunaan alat bantu visual, pengulangan tugas, atau pembelajaran berbasis permainan untuk membuat anak lebih mudah memahami materi.
  • Kolaborasi antara profesional: IEP melibatkan guru, terapis, dan orang tua untuk memastikan anak mendapatkan dukungan yang optimal.

Dengan IEP, anak-anak dengan ID bisa mendapatkan pendidikan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka, baik di sekolah maupun di rumah.

Teknik Pengajaran yang Efektif

Beberapa teknik pengajaran yang terbukti efektif untuk anak-anak dengan intellectual disability antara lain:

  1. Pembelajaran berbasis visual: Anak-anak dengan ID sering kali lebih mudah memahami konsep jika disajikan secara visual. Misalnya, menggunakan gambar atau video untuk menggambarkan sebuah cerita atau instruksi.
  2. Pembelajaran praktis: Pembelajaran langsung, seperti menggunakan benda nyata atau bermain peran, membantu anak-anak dengan ID untuk lebih mudah memahami dan mengingat informasi.
  3. Pengulangan dan rutinitas: Anak-anak dengan ID belajar lebih baik dengan pengulangan yang konsisten dan rutinitas yang jelas. Ini membantu mereka merasa lebih aman dan tahu apa yang diharapkan.
  4. Pujian dan motivasi: Memberikan penghargaan dan pujian setiap kali anak mencapai tujuan kecil sangat penting untuk membangun rasa percaya diri mereka.

Kolaborasi Antara Guru, Terapis, dan Orang Tua

Pendidikan anak dengan intellectual disability memerlukan kerja sama yang erat antara guru, terapis, dan orang tua. Semua pihak harus bekerja sama untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik anak dan memastikan bahwa mereka mendapatkan dukungan yang diperlukan baik di sekolah maupun di rumah.

  • Guru bertanggung jawab untuk merancang pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak di sekolah.
  • Terapis dapat membantu dalam pengembangan keterampilan sosial, motorik, atau komunikasi anak.
  • Orang tua berperan penting dalam mendukung pembelajaran anak di rumah, serta memberi masukan yang berharga tentang kebutuhan anak.

Setiap Anak Berhak Mendapatkan Kesempatan yang Sama

Mendidik anak dengan intellectual disability memerlukan perhatian dan pendekatan yang khusus. Dengan strategi pendidikan yang tepat, seperti pendekatan inklusif, IEP, dan teknik pengajaran yang efektif, anak-anak dengan ID bisa mencapai perkembangan yang optimal. Ingat, setiap anak memiliki potensi besar untuk belajar dan berkembang—yang mereka butuhkan hanyalah dukungan yang tepat dan penuh kasih.

Jadi, mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, di mana semua anak, tanpa terkecuali, bisa belajar, tumbuh, dan meraih impian mereka. Setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini, bisa menjadi lompatan besar bagi mereka di masa depan. 😊




3 Manfaat Musik Untuk Bantu Perkembangan Anak secara Optimal, Bunda Wajib Tahu!

perkembangan anak

Prolite – Siapa yang tidak suka musik? Dari bayi yang masih belajar merangkak hingga anak-anak yang energik, musik selalu berhasil membuat suasana lebih hidup.

Tapi, tahukah Ayah dan Bunda kalau musik ternyata punya manfaat luar biasa untuk perkembangan anak?

Nggak cuma bikin suasana ceria, musik juga bisa membantu meningkatkan keterampilan otak, emosi, hingga kemampuan sosial anak.

Yuk, kita bahas lebih dalam tentang bagaimana musik bisa jadi teman baik untuk tumbuh kembang si kecil!

Musik dan Stimulasi Otak Anak: Mengasah Keterampilan Kognitif, Memori, dan Kreativitas

Ilustrasi bermain musik untuk bantu perkembangan anak – Freepik

Musik bukan hanya sekadar alunan nada yang menyenangkan, tapi juga merupakan stimulasi yang kuat untuk perkembangan otak anak.

Ketika anak mendengarkan musik, otak mereka bekerja keras untuk memproses nada, ritme, dan lirik.

Ini membantu memperkuat keterampilan kognitif, seperti berpikir kritis dan memecahkan masalah.

Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang diperkenalkan pada musik sejak dini cenderung memiliki memori yang lebih baik.

Tidak hanya itu, kreativitas anak juga bisa terasah lewat musik. Ketika anak bermain alat musik atau bahkan hanya bernyanyi-nyanyi sendiri, mereka belajar untuk mengekspresikan ide dan perasaan melalui cara yang berbeda.

Musik membuka pintu bagi anak untuk berpikir out of the box, mendorong mereka untuk lebih imajinatif dan kreatif dalam keseharian.

