Mengapa Anak Menjadi Pemalu? Sebuah Penjelajahan Mendalam

Pemalu

Prolite – Anak Pemalu : Wajar atau Perlu Penanganan? Yuk, Jelajahi Alasannya!

Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa satu anak sangat terbuka dan mudah bergaul, sedangkan anak lainnya lebih suka menyendiri? 

Perbedaan kepribadian ini tentu saja menarik untuk dipelajari. Pemalu adalah sifat yang umum ditemukan pada anak-anak. 

Namun, apa sebenarnya yang menyebabkan seorang anak menjadi pemalu? Mari kita telusuri lebih dalam akar penyebabnya!

Pemalu: Lebih dari Sekadar Sifat

Pemalu, dalam konteks anak-anak, seringkali didefinisikan sebagai sikap enggan untuk bersosialisasi, takut akan penilaian orang lain, dan kesulitan untuk mengekspresikan diri. Perilaku ini bisa terlihat dalam berbagai bentuk, seperti:

  1. Menghindari interaksi sosial: Lebih suka bermain sendiri daripada bersama teman sebaya.
  2. Merasa gugup di tempat umum: Cenderung diam dan mengamati daripada ikut berpartisipasi.
  3. Takut membuat kesalahan: Sangat khawatir akan penilaian negatif dari orang lain.

Pemalu: Pandangan Berbeda di Berbagai Budaya

Menariknya, sikap pemalu atau sifat pendiam memiliki arti yang berbeda-beda tergantung budaya yang dianut seseorang.

Apa yang dianggap sebagai kepribadian pemalu dalam satu budaya, bisa jadi memiliki arti atau makna yang berbeda dalam budaya lain.

Di beberapa budaya, sifat ini dianggap positif, bahkan dihargai, sementara di budaya lainnya, sifat ini dipandang sebagai sesuatu yang perlu diatasi.

Yuk, kita lihat bagaimana pandangan yang bervariasi di berbagai belahan dunia.

Tanda Kerendahan Hati dan Sopan Santun

  • Budaya Asia Timur
    Di negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok, sifat ini sering dianggap sebagai tanda kerendahan hati dan sopan santun. Dalam budaya ini, berbicara atau bertindak terlalu percaya diri sering kali dianggap tidak sopan. Seseorang yang pendiam biasanya dipandang sebagai pribadi yang menghormati orang lain, dan kualitas ini sangat dihargai dalam interaksi sosial. Di Jepang, misalnya, sikap yang terlalu terbuka atau “menonjol” tidak selalu dianggap positif, dan sikap pendiam malah bisa menunjukkan rasa hormat terhadap norma sosial.
  • Budaya Timur Tengah
    Di beberapa komunitas di Timur Tengah, terutama pada konteks perempuan, berpura-pura pemalu seringkali dianggap sebagai bentuk kehormatan dan kesopanan. Sifat ini juga dikaitkan dengan nilai keluarga, karena seseorang yang pemalu dianggap lebih menjaga diri dalam berinteraksi dengan orang lain, terutama dengan lawan jenis.

Kelemahan yang Perlu Diatasi

  • Budaya Barat (Amerika Serikat dan Eropa Barat)
    Di banyak negara Barat, seperti Amerika Serikat, Kanada, dan beberapa negara Eropa Barat, sifat ini sering dianggap sebagai kelemahan. Budaya Barat cenderung menghargai individualisme dan keterbukaan, sehingga seseorang yang cenderung pendiam sering kali dianggap kurang percaya diri. Di lingkungan kerja atau akademik, kemampuan berbicara dengan percaya diri, bahkan di depan umum, dianggap sebagai aset penting. Di sini, sifat ini sering dipandang sebagai hambatan yang bisa mengurangi kesempatan seseorang untuk berkembang.
  • Budaya Australia dan Selandia Baru
    Di Australia dan Selandia Baru, sifat yang ramah dan terbuka sangat dihargai, terutama di lingkungan pergaulan dan pekerjaan. Budaya di negara-negara ini cenderung menilai seseorang yang pemalu sebagai pribadi yang sulit untuk berada di dekat atau diajak kerja sama, dan karenanya kurang ideal dalam pergaulan sosial.

Penyebab Anak Menjadi Pemalu

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan seorang anak menjadi pemalu. Beberapa penyebab umum antara lain:

  • Merasa insecure: Anak-anak yang merasa tidak cukup baik atau berbeda dari teman-temannya cenderung menarik diri.
  • Orang tua overprotektif: Perlindungan yang berlebihan dapat membuat anak kurang percaya diri untuk menghadapi tantangan baru.
  • Orang tua tidak tertarik pada anak: Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua dapat membuat anak merasa tidak berharga.
  • Kritik, ejekan, dan ancaman: Pengalaman negatif seperti ini dapat meninggalkan bekas psikologis yang dalam.
  • Teacher’s pet: Tekanan untuk selalu menjadi yang terbaik dapat membuat anak merasa terbebani dan takut gagal.
  • Konsistensi yang kurang: Perubahan suasana hati atau aturan yang sering berubah dapat membuat anak merasa tidak aman.
  • Self-label: Ketika seorang anak terus-menerus diberi label pada diri “pemalu”, mereka cenderung mempercayai label tersebut dan berperilaku sesuai.

Dampak Pemalu pada Anak

Agorafobia pada Anak-anak dan Remaja

Sifat pemalu pada anak dapat berdampak jangka panjang pada perkembangan sosial dan emosional mereka. Anak yang pemalu mungkin mengalami kesulitan dalam:

  • Membangun hubungan: Sulit untuk berteman dan menjalin hubungan yang berarti.
  • Mengembangkan kepercayaan diri: Merasa tidak mampu dan kurang percaya pada kemampuan diri sendiri.
  • Mencapai potensi penuh: Takut untuk mengambil risiko dan mencoba hal-hal baru.

Sifat pemalu pada anak adalah fenomena yang kompleks dengan berbagai penyebab. Penting bagi orang tua dan lingkungan sekitar untuk memahami akar penyebabnya dan memberikan dukungan yang tepat. 

Meskipun sifat ini dapat menjadi tantangan, ada banyak hal yang dapat dilakukan orang tua dan guru untuk membantu anak mengatasi rasa malunya.

Dengan pendekatan yang tepat, anak dapat tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan masa depan gemilang. Semoga artikel ini membantu!




Mencegah Agorafobia di Kalangan Anak dan Remaja: Kenali Gejala dan Faktor Risikonya

Agorafobia pada Anak-anak dan Remaja

Prolite – Bagaimana terjadinya Agorafobia pada Anak-anak dan Remaja? Kenali Faktor dan Cara Mencegahnya!

