Sukses Kurangi Sampah Plastik di Laut, Indonesia Raih Apresiasi Tinggi dari PBB

Prolite – Pengakuan dari PBB baru-baru ini mengukuhkan prestasi Indonesia dalam upaya pengurangan sampah plastik di laut sebanyak 39%. Indonesia kini mendapat sorotan positif di mata dunia.
Dengan prestasi ini, Indonesia menunjukkan kepemimpinannya di Asia Tenggara dalam memerangi polusi plastik.
Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai inisiatif telah dicanangkan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah sampah plastik yang menumpuk di laut.
Dari kebijakan-kebijakan tersebut, hasil konkrit terlihat dan membuahkan apresiasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Indonesia Jadi Contoh Sukses dalam Mengurangi Sampah Plastik di Laut
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan bahwa Indonesia kini menjadi contoh sukses dalam perjuangan mengurangi sampah plastik di laut.
Namun, perjuangan Indonesia tidak berhenti di pengakuan ini. Dilansir dari , dalam empat tahun terakhir, Indonesia juga mencatatkan diri sebagai negara yang paling aktif memproses sampah di daratan, guna mengurangi risiko sampah masuk ke laut.
Menyikapi isu global polusi plastik di laut, United Nations Environment Programme (UNEP) memproyeksikan bahwa jumlah sampah plastik yang masuk ke ekosistem akuatik akan meningkat hampir tiga kali lipat pada tahun 2040, mencapai 23-37 juta ton.
Mengingat urgensi ini, Indonesia telah berupaya keras untuk memastikan bahwa perubahan signifikan terjadi dalam beberapa tahun mendatang.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menggarisbawahi urgensi ini dalam Festival Hari Peduli Sampah Nasional (FPSN) 2023 di Jakarta.
Beliau menekankan konsep “Zero Waste, Zero Emission” yang kini menjadi landasan kerja pemerintah dalam upaya memerangi polusi dan emisi gas rumah kaca.
Upaya nyata yang telah dilakukan oleh Indonesia tidak hanya menarik perhatian PBB, tetapi juga menjadi sorotan dalam forum internasional lainnya, seperti KTT Archipelagic and Island States (AIS) 2023 yang akan berlangsung di Bali.
Di forum ini, Indonesia akan membagikan pengalamannya dan menjadi model bagi negara-negara lain untuk mengambil langkah serupa.
Turut Aktif dalam Upaya Penanganan Perubahan Iklim
Selain inisiatif pengurangan sampah plastik, Indonesia juga telah aktif dalam upaya penanganan perubahan iklim.
Hal ini termasuk kebijakan penanaman mangrove, pengurangan deforestasi, peningkatan penggunaan energi terbarukan, dan adaptasi perubahan iklim.
Mangrove, khususnya, telah mendapat perhatian khusus dengan rencana replanting mencapai 600 ribu hektare.
Langkah restorasi hutan mangrove di bibir pantai sangat efektif untuk mencegah tenggelamnya pulau-pulau kecil akibat perubahan iklim. Mangrove memiliki akar yang kuat yang mampu menahan abrasi air laut.
Pada sisi lain, Indonesia juga menjalin kerja sama dengan negara-negara lain, termasuk Uni Emirat Arab (UEA) dalam pengembangan energi terbarukan. Kerja sama ini mencakup sumber energi seperti solar, hidro, dan geothermal.
Menko Luhut menyampaikan, “Kita punya potensi clean energy sebesar GW, termasuk solar panel.” Dengan pencapaian ini, Indonesia kini mempersiapkan diri untuk menduduki posisi kuat dalam KTT AIS 2023 yang akan datang.
Dilansir dari , dengan pencapaian dan inisiatif yang telah dilakukan, Luhut menekankan bahwa Indonesia siap untuk mengajak negara-negara kepulauan lainnya dalam kerja sama mengatasi perubahan iklim.
Dengan kepemimpinan yang kuat dan visi yang jelas, Indonesia berada di jalur yang benar untuk memimpin perubahan positif di kawasan Asia Tenggara dan di seluruh dunia.