Musik dan Perkembangan Emosional Anak: Membantu Memahami dan Mengekspresikan Emosi

Ilustrasi bermain musik untuk bantu perkembangan anak – Freepik

Selain manfaat kognitif, musik juga sangat efektif dalam mendukung perkembangan emosional anak. Lewat musik, anak-anak bisa belajar memahami dan mengekspresikan emosi mereka dengan lebih baik.

Misalnya, lagu yang ceria bisa membuat anak merasa senang, sementara lagu yang lembut bisa membantu mereka merasa tenang saat sedang cemas atau sedih.

Bagi anak-anak yang mungkin belum bisa mengekspresikan perasaan mereka dengan kata-kata, musik menjadi media yang sangat bermanfaat.

Dengan mendengarkan musik atau bernyanyi, anak bisa menyalurkan emosi yang mereka rasakan dengan cara yang lebih nyaman dan bebas.

Ini penting untuk membangun dasar emosional yang kuat, membantu mereka tumbuh menjadi individu yang lebih stabil secara emosional.

Musik juga bisa menjadi alat untuk bonding antara orang tua dan anak. Misalnya, menyanyikan lagu pengantar tidur bersama bisa mempererat ikatan emosional sekaligus membantu anak merasa aman dan dicintai.

Musik sebagai Alat Pembelajaran Sosial: Belajar Kolaborasi dan Interaksi Positif

Ilustrasi bermain musik untuk bantu perkembangan anak – Freepik

Selain manfaat kognitif dan emosional, musik juga bisa mengajarkan keterampilan sosial kepada anak.

Ketika anak-anak berpartisipasi dalam aktivitas musik kelompok, seperti paduan suara atau band, mereka belajar tentang kolaborasi.

Dalam grup musik, setiap anggota memiliki peran yang penting, dan ini mengajarkan anak untuk bekerja sama dengan orang lain demi mencapai tujuan bersama.

Aktivitas musik juga mengajarkan anak untuk mendengarkan dengan lebih baik. Ketika mereka bermain alat musik atau bernyanyi dalam grup, mereka harus mendengarkan suara teman-teman mereka agar bisa menyatu dengan harmonis.

Ini membantu anak mengembangkan keterampilan mendengarkan yang baik, yang sangat berguna dalam interaksi sehari-hari.

Selain itu, musik dalam kelompok juga bisa meningkatkan rasa percaya diri anak. Ketika mereka tampil di depan umum atau berhasil menyelesaikan lagu bersama teman-teman mereka, anak akan merasa bangga atas pencapaian tersebut.

Ini bisa menjadi dorongan besar bagi rasa percaya diri mereka di berbagai aspek kehidupan.

Ayo, Libatkan Musik dalam Kehidupan Sehari-hari Anak!

Ilustrasi bermain musik untuk bantu perkembangan anak – Freepik

Musik memiliki banyak manfaat yang luar biasa untuk perkembangan anak, mulai dari merangsang otak, membantu mereka mengelola emosi, hingga mengajarkan keterampilan sosial yang penting.

Jadi, tidak ada salahnya untuk mulai memperkenalkan musik kepada si kecil sejak dini. Entah itu dengan bernyanyi bersama di rumah, mendaftarkan mereka ke kelas musik, atau sekadar memainkan lagu favorit mereka—musik bisa menjadi teman terbaik dalam tumbuh kembang anak.

Yuk, jadikan musik bagian dari kehidupan sehari-hari anak agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, kreatif, dan penuh percaya diri!




Mitos vs Fakta: Apakah “Banyak Anak, Banyak Rezeki” Masih Relevan di Zaman Sekarang?

Banyak Anak

Prolite – Mempunyai anak adalah anugerah terindah bagi sebagian besar pasangan. Namun, keputusan untuk memiliki anak tidak boleh dianggap remeh.

Di tengah masyarakat, kita sering mendengar ungkapan “banyak anak banyak rezeki”. Benarkah demikian? 

Mari kita bedah seputar realitanya, serta pertimbangan memiliki anak.

Bingung Antara Keinginan dan Kesiapan

Banyak pasangan yang menginginkan kehadiran anak dalam rumah tangganya. Namun, antara keinginan dan kesiapan seringkali menjadi perdebatan. 

Rasa bingung pun tak jarang muncul. Apakah sudah saatnya untuk memiliki anak? Pertanyaan ini perlu dijawab dengan pertimbangan yang matang.

Konsep “banyak anak banyak rezeki” memang sudah mendarah daging di masyarakat. Namun, perlu diingat bahwa rezeki itu luas maknanya. 

Kehadiran anak tidak selalu menjamin peningkatan rezeki secara materi. Justru, tanggung jawab finansial akan semakin bertambah.