Bicara soal fobia, agorafobia sering kali terdengar sebagai ketakutan orang dewasa. Tapi tahukah kamu kalau anak-anak dan remaja juga bisa mengalaminya?

Agorafobia pada usia muda sering kali berkembang tanpa kita sadari, padahal kondisi ini bisa berdampak besar pada tumbuh kembang dan kehidupan sosial mereka.

Yuk, kita pelajari lebih jauh tentang agorafobia pada anak-anak dan remaja, faktor pemicunya, dan cara mencegahnya!

Faktor-faktor yang Bisa Memicu Agorafobia pada Anak-anak dan Remaja

Pada artikel di sini, kita sudah membahas apa itu Agorafobia, fobia ini tidak muncul begitu saja. Ada beberapa faktor yang dapat memicu gangguan ini, terutama pada anak-anak dan remaja yang sedang dalam tahap pembentukan diri. Berikut beberapa faktor penyebabnya:

  1. Pola Asuh yang Protektif LebihanKetika orang tua terlalu melindungi anaknya dari segala hal yang dianggap berbahaya, anak tersebut cenderung merasa tidak siap menghadapi tantangan di luar. Pola asuh yang terlalu protektif ini bisa membuat anak tumbuh dengan rasa takut berlebihan terhadap dunia luar. Mereka mulai merasa cemas jika harus menghadapi hal-hal yang tidak bisa mereka kendalikan atau situasi baru yang tidak ada dalam zona nyaman mereka.
  2. Trauma Masa KecilAnak-anak yang mengalami trauma, seperti kehilangan orang yang mereka sayangi, kecelakaan, atau bahkan pengalaman yang berputar-putar di tempat umum, bisa lebih rentan mengalami agorafobia. Pengalaman-pengalaman traumatis ini sering kali membuat anak merasa bahwa dunia luar itu berbahaya dan sulit dihadapi.
  3. Pengaruh Lingkungan dan Sosial MediaDi era digital, anak-anak dan remaja lebih sering mendapatkan informasi dari media sosial. Berita atau cerita tentang kejadian-kejadian negatif di luar sana dapat mempengaruhi cara pandang mereka terhadap dunia luar, sehingga mereka mulai merasa cemas dan enggan keluar rumah. Terlebih lagi jika ada teman-teman sebaya yang juga memiliki ketakutan serupa, hal ini bisa semakin memperkuat kecemasan mereka.
  4. Kecenderungan Genetik dan Gangguan Kecemasan LainBeberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan kecemasan, termasuk agorafobia, bisa saja bersifat genetik. Artinya, jika ada anggota keluarga dengan riwayat gangguan kecemasan, anak atau remaja tersebut berpotensi mengembangkan agorafobia atau fobia lain. Selain itu, mereka yang telah mengalami gangguan kecemasan lain, seperti gangguan panik atau fobia sosial, juga lebih rentan terhadap agorafobia.

Tips untuk Orang Tua dan Pendidik dalam Membantu Anak Mengatasi Kecemasan

Kecemasan yang berlebihan pada anak-anak dan remaja bisa diatasi dengan cara yang positif, terutama jika dilakukan dengan dukungan orang tua dan pendidik.

Berikut beberapa tips untuk membantu anak-anak menghadapi ketakutan dan kecemasan mereka:

  1. Dorong Kemandirian Secara BertahapBiarkan anak mencoba hal-hal baru, seperti bermain di luar dengan teman atau ikut dalam kegiatan ekstrakurikuler. Pastikan anak mengetahui bahwa mereka dapat meminta bantuan jika diperlukan, tetapi berikan kesempatan bagi mereka untuk berusaha sendiri terlebih dahulu.
  2. Ajarkan Teknik RelaksasiLatih anak-anak dengan teknik pernapasan atau meditasi sederhana yang bisa membantu mereka menenangkan diri saat merasa cemas. Misalnya, ajari mereka menarik napas dalam-dalam, menahan beberapa detik, lalu mengeluarkan napas perlahan. Teknik ini sederhana namun sangat efektif dalam mengatasi perasaan cemas.
  3. Jadilah Role Model yang PositifAnak-anak belajar banyak dari orang tua dan guru. Jika mereka melihat orang dewasa di sekitarnya bisa menghadapi situasi dengan tenang, mereka cenderung mencontohkan sikap tersebut. Tidak adanya pada mereka bahwa ketakutan dan kecemasan adalah hal yang normal, dan semua orang bisa belajar mengatasinya.
  4. Kenalkan Mereka di Dunia Luar Secara BertahapJika anak memiliki ketakutan terhadap tempat ramai atau situasi sosial tertentu, coba ajak mereka menghadapinya secara bertahap. Mulailah dengan situasi yang lebih sederhana, seperti berjalan-jalan di taman atau ikut acara kecil di lingkungan sekitar, sebelum akhirnya memperkenalkan mereka pada situasi yang lebih menantang.
  5. Dukung Mereka dalam Mengeksplorasi Minat dan BakatMenceritakan minat dan bakat bisa membantu anak membangun rasa percaya diri. Saat mereka menemukan hal-hal yang disukai dan mahir melakukannya, mereka akan lebih siap menghadapi dunia luar karena sudah memiliki “zona nyaman” yang mereka kuasai.

Pentingnya Deteksi Dini dan Intervensi

Mengenali tanda-tanda awal agorafobia bisa menjadi langkah penting dalam pencegahan. Jika anak atau remaja menunjukkan tanda-tanda ketakutan yang berlebihan terhadap tempat umum atau situasi sosial, segera beri perhatian khusus.

Beberapa tanda yang perlu diwaspadai, seperti sering menghindar saat diajak pergi keluar, merasa cemas berlebihan di tempat ramai, atau terus-menerus mencari perlindungan dari orang dewasa.

Intervensi awal sangat penting untuk mencegah agorafobia menjadi gangguan yang lebih serius di masa depan.

Konsultasi dengan psikolog atau terapis yang ahli dalam masalah kecemasan bisa membantu anak-anak dan remaja mengatasi ketakutan mereka secara sehat.

Dengan bantuan profesional, anak dapat belajar cara berpikir dan bertindak positif saat menghadapi situasi yang menakutkan.

Membantu anak-anak dan remaja mengatasi agorafobia bukanlah tugas yang mudah, tetapi sangat mungkin dilakukan dengan dukungan penuh dari keluarga dan lingkungan sekitar.

