Membangun Kembali Keemasan Perdagangan Rempah-Rempah Indonesia

Prolite – Indonesia telah lama dikenal sebagai negara yang kaya akan rempah-rempah. Dilansir dari web resmi pemerintah Indonesia, keemasan perdagangan rempah-rempah Tanah Air, terutama lada, perlu ditingkatkan dengan pendekatan konsep hilirisasi industri.
Dari Nusantara, rempah seperti lada, pala, cengkeh, jahe, kayu manis, dan vanili mendapat perhatian besar dari konsumen internasional, dengan tren ekspor yang terus meningkat.
FAO mencatat bahwa Indonesia berada di antara lima negara terbesar dalam produksi lada global.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), selama tahun 2022, Indonesia mengekspor tanaman obat, aromatik, dan rempah-rempah dengan total seberat 279,3 ribu ton, naik 5,55% dari tahun sebelumnya. Total nilai ekspor ini mencapai USD607,86 miliar.
Dalam detail, Tiongkok menjadi negara tujuan utama ekspor rempah dari Indonesia di 2022, dengan total volume sekitar 47,7 ribu ton.
Ekspor ke Tiongkok tersebut bernilai sekitar USD121,97 miliar. Selanjutnya, India dan Thailand juga menjadi negara-negara tujuan ekspor utama.
Volume ekspor rempah ke Amerika Serikat mencapai 14,79 ribu ton, sementara untuk Bangladesh adalah 11,02 ribu ton, dan Singapura sebanyak 6,78 ribu ton.
Sementara itu, ekspor kopi ke Vietnam, Pakistan, Belanda, dan Jerman juga mencatat angka yang signifikan.
Menanggapi hal ini, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita, pada 25 September 2023, menyampaikan bahwa perdagangan rempah-rempah Indonesia harus terus dipertahankan dan dikembangkan. Salah satu fokus utama adalah peningkatan nilai tambah lada.
Namun, menurut Reni, ada beberapa tantangan dalam pengembangan produk olahan lada, terutama di daerah-daerah seperti Bangka dan Lampung Timur.
Salah satunya adalah fluktuasi ketersediaan bahan baku, teknologi dan mesin yang belum memenuhi standar, serta sumber daya manusia yang belum optimal.
Selain itu, ada juga kebutuhan untuk meningkatkan standardisasi dan keamanan pangan di industri kecil dan menengah (IKM).
Direktur Jenderal IKMA juga menekankan pentingnya hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah produk rempah, seperti lada. Salah satu caranya adalah dengan mengekspor lada dalam bentuk bumbu racik.
Dalam mendukung pengembangan IKM rempah, khususnya lada, Ditjen IKMA telah melakukan berbagai upaya, seperti revitalisasi sentra-sentra penghasil rempah, dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus.
Ini termasuk pengembangan Sentra IKM Olahan Lada di Kabupaten Bangka dan Kabupaten Sambas.
Selain itu, Ditjen IKMA juga bekerja sama dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Impor Indonesia (Indonesia Eximbank) untuk mengembangkan Sentra IKM Lada di Kabupaten Lampung Timur.
Program ini ditujukan untuk memfasilitasi pembentukan ekosistem yang melibatkan petani, industri pengolahan, dan eksportir.
Program ini sejalan dengan program kolaboratif pemerintah, “Indonesia Spice Up The World (ISUTW)”, yang bertujuan untuk meningkatkan nilai ekspor rempah dan bumbu, serta mempromosikan budaya dan pariwisata Indonesia.
Program ini berharap dapat meningkatkan nilai ekspor rempah-rempah hingga USD2 miliar dan memulai restoran Indonesia di seluruh dunia pada tahun 2024.