Aspek yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Memiliki Anak

Sebelum memutuskan untuk memiliki anak, ada beberapa aspek penting yang perlu dipertimbangkan:

  • Kesiapan Mental: Mempunyai anak adalah komitmen seumur hidup. Persiapkan diri untuk perubahan besar dalam gaya hidup, prioritas, dan emosi.
  • Kesiapan Finansial: Hitung-hitungan biaya hidup anak perlu dilakukan secara cermat. Mulai dari biaya persalinan, susu, popok, hingga pendidikan.
  • Kesehatan: Pastikan kondisi kesehatan ibu dan ayah siap untuk kehamilan dan melahirkan.
  • Karier: Diskusikan dengan pasangan mengenai dampak memiliki anak terhadap karier masing-masing.
  • Dukungan Keluarga: Adanya dukungan dari keluarga besar akan sangat membantu dalam mengasuh anak.

Berapa Jumlah Anak yang Ideal?

Jumlah anak yang ideal adalah relatif dan tergantung pada setiap pasangan. Tidak ada patokan yang baku. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, diantaranya:

  1. Kemampuan Finansial: Semakin banyak anak, semakin besar pula kebutuhan finansial.
  2. Kesehatan Ibu: Kehamilan berulang dapat meningkatkan risiko komplikasi.
  3. Kualitas Waktu: Apakah ksmu memiliki waktu yang cukup untuk memberikan perhatian kepada setiap anak?

“Banyak Anak, Banyak Rezeki” dalam Perspektif Modern

Pro Kontra
Rumah terasa lebih hidup dan ramai Beban finansial yang besar
Ikatan keluarga yang kuat Waktu untuk diri sendiri dan pasangan berkurang
Legasi keluarga Risiko kesehatan ibu meningkat
Mendapatkan teman bermain bagi anak Tantangan dalam mengasuh dan mendidik

Masih ada orang yang percaya bahwa banyak anak tetap bisa mendatangkan rezeki, baik dari segi kebahagiaan maupun dukungan di masa tua.

Banyak orang tua yang merasa bahwa anak-anak adalah anugerah, dan dengan memiliki banyak anak, rumah jadi lebih hidup dan penuh kasih sayang.

Ada juga yang berpendapat bahwa rezeki tidak melulu soal uang. Anak-anak bisa membawa kebahagiaan, dukungan emosional, dan ikatan keluarga yang kuat.

Beberapa orang tua merasa bahwa anak-anak memberikan makna lebih dalam kehidupan mereka dan menjadi motivasi untuk bekerja lebih keras.

Ilustrasi keluarga kecil – Freepik

Pada akhirnya, keputusan untuk memiliki banyak anak atau tidak adalah pilihan pribadi setiap pasangan, tergantung pada nilai-nilai, keyakinan, dan kondisi ekonomi masing-masing.

Di zaman modern ini, pepatah “Banyak anak, banyak rezeki” mungkin masih bisa dipegang oleh sebagian orang, namun dengan perubahan gaya hidup, prioritas, dan tantangan ekonomi, pepatah ini tentu perlu disesuaikan dengan konteks zaman sekarang.

Yang jelas, baik itu memiliki satu, dua, atau banyak anak, yang terpenting adalah memberikan yang terbaik bagi mereka dalam hal kasih sayang, pendidikan, dan perhatian.

Jadi, apakah “Banyak anak, banyak rezeki” masih relevan di era modern? Jawabannya tergantung dari sudut pandang masing-masing!




Mempesona ! Miss Universe 2018 Kunjungi Penderita Sumbing di Bali

Catriona Gray, Miss Universe 2018 dan Duta Global Smile Train Indonesia

Catriona Gray, Miss Universe 2018 dan Duta Global Smile Train Indonesia

BALI, Prolite – Miss Universe 2018 dan Duta Global Smile Train, Catriona Gray mengunjungi para pasien Smile Train yang berkediaman di Bali.

Kunjungan Miss Universe 2018 ini diharapkan bisa memberi suntikan semangat dan energi bagi para pasien sumbing dan keluarganya, dan menguatkan mereka bahwa masa depan cerah adalah milik semua orang termasuk mereka.

“Jika menyangkut hak anak-anak, hati saya selalu terpanggil. Sebagai Miss Universe 2018 dan Duta Global Smile Train, saya mendapatkan kesempatan untuk bersuara lantang untuk kepentingan anak-anak kepada masyarakat luas di seluruh dunia termasuk Indonesia, khususnya bagi anak dengan bibir sumbing. Berkat Smile Train, saya dapat belajar mengenai kondisi sumbing dan tantangan yang menyertainya. Saya dapat menciptakan hubungan dengan pasien dan keluarga, para dokter, pekerja sosial, dan mitra-mitra dengan mendengarkan cerita dan menyaksikan ketangguhan mereka. Pengalaman tersebut sungguh menginspirasi saya setiap saat,” kata Catriona Gray, selaku Miss Universe 2018 dan Duta Global Smile Train Indonesia.