Mari kita ciptakan lingkungan yang aman dan penuh kasih sayang, di mana anak-anak merasa nyaman untuk menjelajahi dunia luar.

Jangan ragu untuk mendengarkan dan mendukung mereka dalam setiap langkah, karena kepercayaan diri mereka adalah kunci utama agar mereka berani menghadapi dunia.

Jika ada anak-anak atau remaja di sekitar kita yang menunjukkan tanda-tanda agorafobia, yuk, bantu mereka dengan memberikan dukungan terbaik!




Peran Penting Figur Ayah dalam Perkembangan Anak: Lebih dari Sekadar Pelindung!

Figur Ayah

Prolite – Peran Penting Figur Ayah dalam Perkembangan Anak: Lebih dari Sekadar Pelindung!

Bicara soal peran orang tua, biasanya sosok ibu sering kali lebih sering dibahas. Padahal, ayah juga punya pengaruh besar lho dalam perkembangan anak.

Nggak cuma soal memberi nafkah atau menjadi pelindung, ayah punya peran penting yang nggak kalah krusial dalam membentuk karakter, emosi, hingga kesuksesan anak di masa depan.

Nah, kalau kamu penasaran kenapa peran seorang ayah itu penting banget, yuk kita bahas lebih dalam tentang bagaimana ayah berkontribusi terhadap perkembangan anak, baik secara emosional, sosial, maupun akademis.

Plus, apa sih dampaknya kalau anak kehilangan sosok ayah dalam hidupnya? Let’s dive in!

Peran Figur Ayah dalam Perkembangan Emosional Anak

 

Ayah nggak cuma berperan sebagai ‘pemberi aturan’, tapi juga menjadi sosok penting yang bisa memberikan dukungan emosional. Interaksi antara ayah dan anak sering kali membangun pondasi yang kuat bagi anak dalam menghadapi dunia luar.

Ketika ayah memberikan perhatian, kasih sayang, dan dukungan, anak akan merasa lebih percaya diri dan nyaman dalam mengekspresikan emosi mereka.

Kehadiran ayah yang aktif juga bisa membuat anak lebih stabil secara emosional. Anak-anak yang punya hubungan baik dengan ayahnya cenderung lebih mudah mengelola stres dan kecemasan.

Nggak heran, anak yang sering menghabiskan waktu berkualitas dengan ayah biasanya lebih jarang mengalami masalah emosional seperti kecemasan berlebih atau depresi di masa remaja dan dewasa.

Peran Figur Ayah dalam Perkembangan Sosial Anak

Nggak cuma dari segi emosi, peran ayah juga berpengaruh besar dalam perkembangan keterampilan sosial anak. Anak-anak yang tumbuh dengan sosok ayah yang mendukung biasanya lebih baik dalam berhubungan dengan teman-temannya.

Mereka belajar bagaimana cara berkomunikasi, berbagi, dan bahkan memahami batasan sosial dari ayah mereka.

Ayah juga sering menjadi contoh model perilaku yang baik bagi anak-anaknya, terutama bagi anak laki-laki. Anak akan meniru bagaimana ayahnya berinteraksi dengan orang lain, menunjukkan rasa hormat, tanggung jawab, dan kerja sama.

Sementara bagi anak perempuan, ayah bisa menjadi gambaran awal tentang bagaimana mereka seharusnya diperlakukan oleh laki-laki di luar sana.

Interaksi yang sehat antara ayah dan anak membuat anak lebih mudah beradaptasi di lingkungan sosial.

Mereka tumbuh dengan pemahaman yang baik tentang hubungan interpersonal, sehingga saat dewasa, mereka cenderung lebih stabil dalam menjalin hubungan romantis, pertemanan, atau hubungan profesional.

Peran Figur Ayah dalam Perkembangan Akademis Anak

Siapa bilang peran ayah nggak ada hubungannya dengan prestasi akademis anak? Faktanya, keterlibatan ayah dalam pendidikan anak bisa mempengaruhi performa mereka di sekolah!

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapat dukungan dari ayah mereka, baik dalam hal bimbingan belajar maupun dorongan moral, cenderung lebih sukses secara akademis.

Keterlibatan ayah bisa berbentuk sederhana, misalnya membantu mengerjakan PR, membacakan buku cerita, atau sekadar memotivasi anak untuk mengejar cita-cita mereka.

Kehadiran ayah sebagai sosok yang peduli terhadap pendidikan anak bisa membuat anak lebih termotivasi dan memiliki pandangan positif terhadap sekolah.

Anak-anak yang merasa didukung oleh ayahnya sering kali lebih disiplin, lebih fokus dalam belajar, dan lebih termotivasi untuk mencapai hasil terbaik.

Selain itu, ayah yang terlibat dalam aktivitas sekolah anaknya, seperti datang ke acara sekolah atau berdiskusi dengan guru, bisa menunjukkan kepada anak bahwa pendidikan adalah hal yang penting.

Dampak Kehilangan Figur Ayah pada Anak

Sayangnya, tidak semua anak memiliki keberuntungan untuk tumbuh dengan kehadiran ayah di sisi mereka. Kehilangan figur ayah, baik karena perceraian, kematian, atau ketidakhadiran emosional, bisa berdampak cukup besar terhadap berbagai aspek kehidupan anak.

Anak yang tumbuh tanpa figur ayah sering kali mengalami kesulitan emosional yang lebih besar. Mereka mungkin merasa kehilangan dukungan, cenderung kurang percaya diri, dan lebih rentan terhadap masalah mental seperti kecemasan dan depresi.

Dari segi sosial, anak-anak yang tumbuh tanpa ayah mungkin mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya. Mereka cenderung lebih sulit mempercayai orang lain atau merasa lebih tidak aman dalam hubungan sosial.

Dalam hal akademis, anak yang kehilangan sosok ayah juga berisiko mengalami penurunan prestasi. Tanpa dukungan dan dorongan dari ayah, anak-anak mungkin merasa kurang termotivasi atau mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan emosi dan akademis.

Setelah melihat bagaimana peran ayah dalam berbagai aspek kehidupan anak, nggak heran kan kalau sosok ayah punya pengaruh yang sangat besar?

Jadi, buat para ayah di luar sana, yuk terus berikan yang terbaik untuk anak-anak kalian! Luangkan waktu, tunjukkan perhatian, dan selalu ada untuk mereka.

Karena bagaimanapun juga, kehadiran kalian bukan cuma soal memberikan nafkah, tapi juga membangun fondasi yang kuat untuk masa depan mereka.

