Peserta Clash of Champions Season 1 Shakira Amira Dibanjiri Hujatan Usai Menyebut Autis Dalam Siaran Live

Peserta Clash of Champions Season 1 Shakira Amira Dibanjiri Hujatan Usai Menyebut Autis Dalam Siaran Live
Prolite – Salah satu peserta Clash of Champions (CoC) Ruang Guru Shakira Amira mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI).
Mahasiswi Ui tersebut panen hujatan dari netizen lantaran menyebut temannya yang juga peserta di Coc Ruang Guru dengan sebutan autis.
Ucapan tersebut Shakira Amira keluarkan usai menegur Sandy, Maxwell, dan Axel yang sedang melakukan live di medsos.
Selama siaran langsung, Sandy dan Maxwell terlihat menyapa orang-orang yang menonton di akun mereka.
Shakira Amirah pun terlihat keberatan dengan sikap teman-temannya yang memiliki melakukan live.
Akhirnya, Shakira pun menegur teman-temannya.
Ia meminta agar mereka tak hanya asyik bermain hp.
“Heh kalian bisa gak kalo di depan aku, bersosialisasilah sama aku.”
“Gak usah bersosialisasi sama HP,” ujar Shakira.
Shakira kemudian membawa-bawa anak autis untuk menegur teman-temannya.
“Emang ketemu aku 24 jam? Jangan kayak anak autis gitu deh,” lanjut Shakira.
Mendengar pernyataan Shakira, Sandy terlihat memberi kode bahwa ucapan Shakira didengar oleh penonton live.
Ia pun langsung mengakhiri siaran langsung tersebut.
Usai ucapannya tersebut kini mahasiswi Ui tersebut dibanjiri komentar, bahkan ada juga yang menyampaikan sangat disayangkan sikap Shakira apalagi ia merupakan calon dokter.
Mengetahui namanya menjadi bulan-bulanan, Shakira akhirnya minta maaf.
Ia meminta maaf melalui saluran pribadi WhatsApp.
“Halo temen-temen, sebelumnya aku ingin meminta maaf sebesar-besarnya atas kata-kata yang kurang berkenan yang aku ucapkan,” tulis Shakira.
“Aku sadar bahwa menggunakan kata “autis” untuk menyebut orang lain itu sangat salah.”
“Kata tersebut mengacu pada kondisi medis yang serius dan bukan untuk dijadikan bahan lelucon atau hinaan,”
“Menggunakan kata tersebut dengan cara yang tidak tepat menunjukkan kurangnya empati dan pemahaman terhadap orang-orang yang hidup dengan kondisi tersebut.”
“Aku paham betul bahwa sebagai seorang calon dokter, aku seharusnya menjadi contoh dan harus lebih berhati-hati lagi dalam tutur kata dan perilaku.”
“Tidak ada alasan yang bisa membenarkan perbuatan aku.”
“Aku sangat menyesal dan ini menjadi pelajaran berharga bagi aku untuk lebih berhati-hati dalam berperilaku dan bertutur kata.”
“Aku sungguh-sungguh meminta maaf dari lubuh hati aku yang terdalam.”
“Aku berterima kasih kepada semua orang yang telah mengingatkan dan menegur aku dengan baik.”