Di Indonesia, terdapat sekitar bayi yang lahir dengan kondisi sumbing setiap tahunnya dengan rata-rata 200 kasus per tahun di Bali.

Jika tidak ditangani segera, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi kesehatan terutama untuk bayi dan anak seperti kesulitan makan, bernapas, mendengar, dan berbicara, keadaan psikologis mereka juga terpengaruh dikarenakan stigma tentang sumbing.

Smile Train Indonesia telah beroperasi sejak 2002 di berbagai bagian Indonesia termasuk Bali dengan menyediakan operasi sumbing 100% gratis untuk para pasien, sekaligus menyediakan dukungan peningkatan kapasitas para tenaga kesehatan lokal dalam memberikan perawatan komprehensif lebih lanjut (Comprehensive Cleft Care – CCC) secara aman dan merata.

CCC terdiri dari operasi, dukungan nutrisi, perawatan gigi, perawatan ortodontik, terapi wicara, dan servis psikososial.

Ruth Monalisa, Senior Program Director Smile Train Indonesia menambahkan senyuman baru dari pasien yang ditemukan setelah menerima perawatan comprehensive cleft care mendorong pihaknya dan para mitra untuk terus berjuang keras untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas layanan kami.

“Kami menghargai usaha bersama dari para pemangku kepentingan, kondisi sumbing sungguh benar-benar berarti dan jadi kunci utama keberhasilan layanan Smile Train. Kami sangat bangga bahwa layanan kesehatan untuk anak dengan sumbing sekarang lebih terjangkau dan aman dan kami akan terus melakukan upaya berkelanjutan termasuk membasmi stigma yang keliru di masyarakat tentang anak dengan kondisi sumbing,” kata Ruth.

Terdapat kasus-kasus dimana anak dengan bibir sumbing dan/atau celah langit-langit mulut mengalami isu kesehatan mental dikarenakan stigma yang menyertai kondisi fisik mereka yang berbeda.

Mereka mengalami ejekan, cibiran, dan pengasingan dari lingkungannya karena kurangnya informasi tentang sumbing. Hal tersebut dapat menyebabkan kurang rasa percaya diri, perasaan malu, rasa benci terhadap diri sendiri, dan rasa putus asa terhadap hidup para pengidap.

Namun, Smile Train Indonesia bersama para mitra termasuk Yayasan Senyum Bali bekerja tak hanya untuk memperbaiki kondisi fisik, namun juga memberi asupan emosional melalui aktivitas yang memungkinkan para pasien untuk menemukan minat dan bakat terpendam di bidang musik atau seni.




Gangguan Mental Sebabkan Stunting

Gangguan Mental

JAKARTA, Prolite – Gangguan mental atau mental emotional disorder yang dialami ibu hamil dan ibu pasca persalinan bisa menyebabkan stunting pada bayi yang dilahirkan. Kondisi stress post partum dan juga baby blues seorang ibu menyebabkan depresi panjang yang berpengaruh terhadap bayinya.

Penyebab stunting tidak hanya oleh faktor fisik semata namun juga karena gangguan mental yang menyebabkan ketidakbahagiaan seorang ibu dalam mengasuh bayinya.

Hal tersebut mengemuka dalam Rapat Pakar Formulasi Model Promosi Nutrisi dan Kesehatan Mental pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Berbasis Posyandu dan Pendamping Keluarga yang digelar oleh komunitas Wanita Indonesia Keren (WIK) bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di auditorium BKKBN Pusat di Jakarta Timur, Sabtu (17/06/2023).

Rapat secara hybrid itu menghadirkan narasumber kunci yakni Kepala BKKBN Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, (K), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmati, S.E,, mantan Menteri Kesehatan Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, Sp.M (K), Anggota Komisi IX DPR-RI Dr. Edy Wuryanto,.,., Dirjen Bina Pemdes Kementerian Dalam Negeri Dr. Eko Prasetyanto Purnomo, ., . MA.

Pertemuan tersebut juga menghadirkan Walikota Semarang Hevearita G. Rahayu yang memiliki program praktik baik (best practice) Rumah Pelita dalam percepatan penurunan stunting di Kota Semarang.

Dalam pembukaan Ketua komunitas Wanita Indonesia Keren Maria Stefani Ekowati mengatakan gangguan kesehatan mental pada orang tua berdampak pada tumbuh kembang anak. Terutama gangguan mental yang terjadi pada hari pertama kehidupan (HPK) bayi yang dilahirkannya.

Berdasarkan penelitian skala nasional, sebanyak 50 hingga 70 persen ibu di Indonesia mengalami gejala minimal-gejala sedang baby blues. Dan ini merupakan angka tertinggi ketiga di Asia.