Dan buat kamu yang masih beruntung memiliki figur ayah di hidupmu, jangan lupa untuk selalu menghargai dan merayakan peran besar mereka dalam hidupmu. Karena pada akhirnya, ayah adalah sosok yang tak tergantikan!

Jangan ragu untuk mulai membangun hubungan lebih dekat dengan ayahmu atau, jika kamu seorang ayah, jadilah figur penting yang selalu diingat anakmu di masa depan!




Fakta Menarik di Balik Game Online: Bagaimana Pengaruhnya Terhadap Kognisi Anak?

Game Online

Prolite – Di era digital seperti sekarang, anak-anak sudah tak asing lagi dengan berbagai jenis game online yang bisa diakses hanya dengan ponsel atau tablet.

Bagi sebagian orang tua, game online kerap dianggap sebagai musuh perkembangan anak. Namun, apakah benar demikian?

Faktanya, tak semua pengaruh game online buruk. Ternyata, game online juga bisa berperan dalam perkembangan kognitif anak, asal dengan durasi yang tepat.

Dalam artikel ini, kita akan mengulas lebih dalam tentang bagaimana game online bisa memengaruhi kemampuan kognitif anak, dampak negatif dari durasi bermain yang terlalu lama, serta memberikan tips untuk orang tua dalam memantau aktivitas game anak mereka. Yuk, simak selengkapnya!

Pengaruh Game Online terhadap Perkembangan Kognitif Anak

Tahukah kamu? Ternyata, bermain game online tidak hanya soal hiburan belaka. Banyak studi menunjukkan bahwa game online juga dapat merangsang perkembangan kognitif anak dalam beberapa aspek berikut:

  1. Pemecahan Masalah (Problem Solving):
    Game yang berbasis strategi dan teka-teki memerlukan kemampuan anak untuk berpikir logis dan strategis. Misalnya, dalam game yang melibatkan misi atau tantangan, anak harus memikirkan langkah-langkah yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Hal ini mengasah kemampuan mereka dalam menyusun rencana dan memecahkan masalah dengan cara yang lebih kreatif.
  2. Memori dan Konsentrasi:
    Beberapa game menuntut pemain untuk mengingat pola, petunjuk, atau lokasi tertentu. Aktivitas ini ternyata dapat meningkatkan daya ingat anak dan melatih mereka untuk lebih fokus pada suatu tugas. Kemampuan mengingat detail kecil dalam game juga bisa berdampak pada memori jangka pendek dan panjang mereka.
  3. Kemampuan Berpikir Kritis:
    Dalam game online, anak sering kali dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan cepat dan akurat. Mereka harus mempertimbangkan risiko dan peluang sebelum mengambil keputusan. Ini membantu melatih kemampuan berpikir kritis mereka, yang nantinya bisa berguna di kehidupan nyata.

Dampak Negatif Durasi Bermain Game yang Berlebihan

Meskipun ada manfaat positifnya, bermain game online terlalu lama juga bisa membawa dampak negatif, terutama jika durasinya tidak terkontrol. Apa saja dampaknya?

  1. Kesehatan Mental dan Fisik:
    Bermain game berjam-jam tanpa jeda bisa memengaruhi kesehatan fisik anak. Mereka mungkin mengalami kelelahan mata, postur tubuh yang buruk, dan dalam jangka panjang, dapat meningkatkan risiko obesitas akibat kurangnya aktivitas fisik. Selain itu, game online juga dapat membuat anak cenderung menarik diri dari interaksi sosial di dunia nyata, yang dapat memengaruhi perkembangan emosional mereka.
  2. Gangguan Tidur:
    Anak-anak yang bermain game hingga larut malam cenderung memiliki masalah tidur, seperti insomnia. Kurang tidur bisa berdampak pada suasana hati dan kemampuan anak untuk berkonsentrasi di sekolah.
  3. Kecanduan:
    Durasi bermain yang tidak terkontrol dapat menyebabkan anak kecanduan game online. Ini bisa mengganggu rutinitas harian mereka, seperti belajar, bersosialisasi, atau bahkan waktu makan. Kecanduan game juga bisa menyebabkan anak merasa lebih mudah stres dan frustrasi ketika tidak berhasil mencapai target dalam permainan.

Panduan untuk Orang Tua: Berapa Lama Anak Boleh Bermain Game?

Sebagai orang tua, penting untuk memahami bahwa game bisa memberikan manfaat kognitif, tetapi durasinya tetap harus dikontrol. Berikut beberapa tips untuk memantau aktivitas bermain game anak:

  1. Durasi Ideal:
    Menurut American Academy of Pediatrics, anak-anak usia 6 tahun ke atas sebaiknya menghabiskan waktu maksimal 1 hingga 2 jam per hari di depan layar, termasuk waktu bermain game online. Lebih dari itu, dapat berdampak pada kesehatan mereka secara keseluruhan.
  2. Tetapkan Batas Waktu:
    Orang tua bisa membuat kesepakatan dengan anak mengenai durasi bermain game. Misalnya, mereka hanya boleh bermain setelah menyelesaikan pekerjaan rumah atau pada jam tertentu di akhir pekan.
  3. Aktivitas Alternatif:
    Ajak anak untuk melakukan aktivitas fisik atau sosial lainnya agar mereka tidak hanya terpaku pada layar. Bermain di luar rumah, berolahraga, atau melakukan hobi lain bisa menjadi alternatif yang baik untuk mengimbangi waktu bermain game.
  4. Pantau Jenis Game:
    Tidak semua game online cocok untuk anak-anak. Pastikan bahwa game yang dimainkan sesuai dengan usia mereka dan tidak mengandung konten yang tidak pantas. Anda juga bisa mencari game edukatif yang membantu meningkatkan keterampilan anak.

Game Online, Kawan atau Lawan?

Pada akhirnya, game online bukanlah sesuatu yang sepenuhnya buruk. Dengan kontrol yang tepat, game bisa menjadi sarana yang efektif untuk merangsang perkembangan kognitif anak, mulai dari kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, hingga meningkatkan memori.

Namun, orang tua perlu tetap bijak dalam membatasi durasi bermain dan memantau jenis game yang dimainkan.

Jadi, apakah game online kawan atau lawan? Semua tergantung pada bagaimana kita mengelolanya. Pastikan anak-anak tetap mendapatkan keseimbangan antara waktu bermain, belajar, dan beraktivitas fisik.

Yuk, ciptakan pengalaman bermain game yang sehat dan bermanfaat untuk si kecil!