“Penelitian HCC di Pekan ASI se-Dunia tahun 2022 membuktikan 6 dari 10 ibu menyusui di Indonesia tidak bahagia. Anak yang terlahir dari ibu dengan stress post-partum, maka sebanyak 26 persen mengalami stunting,” kata Maria Ekowati.

Penelitian yang dilakukan oleh Andriati pada 2020, menyimpulkan 32 persen ibu hamil mengalami depresi dan 27 persen depresi post partum. Demikian juga penelitian di Lampung, sebanyak 25 persen mengalami gangguan mental depresi setelah melahirkan.

“Itu sebabnya kami meyakini perlu adanya model promosi kesehatan mental di komunitas dan secara strategis model ini diimplementasikan di tingkat Posyandu dan Tim Pendamping Keluarga,” kata Maria didampingi anggota Dewan Pakar WIK Kristin Samah dan Tim Kerja WIK Dr. dr. Ray W. Basrowi.

Kepala BKKBN Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, (K) mengatakan BKKBN dalam upaya percepatan penurunan stunting memiliki tugas utama untuk mengubah mindset atau perilaku masyarakat. Karena itu, Hasto Wardoyo menyampaikan apresiasi kepada komunitas Wanita Indonesia Keren yang telah melakukan konvergensi percepatan penurunan stunting dari sisi kesehatan mental.

Kompetensi SDM di Posyandu
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam paparannya mengatakan stunting yang merupakan permasalahan gizi kronis harus dicegah dari itu yang dilakukan Kementerian Kesehatan bersifat preventif yakni dari sisi ibu hamil dan bayi di bawah usia dua tahun berupa intervensi gizi.

Budi Gunadi juga menyebutkan intervensi gizi itu dikategorikan ke dalam tiga stadium, yakni satu hingga tiga dengan penanganan mulai dari Puskesmas hingga di rumah sakit.

“Saya yakin dan percaya penangan stunting ini harus dari hulu. Kalau untuk masalah kesehatan jiwa, hulunya apa? Karen itu, kami akan mengintegrasikan kesehatan jiwa secara preventif dalam penanganan stunting,” kata Budi Gunadi.

Menteri PPPA I Gusti Ayu Bintang Darmati mengatakan pentingnya seorang ibu memiliki manajemen stress yang baik, terutama saat hamil dan melahirkan. Manajemen stress ini sangat perlu didukung oleh keluarga, terutama suami.

“Perlu penguatan peran Posyandu untuk mendukung kesehatan mental Ibu,” kata Ayu Bintang.

Anggota Komisi IX DPR-RI Edy Wuryanto mengatakan penanganan stunting tidak bisa dilakukan secara partial namun perlu kerja sama.

Edy secara tegas juga menyebutkan stunting tidak hanya disebabkan persoalan fisik namun juga mental. “Penyebab stunting tidak hanya secara fisik namun juga mental. Kalau kesehatan mental tidak bagus bisa stunting,” kata Edy.

Menurut Edy, basis layanan kesehatan mental perlu dibangun secara tegas di Posyandu-Posyandu. “SDM (sumber daya manusia) di Puskesmas dan Posyandu harus punya kompetensi dan kemampuan penanganan kesehatan jiwa,” ujar Edy.

Sementara itu Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, Sp.M (K) menyampaikan strategi kesehatan mental dalam implementasi penurunan stunting. Prof. Nila menyebutkan pembangunan manusia Indonesia tidak hanya secara fisik, namun juga secara mental.

Prof. Nila juga menekankan pentingnya pemaknaan kesehatan (health belief) dalam penurunan stunting. Peran ibu, menurut Prof. Nila sangat dominan. “Ibu yang sangat responsif dan penuh kasih sayang,” kata Prof. Nila.

Dia juga menyebutkan trauma masa kecil akan berdampak sampai dewasa. Sedangkan kesehatan mental sangat berpengaruh terhadap stunting. “Indonesia sekarang ini sedang menghadapi darurat kesehatan mental,” kata Prof. Nila.(*)




Obesitas pada Anak Sangat Berbahaya

Kasus Obesitas pada Anak

BEKASI, Prolite – Obesitas atau kegemukan merupakan suatu kondisi yang dapat menimpa siapa saja tidak mengenal usia. Beberapa waktu lalu sempat ramai di perbincangkan Fajri anak asal Tanggerang memeiliki berat badan mencapai 300 kilogram.

Kini ada lagi kasus obesitas yang menimpa balita usia 16 bulan yang memiliki berat badan 27 kilogram.

Ahli gizi DR dr Tan Shot Yen mengatakan kondisi obesitas yang dialami balita usia 16 bulan itu mestinya bisa dicegah apabila komunitas masyarakat di lingkungannya berfungsi dengan baik.

“Kenapa ini semua terjadi? Ini yang saya sesali. Mestinya, dalam komunitas-komunitas masyarakat, kan ada posyandu. Jika kehidupan bersosialisasi terjadi dengan baik, maka kasus anak ini tidak akan bablas,” kata Tan dikutip dari .

Dengan kondisi balita mengalami obesitas seharusnya dari tetangganya bisa memberikan saran untuk orang tuan dari Kenzi untuk memeriksakan kondisi anaknya ke puskesmas terdekat.

Kondisi seperti ini sangat di sayangkan sekali pasalnya kondisi obesitas pada balita sangat menghambat perkembangan si balita itu sendiri.

Menurut kesaksian dari ibunda Kenzi bahwasannya berat badan Kenzi terus naik sejak usia enam bulan hingga kini Kenzi berumur 16 bulan berat bedan sudah mencapai 27 kilogram.

Dengan berat badan 27 kilogram Kenzi hanya bisa melakukan aktifitas duduk dan tiduran saja, Kenzi mengalami kesulitan untuk berjalan. Padahal balita seusianya sudah mulai belajar berjalan. (*/ino)

 




4.464 Peserta Didik Dapat KIA

Peserta Didik Dapat KIA

BANDUNG, Prolite – Sebanyak peserta didik di Kota Bandung mendapat Kartu Identitas Anak (KIA) melalui program Kisanak (Pembuatan KIA Kerja Sama dengan Sekolah Anak).

Ribuan KIA tersebut diserahkan oleh Pelaksana Harian Wali Kota Bandung, Ema Sumarna kepada para peserta didik di Kota Bandung di SDN 001 Merdeka, Senin (12/6/2023).

Penyerahan Kartu Identitas Anak ini merupakan bentuk komitmen Pemkot Bandung memenuhi hak anak atas identitas diri serta mengakses administrasi kependudukan.

“Alhamdulillah dalam sisi administrasi usia 0-17 tahun, negara sudah menyiapkan administrasi kependudukan. Ini sangat penting mereka diberikan KIA yang tentu fungsinya sama dengan KTP, supaya mereka tahu mereka punya identitas,” katanya.

Kota Bandung, kata Ema, tengah mengejar target pembuatan Kartu Identitas Anak dengan berbagai program. Saat ini realisasi pembuatan KIA di Kota Bandung sudah mencapai 48 persen dari target nasional sebesar 50 persen

“Kita baru 48 persen dari jumlah seluruh anak PAUD – SMP. Kita belum mencapai target nasional 50 persen. Saya minta disduk masifkan PAUD-SMP diakselerasi kita targetkan 2024 semua selesai,” ujarnya.

Ema mendorong para guru untuk terus menyosialisasikan fungsi dan manfaat Kartu Identitas Anak kepada anak didiknya.

“Sosialisasikan oleh guru kepada siswa supaya mereka tahu kartu ini penting. Kepala sekolah untuk terus mengingatkan bagaimana fungsi dari kartu ini,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Bandung, Tatang Mukhtar mengatakan, sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Kartu Identitas Anak, sejak akhir tahun 2016 hingga saat ini, Disdukcapil Kota Bandung terus gencar melaksanakan sosialisasi dan pelayanan KIA bagi penduduk Kota Bandung.

Hingga Juni 2023, sebanyak KIA telah di terbitkan dari total anak atau mencapai 48 persen. Untuk itu pihaknya terus melakukan akselerasi guna mencapai target nasional 50 persen.

“Insyaallah tahun ini target 50 persen akan terpenuhi. Mudah-mudahan di tahun depan kita terus akselerasi hingga mencapai 100 persen,” kata Tatang.

Disdukcapil Kota Bandung memfasilitasi pelayanan KIA dengan berbagai cara, seperti pengadaan Mepeling (Memberikan Pelayanan Keliling) KIA ke sekolah-sekolah dan lembaga terkait, layanan di Geulis (Gerai untuk Layanan Istimewa).

Selain itu ada layanan program three in one (3 in 1) dengan lembaga kesehatan seperti Rumah Sakit dan IBI (Ikatan Bidan Indonesia), hingga pelayanan KIA secara online melalui aplikasi Salaman.

Ia mengungkapkan, melalui berbagai program dan inovasi pelayanan tersebut diharapkan dapat memberikan kemudahan akses bagi masyarakat, khususnya para peserta didik di Kota Bandung untuk mendapatkan KIA.

“Dengan demikian, secara bertahap dokumen identitas kependudukan bagi anak di Kota Bandung dapat terpenuhi,” ujarnya.(kai)




Metode Sleep Training pada Bayi

Prolite – Istilah Sleep Training atau melatih bayi untuk tidur sendiri selama beberapa jam dan terjadwal. Bayi membutuhkan sekitar 3 hingga 6 bulan untuk mengembangkan jam tidur internal, atau ritme sirkadian.