Terapi Musik : Cara Efektif Mendukung Perkembangan Anak-Anak Berkebutuhan Khusus

Terapi Musik

Prolite – Terapi Musik untuk Anak-Anak dengan Kebutuhan Khusus: Manfaat dan Cara Kerjanya

Musik sering kali menjadi teman setia dalam kehidupan sehari-hari. Entah saat sedang bersantai, bekerja, atau bahkan saat berolahraga, musik mampu memberikan dampak positif pada suasana hati.

Namun, tahukah kamu bahwa musik juga dapat menjadi alat terapi yang efektif untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus?

Yup, musik bukan hanya hiburan semata, tapi juga bisa membantu meningkatkan perkembangan anak-anak dengan gangguan seperti autisme, ADHD, dan gangguan perkembangan lainnya.

Yuk, kita bahas lebih dalam tentang manfaat dan cara musik bisa menjadi alat terapi yang ampuh!

Musik sebagai Terapi untuk Anak-Anak dengan Kebutuhan Khusus

 

Anak-anak dengan spektrum autisme, ADHD, atau gangguan perkembangan lainnya sering kali menghadapi tantangan dalam berkomunikasi, bersosialisasi, atau mengelola emosi. Nah, di sinilah musik bisa jadi sahabat mereka.

1. Spektrum Autisme dan Musik Terapi

Anak-anak dengan spektrum autisme sering kali kesulitan dalam mengekspresikan diri. Musik terapi terbukti dapat membantu mereka dalam berkomunikasi dan mengekspresikan emosi.

Ritme dan melodi musik dapat menjadi jembatan yang menghubungkan anak dengan lingkungannya.

Menyanyikan lagu atau bermain alat musik memungkinkan mereka untuk terlibat secara aktif tanpa harus menggunakan bahasa verbal.

Ini membantu anak-anak autis dalam mengembangkan kemampuan sosial mereka dan merespons dunia di sekitar mereka dengan cara yang lebih positif.

2. Terapi Musik untuk Anak-Anak dengan ADHD

Anak-anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) biasanya memiliki tantangan dalam hal konsentrasi dan ketenangan. Musik terapi dapat membantu mereka merasa lebih tenang dan fokus.

Dengan menggunakan ritme yang teratur, musik membantu menenangkan pikiran yang hiperaktif dan mengajarkan mereka cara untuk fokus pada tugas tertentu.

Selain itu, bermain alat musik juga membantu anak-anak ADHD dalam melatih keterampilan motorik mereka.

3. Musik untuk Gangguan Perkembangan Lainnya

Musik terapi tidak hanya efektif untuk autisme dan ADHD, tetapi juga untuk gangguan perkembangan lainnya seperti gangguan sensorik atau keterlambatan bicara.

Musik dengan berbagai nada dan ritme dapat merangsang perkembangan otak, meningkatkan koordinasi tangan-mata, serta membantu anak-anak memahami konsep waktu dan urutan.

Manfaat Terapeutik dari Terapi Musik

Bukan hanya soal bersenang-senang, musik memiliki banyak manfaat terapeutik untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus. Berikut beberapa manfaat yang bisa mereka dapatkan dari musik terapi:

  • Meningkatkan Kemampuan Komunikasi: Musik dapat menjadi sarana non-verbal untuk anak-anak yang kesulitan berbicara atau mengekspresikan perasaan. Lagu-lagu sederhana atau alat musik dapat membantu mereka menemukan cara baru untuk berkomunikasi.
  • Mengelola Emosi: Musik memiliki kekuatan untuk meredakan kecemasan, stres, dan bahkan amarah. Mendengarkan musik yang menenangkan atau bermain alat musik dapat membantu anak-anak mengatasi perasaan sulit.
  • Meningkatkan Keterampilan Sosial: Ketika anak-anak terlibat dalam kegiatan musik bersama, mereka belajar untuk bekerja sama, berbagi, dan berinteraksi dengan orang lain. Ini sangat penting untuk anak-anak yang memiliki kesulitan dalam bersosialisasi.
  • Meningkatkan Konsentrasi dan Fokus: Untuk anak-anak dengan ADHD, musik terapi membantu mereka untuk melatih otak agar lebih terfokus. Musik dengan ritme yang konsisten dapat memberikan “jangkar” bagi anak-anak untuk kembali fokus.
  • Membangun Rasa Percaya Diri: Ketika anak-anak mulai menguasai alat musik atau menyanyikan lagu dengan baik, mereka akan merasa lebih percaya diri. Keterampilan yang mereka pelajari melalui musik juga dapat meningkatkan keyakinan diri mereka dalam aspek lain kehidupan sehari-hari.

Contoh Terapi Musik dalam Kehidupan Sehari-hari

Penggunaan musik dalam terapi bisa sangat bervariasi tergantung pada kebutuhan anak. Contoh sederhananya bisa berupa bernyanyi bersama lagu-lagu favorit atau bermain alat musik seperti drum atau piano.

Ada juga sesi musik terapi yang dipandu oleh terapis profesional, di mana mereka menggunakan alat musik khusus untuk mendorong perkembangan anak secara bertahap.

Misalnya, terapis mungkin meminta anak dengan autisme untuk meniru pola ritme sederhana dengan drum.

Ini tidak hanya membantu mereka dalam hal koordinasi tangan-mata, tetapi juga dalam mengikuti instruksi dan merespons stimulus luar dengan cara yang lebih terstruktur.

Atau, terapis bisa menggunakan musik klasik untuk membantu anak ADHD mencapai keadaan yang lebih tenang dan rileks.

Bagaimana Memulai Terapi Musik?

Jika kamu adalah orang tua atau pengasuh anak dengan kebutuhan khusus dan tertarik dengan terapi musik, langkah pertama yang bisa diambil adalah berkonsultasi dengan ahli terapi musik atau terapis anak yang berpengalaman.

Selain itu, kamu bisa mulai dengan memperkenalkan anak-anak pada berbagai jenis musik di rumah. Lihat bagaimana mereka merespons, dan temukan jenis musik yang paling memberikan dampak positif bagi mereka.

Musik bukan hanya sebuah hiburan, tapi juga alat yang luar biasa untuk terapi, terutama bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus.

Dengan pendekatan yang tepat, terapi musik bisa membantu mereka dalam berbagai aspek perkembangan—dari komunikasi, sosial, hingga emosional.

Jadi, jika kamu ingin memberikan dukungan ekstra untuk anak dengan kebutuhan khusus, mengintegrasikan musik ke dalam rutinitas mereka bisa menjadi langkah yang sangat bermanfaat.