Dengan begitu, bayi secara alami tidur lebih banyak di malam hari, dan lebih banyak terjaga di siang hari. Untuk melatih hal tersebut dan agar orang tua pun bisa tidur nyenyak di malam hari, maka sleep training mungkin diperlukan.

Tujuan dari sleep training adalah agar bayi merasa nyaman tidur selama beberapa jam sepanjangan malam dengan sendirinya. Jika mereka bangun, mereka akan belajar menenangkan diri dan tertidur kembali.

Para peneliti menemukan beberapa metode sleep training. Namun, ingatlah tidak ada metode yang cocok untuk semua orang. Jika satu metode tidak berhasil, maka jangan menyerah, melainkan segera beralih ke metode lainnya. Ingat juga, tidak ada cara yang salah atau benar yang dilakukan, semuanya tergantung pada kesabaran dan konsistensi ayah dan ibu.

Metode Sleep Training pada Bayi yang Dapat Diterapkan

  1. Cry-It-Out Method

Metode ini dilakukan dengan membiarkan bayi berbaring di tempat tidur dan menangis sendiri saat mereka bangun di malam hari, daripada menggendongnya untuk menenangkannya. Penelitian menunjukkan bahwa, seiring waktu, bayi mulai lebih jarang menangis setelah ia dibiarkan menangis.

  1. Menangis terkendali

Metode sebelumnya mengharuskan orang tua untuk mengabaikan semua tangisan, kecuali jika seorang anak sakit atau terluka. Namun, metode tangisan terkontrol ini dilakukan dengan mengabaikan tangisan bayi untuk jangka waktu tertentu dan secara bertahap meningkatkan jangka waktunya.

  1. Camping out method

Metode selanjutnya yaitu camping out method. Metode ini memungkinkan orang tua untuk memasuki kamar saat bayi menangis, sebagai respon terhadap tangisan. Orang tua juga bisa tidur di kamar bayi, tapi harus sedikit bicara dan tidak menggendong bayi.

  1. Bedtime Fading

Cara ini dilakukan dengan menidurkan bayi secara progresif lebih awal atau lebih lambat setiap malam, sampai Si Kecil mencapai waktu tidur yang diinginkan. Seiring berjalan waktu, jumlah bayi terbangun di malam hari akan berkurang hingga akhirnya tidak ada sama sekali.

Itulah yang perlu diketahui tentang manfaat sleep training  bagi bayi dan orang tua. (*/Ino)

 




Faktor Penyebab Kanker pada Anak

Prolite – Banyak Penyebab yang dapat menimbulkan penyakit kanker pada anak. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kanker pada anak salah satunya yaitu faktor lingkungan. Maka dari itu para orang tua harus sigap mengetahui sejak dini tanda-tandanya terkena kanker pada anaknya.

Kanker, setelah mendengar kata itu pasti semua akan berfikiran ini adalah penyakit yang serius dan akan sulit untuk disembuhkan. Untuk pengobatan kanker emang susah-susah gampang gimana dari jenis kankernya.

Namun jangan salah sangka kanker bukan hanya menyerang orang dewasa tapi kanker juga dapat menyerang pada anak-anak. Kanker akan lebih fatal jika menyerang anak-anak. Pasalnya imun tubuh pada anak belum terbentuk sempurna.

Berikut ini beberapa gejala kanker pada anak:

  1. Perdarahan Tanpa Sebab Jelas

Mimisan adalah jenis perdarahan yang kerap dialami anak yang mengidap kanker. Munculnya perdarahan ini terjadi karena pembuluh darah yang berada pada bagian depan hidung masih terlalu tipis. Jika hidung si kecil sering berdarah paling tidak 4–5 kali sebulan, bisa jadi ini merupakan gejala kanker. Hati-hati, sebaiknya ibu segera memeriksakannya ke dokter.

  1. Luka yang Tidak Kunjung Sembuh

Terkadang mereka bisa mengalami luka atau lecet ketika bermain. Namun, jika mereka mengalami luka dan tak kunjung sembuh, ibu harus memeriksakan lukanya ke dokter. Karena, ada kemungkinan bahwa luka tersebut adalah peringatan gejala kanker pada anak.

  1. Pembesaran Kelenjar Getah Bening

Pembesaran kelenjar getah bening bisa menjadi gejalakanker. Pembengkakan bisa terjadi di bagian leher, ketiak, pangkal paha, dada, perut, atau bagian tubuh lainnya yang terdapat kelenjar getah bening.

  1. Turun Berat Badan Tanpa Sebab Jelas

Jika anak tiba-tiba kehilangan berat badan padahal tidak ada perubahan pada menu makanannya atau dia tidak sedang menjalani program olahraga tertentu, segeralah periksakan diri pada dokter.