Mulai sekarang, mari kita jadikan musik sebagai sahabat setia yang menemani perjalanan mereka menuju perkembangan yang lebih baik!




Rekomendasi 4 Kartun Malaysia : Hiburan Edukatif yang Seru untuk Si Kecil!

Kartun Malaysia

Prolite – Halo Ayah Bunda! Yuk, kita kenalkan si kecil pada 4 kartun Malaysia ini yang bisa jadi tontonan favorit mereka!

Di era digital ini, anak-anak kita dihadapkan dengan segudang pilihan tontonan yang nggak ada habisnya. Tapi, tahu nggak sih? Gak semua konten yang bertebaran di internet itu ramah anak dan memberikan edukasi yang positif.

Banyak loh tontonan yang malah menampilkan kekerasan, konten tidak senonoh, dan nilai-nilai yang nggak sesuai dengan norma sosial kita. Aduh, pastinya hal ini bikin khawatir ya, apalagi kalau kita pengen anak-anak tumbuh dengan tontonan yang berkualitas.

Ilustrasi anak menonton tv – shutterstock

 

Nah, sebagai alternatif, ada beberapa rekomendasi kartun dari Malaysia yang nggak cuma edukatif, tapi juga menghibur untuk si kecil.

Yuk, kita simak bareng-bareng rekomendasi kartun yang bisa jadi tontonan seru dan mendidik buat anak-anak kita! 📺✨

4 Kartun Malaysia yang Seru dan Edukatif untuk Si Kecil

1. Upin & Ipin

Kartun ikonik ini menceritakan keseharian sepasang anak kembar, Upin dan Ipin, beserta teman-teman dan keluarganya di Kampung Durian Runtuh.

Upin & Ipin sarat dengan nilai-nilai positif seperti persahabatan, gotong royong, dan saling menghormati. Kartun ini juga dikemas dengan humor yang ringan dan cerita yang menarik, sehingga disukai anak-anak.

2. Pada Zaman Dahulu

 

Mengangkat cerita rakyat dan legenda dari berbagai negara di Asia Tenggara, Pada Zaman Dahulu memperkenalkan budaya dan tradisi kepada anak-anak dengan cara yang menyenangkan.

Nilai moral dan budi pekerti pun diselipkan dalam setiap ceritanya, sehingga anak-anak dapat belajar sambil bermain.

3. Boboiboy

Bergenre superhero, Boboiboy menceritakan kisah seorang anak laki-laki bernama Boboiboy yang mendapatkan kekuatan super dari bola-bola energi bernama Power Sphera atau Ochobot.

Boboiboy dan teman-temannya menggunakan kekuatan mereka untuk melawan penjahat dan melindungi bumi. Kartun ini mengajarkan anak-anak tentang keberanian, persahabatan, serta pentingnya menjaga lingkungan.

4. Ejen Ali

Berlatar di masa depan, Ejen Ali menceritakan kisah Ali, seorang anak laki-laki yang direkrut menjadi agen rahasia untuk organisasi bernama .

Ali dan teman-temannya harus berpetualang dan menyelesaikan misi untuk melindungi bumi dari ancaman alien.

Kartun Malaysia ini penuh dengan aksi dan petualangan, serta mengajarkan anak-anak tentang pentingnya teamwork, tanggung jawab, dan cinta tanah air.

ilustrasi keluarga yang menonton bersama – Freepik

Keempat kartun Malaysia tersebut tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai edukatif dan positif yang dapat menjadi contoh bagi anak-anak.

Ayah Bunda bisa menonton kartun ini bersama anak-anak dan mendiskusikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dengan begitu, si kecil bisa lebih paham dan bisa menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Kartun-kartun Malaysia ini gak cuma bikin anak-anak terhibur, tapi juga membantu mereka belajar tentang persahabatan, keberanian, kejujuran, dan banyak nilai-nilai positif lainnya.

Dengan memberikan tontonan yang tepat, Ayah Bunda juga bisa membantu anak-anak untuk menjadi generasi yang cerdas, berkarakter, dan berbudi pekerti luhur.

Jadi, yuk, Ayah Bunda, mulai sekarang pilih tontonan yang berkualitas buat si kecil dan nikmati waktu berkualitas bersama mereka. Selamat menonton dan belajar bersama! 🎉📺✨




Bentuk Karakter Si Kecil dengan 4 Kata Ajaib yang Super Keren!

4 kata ajaib

Prolite – Empat kata ajaib yang seringkali dianggap remeh oleh sebagian orang, yaitu “tolong”, “maaf”, “terima kasih”, dan “permisi”, sebenarnya menyimpan keistimewaan dan manfaat besar dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Sangat penting bagi orang tua dan guru untuk membiasakan anak mengucapkan kata-kata ini, namun tidak kalah pentingnya, mereka juga harus menjadi contoh yang baik dengan mengucapkannya secara konsisten.

Mengapa? Mari kita simak penjelasan lebih lanjut pada artikel ini !

Ajarkan 4 Kata Ajaib Ini pada Si Kecil, Yuk!

1. Tolong

Cr. vidoran

Mengucapkan kata “tolong” tidak hanya sekedar meminta bantuan, namun juga menunjukkan rasa hormat terhadap orang yang diminta bantuan. 

Saat anak diajari untuk mengucapkan “tolong”, mereka belajar untuk berkomunikasi dengan sopan dan tidak terkesan memerintah. 

Selain itu, kebiasaan ini juga memperkuat hubungan sosial antara anak dan orang dewasa, sehingga anak merasa lebih nyaman berinteraksi dan siap membantu saat diperlukan. Lebih dari itu, kebiasaan baik ini akan ditiru oleh anak, sehingga ketika mereka besar, mereka juga akan bersikap yang sama.

2. Maaf

Cr. vidoran

Meminta maaf merupakan tindakan yang menunjukkan sikap sportivitas, rasa hormat terhadap norma, dan tanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan. 

Tidak ada yang salah bagi orang tua atau guru untuk meminta maaf kepada anak jika mereka melakukan kesalahan, karena hal ini juga akan mengajarkan anak untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka di masa depan. 

Mengucapkan “maaf” juga membantu menciptakan lingkungan yang penuh dengan toleransi dan pengertian.

3. Terima Kasih

Cr. vidoran

Kata “terima kasih” mungkin terdengar biasa, namun didalamnya terkandung makna yang sangat dalam, yaitu menghargai kontribusi atau bantuan yang diberikan oleh orang lain. 

Mengucapkan “terima kasih” secara konsisten akan membiasakan anak untuk menghargai orang lain dan membuat orang yang menerima ucapan tersebut merasa dihargai dan diakui. 

Bahkan untuk hal-hal sepele sekalipun, seperti saat anak meletakkan barang pada tempatnya, mengucapkan “terima kasih” dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi anak.

4. Permisi

Cr. vidoran

Kata ajaib yang terakhir namun tak kalah pentingnya ialah kata kata “permisi”. Mengajarkan anak untuk menggunakan kata “permisi” merupakan langkah penting dalam membentuk etika dan tata krama sosial yang baik. 

Saat berbicara dengan anak, memberikan contoh penggunaan kata “permisi” sesuai dengan momen dan konteksnya akan membantu mereka memahami pentingnya menghormati privasi dan ruang pribadi orang lain. 

Selain itu, memberikan pujian saat anak menggunakan kata “permisi” dengan baik akan memperkuat perilaku positif tersebut.

Family Time
Ilustrasi bercengkrama bersama keluarga – Freepik

Membiasakan anak untuk mengucapkan empat kata ajaib ini—tolong, maaf, terima kasih, dan permisi—akan membantu mereka tumbuh sebagai pribadi yang berkarakter, menghargai orang lain, dan mampu berkomunikasi dengan baik. 

Namun, lebih dari itu, orang tua dan guru juga harus menjadi contoh yang baik dengan mengucapkan kata-kata ajaib ini secara konsisten dalam interaksi sehari-hari. 

Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang penuh dengan toleransi, pengertian, dan rasa hormat di antara kita semua. 

Yuk, mari kita selalu memberikan contoh-contoh terbaik bagi anak-anak kita!




4 Seleb Hollywood yang Hebat Jaga Rahasia Wajah Sang Anak, Kuy Kepoin!

Prolite – Halo, kawula muda pencinta selebriti Hollywood! Siapa yang gak kenal dengan dunia gemerlap Hollywood?

Yup, dunia yang selalu penuh dengan sensasi, gosip panas, dan berita kehidupan para selebriti ternama. Mulai dari kisah cinta, karier gemilang, sampai kabar keluarga bahagia, semuanya jadi sorotan kita sehari-hari.

Namun, ada beberapa seleb Hollywood yang jago banget merahasiakan kehidupan pribadi mereka, terutama tentang wajah-wajah manis dari buah hati mereka. Wah, mereka bikin kita kepo banget gak sih? Tapi hei, tenang aja, mereka punya alasannya sendiri kok!

Jadi, duduk manis, siapkan camilan favoritmu. Kita akan mengungkap siapa aja mereka yang berhasil menjaga privasi keluarga dengan penuh misteri. Yuk, kita simak bareng alasan-alasan menarik dibalik keputusan mereka menjaga wajah sang buah hati dari sorotan publik.

1. Artis Hollywood Adele

Hollywood
Getty Images

Artis cantik dengan suara merdu ini gak pernah sengaja umbar foto putranya yang bernama Angelo di media sosial. Bahkan dia juga menutupi wajah anaknya setiap kali berada di depan umum. Dia pengen banget ngejauhin putranya dari sorotan media dan paparazzi dengan alasam untuk melindungi putranya di masa depan nanti.

“Kita perlu memiliki privasi. Saya pikir sangat sulit menjadi anak orang terkenal. Bagaimana jika dia ingin merokok ganja atau minum di bawah umur, atau bagaimana jika dia melakukan hal yang menyimpang dan tidak mau beri tahu saya, lalu dia difoto dan begitulah cara saya mengetahuinya?” ujar Adele.

2. Kristen Bell dan Dax Shepard

Shutterstock

Kristen Bell dan Dax Shepard emang suka bagi-bagi tips parenting. Tapi mereka berdua tetap ngusahain banget buat proteksiin anak perempuan mereka dari paparazi dan sosmed. Meskipun kadang-kadang mereka posting foto anaknya, Lincoln dan Delta, di akun Instagramnya, dia selalu nutupin muka anak-anaknya pake emoji.

Dan pas anaknya baru lahir, dia mulai nerapin foto tanpa anak biar enggak ada yang bisa ngebajak foto anak-anaknya terus dipajang tanpa izin, apalagi sama paparazi.

Selain itu, dia dengan tegas ngomentarin dan bahkan boikot postingan yang ngepublikasiin muka anak-anak artis lain. “Aku memberitahumu sekarang, kami tidak ingin wajah putri kami di mana pun sampai dia memutuskan karena aku sangat menghormatinya,” jelas Kristen Bell.

3. Emily Blunt dan John Krasinski

Shutterstock

Pasangan yang main di film “A Quiet Place” dan aslinya juga jadi pasutri ini enggak pernah ngepost foto anak-anaknya. Anak mereka namanya Hazel sama Violet, tapi jarang banget kita liat foto-fotonya.

Emily Blunt gak punya akun media sosial, dan John Krasinski juga belum pernah ngeluarin foto putrinya di internet. Dia bilang, “Foto anak-anak cuma boleh dari orang tua langsung. Jadi, aku seneng banget bisa kenalin kalian sama Hazel!! #NoKidsPolicy.”

4. Ryan Gosling dan Eva Mendes

instagram @ryangoslinguk

Ryan Gosling enggak punya akun sosmed, sementara Eva Mendes udah konfirmasi kalo dia enggak akan ngebagiin foto putri mereka, Esmeralda dan Amada, sampe mereka cukup umur buat kasih izin wajah mereka dikenal sama publik.

“Saya selalu memiliki batasan yang jelas terkait anak-anak saya. Tentu saja saya akan membicarakannya, dengan batasan, tetapi saya tidak akan memposting foto kehidupan sehari-hari kami,” ujar Eva Mendes.

“Dan karena anak-anak saya masih sangat kecil dan tidak mengerti apa arti memposting foto mereka, saya tidak memiliki persetujuan mereka. Dan saya tidak akan memposting foto mereka sampai mereka cukup umur untuk memberi saya persetujuan,” sambungnya.

Nah itu dia selebriti Hollywood yang memilih untuk menjaga privasi buah hati mereka dengan sangat hati-hati. Meskipun kita tetap penasaran, tapi ya udahlah, sebagai fans yang baik, kita harus menghormati keputusan mereka untuk melindungi kehidupan pribadi sang buah hati dari sorotan publik.

Kita gak bisa ngejudge mereka, sih. Setiap orang pasti pengen melindungi keluarganya dan memberikan mereka kehidupan yang normal. Jadi, jangan kepo terus ya, biarkan mereka menikmati momen-momen kebahagiaan tanpa gangguan.