  1. Sesak Napas

Sesak napas atau kesulitan bernapas pada anak bisa menjadi tanda penyakit serius. Sebanyak 40 persen tanda dini leukemia pada anak adalah sesak napas.

  1. Adanya Benjolan pada Tubuh

Gejala kanker pada anak lainnya yang harus diperhatikan adalah timbulnya benjolan pada tubuh anak. Benjolan tersebut bisa muncul di perut anak. Bahkan, benjolan tersebut bisa muncul di tempat-tempat yang tidak biasa di tubuh anak.

  1. Sakit Kepala

Sakit kepala merupakan hal yang wajar terjadi. Bahkan, sakit kepala sering dianggap sebagai penyakit ringan. Jika sakit kepala menyerang anak terus-menerus tanpa henti, bisa saja itu menjadi gejala kanker pada anak yang harus diwaspadai oleh orangtua.

  1. Sering Muntah

Muntah di pagi hari yang disertai sakit kepala adalah salah satu gejala kanker yang paling umum. Muntah dan sakit kepala biasanya menandai adanya kanker otak dan kanker sarkoma jaringan lunak.

  1. Tulang Terasa Sakit

Nyeri tulang merupakan salah satu gejala kanker pada anak. Nyeri tulang bisa menjadi indikasi neuroblastoma, yaitu kanker yang umum terjadi di kelenjar adrenal.

  1. Demam Tanpa Sebab Jelas

Demam juga merupakan penyakit yang biasa menyerang anak-anak. Namun, jika anak sering demam tanpa sebab yang jelas, orang tua harus mewaspadainya.

Itulah gejala-gejala kanker pada anak yang wajib ibu waspadai. Oleh karena faktor lingkungan menjadi salah satu penyebab kanker pada anak, pastikan untuk menjaganya dari hal-hal yang mengaktifkan sel-sel kanker di dalam tubuhnya. Hindarkan pula Si Kecil dari paparan asap rokok, asbes di rumah, dan radiasi. (*/ino)

 




Isu Penculikan Anak Marak, Disdik: Waspada!

BANDUNG, Prolite – Sub Koordinator Kelembagaan dan Peserta Didik SD Dinas Pendidikan Kota Bandung Risman Al Isnaeni menyampaikan antisipasi aksi penculikan anak. Setiap sekolah diminta meningkatkan kewaspadaan dan setiap sekolah segera mengedukasi baik kepada siswa mau pun orang tua.

Sub Koordinator Kelembagaan dan Peserta Didik SD Dinas Pendidikan Kota Bandung, Risman Al Isnaeni.

“Sebagaimana menghadapi isu ini juga menjelaskan kepada siswa jika ada orang yang tidak dikenal tidak boleh ikut jika ada yang ngasih sesuatu dari orang yang tidak dikenal tidak boleh diterima. Edukasinya hampir tiap hari, kemarin diawal isu penculikan guru-guru menyampaikan kepada siswa mau pun orang tuanya. Itu dari semua jenjang dari mulai TK-SMA,” ucap Risman usai Bandung Menjawab, di Taman Dewi Sartika, Kamis (9/2/2023).

Masih kata Risman, sejauh ini laporan kasus penculikan anak ke Disdik memang ada tapi saat dilakukan konfirmasi ternyata bukan kasus penculikan melainkan masalah keluarga.

“Misalnya si anak tersebut dari keluarga broken home kejadian itu terjadi di Buahbatu di SD Pamoyanan, yang tadinya tinggal dengan ayahnya ternyata tinggal di rumah ibunya. Yang SMP juga sama kasusnya seperti itu. Kurang lebih ada 2 atau 3 laporan kasus sama,” ucapnya.

Disinggung soal kekhawatiran dan keresahan orang tua, kata Risman pasti ada akan tetapi pihaknya juga mengantisipasi dengan memberikan edukasi agar jangan terlalu khawatir tapi harus meningkatkan kewaspadaan.

“Anak-anak justru disarankan diantar jemput dan bagi kelas kecil seperti TK dan 1 SD itu disarankan dan diwajibkan untuk dijemput. Pelatihan khusus memang tidak ada, akan tetapi di WA grup kepala sekolah itu dishare bagaimana menghadapi penculikan misalnya ada yang kakinya dipegang, yang khusus tidak ada. Tapi informasi seperti itu disampaikan kepada peserta didik,” paparnya.

Sedang kasus pelecehan terhadap anak yang kini mulai ramai, pihaknya mengaku terus berupaya meningkatkan bagaimana memberikan edukasi melalui parenting antara orang tua dan guru.

“Sanksi untuk guru yang melakukan pelecehan, jelas ada regulasinya tersendiri kita akan berpaku pada regulasi. Sejauh ini tidak ada laporan kalau yang lampau-lampau ada itu sudah disanksi. Sanksi paling berat ada yang sampai diberhentikan,” tutupnya. (kai)