Kita masih bisa mengapresiasi karya-karya mereka di dunia hiburan tanpa harus tahu segalanya tentang kehidupan pribadi mereka. Ayo kita berharap semoga mereka tetap bahagia dan sukses dalam karier serta kehidupan pribadi mereka.

Dan kita sebagai penggemar, terus dukung mereka dengan memberikan apresiasi dan cinta, ya! 💖




Maraknya Perundungan Siswa, Gadget Jadi Salah Satu Faktor

Maraknya Perundungan Siswa, Gadget Jadi Salah Satu Faktor

BANDUNG, Prolite – Perundungan siswa hingga saat ini masih saja terjadi dan para siswa seolah tak jera, terus saja melakukan perundungan itu.

Melihat itu Pelaksana Harian Wali Kota Bandung Ema Sumarna mengingatkan peran guru dan orang tua siswa agar mengawasi penggunaan gawai (gadget) oleh anak-anak.

Pengawasan ketat dari guru dan juga orang tua siswa menjadi kunci utama pengendalian potensi hal negatif yang dilakukan siswa, seperti misalnya perundungan.

“Saya tidak berkesimpulan perundungan terjadi seutuhnya karena (kehadiran) gadget. Tetapi sedikit banyaknya perundungan terjadi karena tidak bijak menggunakan gadget,” kata Ema usai rapat koordinasi bersama seluruh kepala sekolah, di SMP Negeri 2 Bandung, Kamis 14 Juni 2023.

Ema mengingatkan, penggunaan gawai oleh anak usia sekolah sebaiknya ditujukan untuk alat komunikasi dengan orang tua saja.

“Untuk berkomunikasi, misalnya dengan ibu atau bapaknya, memberi kabar akan dijemput pukul berapa, atau menanyakan kondisi kesehatan. Sesuai fungsi alat komunikasi itu saja,” katanya menambahkan.

Ia pun memberi saran agar para sekolah memberlakukan aturan yang pada prinsipnya meminimalisir penggunaan gawai di jam pelajaran. Kata Ema, gawai tersebut bisa saja dititipkan ke pihak guru di sekolah.

Meski begitu, ia menekankan langkah ini sebagai saran saja. Ia menyerahkan kepada pihak sekolah terkait penerapannya.

“Ini bukan arahan. Hanya memberi saran saja. Apakah itu dimungkinkan? Saya rasa rekan-rekan kepala sekolah ini yang bisa menjawab,” ucapnya.

Lebih lanjut, Ema juga mengingatkan agar tidak ada lagi aksi perundungan dalam ajang masa pengenalan lingkungan sekolah bagi peserta didik baru.

Menurutnya, tidak ada argumen apapun yang membenarkan tindak kekerasan saat ajang tersebut.

“Kalau di institusi militer, misalnya, itu lain hal ya. Tetapi ini kan anak SD, anak SMP. Saya rasa tidak layak (diterapkan kekerasan dalam masa pengenalan lingkungan sekolah),” ujarnya.

Di ruang lingkup sekolah, Ema mengingatkan peran guru Bimbingan Konseling (BK) agar lebih aktif menelusur potensi penyimpangan tindakan oleh siswa.

“Saya harap jangan baru bertindak saat sudah ada kasus. Dan saya ingatkan sinergi orang tua dan guru adalah dua hal utama. Di luar jam sekolah, para siswa didik merupakan tanggung jawab orang tua,” pungkasnya.




Wiwiek Ajak Lindungi Anak dari Kekerasan

PAUD-Lindungi Anak dari Kekerasan

KOTA BEKASI, ProliteBunda PAUD Kota Bekasi: Ayo Kompak Lindungi Anak-Anak Dari Kekerasan. Bunda PAUD Kota Bekasi Wiwiek Hargono Tri Adhianto kunjungi PAUD Al- Aqsho, Kota Baru, Bekasi Barat. Dalam kunjungannya Wiwiek Hargono menyapa anak-anak yang sedari pagi telah menunggu kedatangannya.

Kehadiran Wiwiek Hargono Tri Adhianto disambut hangat dan suka cita oleh anak-anak PAUD dan para guru. Dalam kunjungannya Wiwiek menyampaikan pesan dan mengajak semua pihak untuk bersama menjaga serta memberikan perlindungan penuh kepada anak-anak.

Saat ini, kata Wiwiek menyampaikan dirinya sangat kuatir atas terjadinya kembali kasus kekerasan pada anak didalam lingkungan keluarga.

“Belakangan ini, yang membuat hati saya miris dan sedih bahkan khawatir atas kejadian yang baru terjadi, tentunya ini dapat menyadarkan kita semua agar kita dapat terus intens dalam mengawasi anak-anak kita, jaga mereka, ayo semua pihak kompak lindungi anak-anak, untuk selamatkan masa depan mereka,” kata Wiwiek Hargono Tri Adhianto

Wiwiek juga mengatakan Pemerintah Kota Bekasi bersama Komisi Perlindungan Anak Daerah terus gencar dalam memerangi kekerasan pada anak, Upaya sosialisasi hingga ke seluruh lapisan masyarakat.

“Mempersiapkan generasi penerus dari aspek kesehatan dan aspek pendidikannya, selaras dengan KPAD, tentunya TP PKK juga mendukung penuh berbagai upaya yang dilakukan agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang gemilang dimasa mendatang. Ini dapat kita lakukan bersama dengan menciptakan iklim yang baik dari lingkungan terkecil yakni dalam keluarga kita, ketahanan keluarga menjadi penting dan utama memberikan rasa nyaman serta kasih sayang didalam keluarga,” jelas Wiwiek Hargono Tri Adhianto

Diharapkan dengan kompaknya seluruh pihak dalam menjaga anak-anak dari kekerasan, sehingga dapat menghindarkan segala bentuk gangguan ancaman kekerasan yang menimpa anak. Dengan demikian, hak anak bebas dari ancaman, hak anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai bakat dan kemampuannya, dapat terpenuhi sehingga Kota Bekasi menjadi Kota layak bagi anak-anak.

Wiwiek juga mengimbau agar masyarakat tidak takut untuk melaporkan jika dilingkungan sekitar terjadi tindak kekerasan pada anak.

Pada kesempatan itu, Wiwiek Hargono yang didampingi aparatur setempat juga membagikan susu dan makan tambahan serta satu unit laptop untuk menunjang sarana di PAUD tersebut.(rls/red)