Penjualan Buku Tergerus Teknologi

BANDUNG, Prolite – Keberadaan tekhnologi canggih dipastikan berdampak negatif dan positif bagi warga. Salah satunya pada penjualan buku.

Diakui para pedagang yang sudah berdiri tiga puluh tahun lamanya, nasib pasar Buku Palasari sekarang, mati segan hidup pun tak mau. Terlebih sejak pandemi covid-19 hingga kini pengunjung ke Pasar Buku Palasari tak kunjung pulih.

“Sejak awal pandemi diberlakukan PPKM, pasar ditutup total, sehingga tidak ada pembeli yang datang sama sekali,” ujar Wakil Ketua Pedagang Buku Pasar Palasari Benny Arnanda, (03/01/2023).

Benny mengatakan, hal itu diperburuk dengan penjualan buku secara online, yang sekarang banyak dipilih oleh masyarakat.

“Beberapa masyarakat lebih memilih membelli secara online, karena harga lebih murah,” tuturnya.

Padahal, lanjut Benny, kualitas buku yang dijual secara online dan offline berbeda. Namun, melihat kemudahan, masyarakat lebih memilih berbelanja secara online.

Ditambah lagi, dengan kemajuan teknologi yang sekarang memfasilitasi masyarakat mengakses buku secara elektronik (e-book). Selain itu, kecepatan mengakses google yang membuat masyarakat lebih mudah mendapakan informasi apapun.

“Sekarang masyarakat tidak membutuhkan buku secara fisik. Informasi apapun mudah didapatkan memalui internet,” tambahnya.

Biasanya, lanjut Benny, pada Januari memasuki smester ke dua di setiap tahun ajaran, siswa mulai mencari buku pelajaran. Namun sejak tiga tahun lalu, tidak ada lagi keramaian di Pasar Palasari ini.

“Dulu yang datang ke sini bukan hanya warga Kota Bandung, tapi dari luar kota bahkan dari luar negri juga memburu buku ke sini. Terlebih ketika di sini masih banyak buku langka,” kennagnya.

Ada juga, universitas atau dosesn tertentu yang bekerjasama dengannya dan mewajibkan masiswanya untuk membeli buku dengan judul dan pengarang tertentu.

“Ya kalau dosen yang mewajibkan siswanya untuk membeli buku sekarang sih memang masih ada. Tapi memang sudah jarang,” tambahnya.

Ditemui di tempat yang sama, Ketua Pedagang Buku Pasar Palasari, Rukmawan mengatakan, yang bisa membantu para pedaganng buku sekarang adalah kebijakan pemerintah, yang mewajibkan siswa untuk membeli buku.

“Kalau tidak ada intervensi dari pemerintah, akan sangat sulit untuk membantu Pasar Buku Palasari ini kembali bangkit,” tuturnya.

Menurut lelaki yang akrab disapa Wawan ini, nasib penjual buku di Palasari ada di titik terendah. Buku yang terjual di pasaran pun kini tidak jelas, karena tidak tahu apa yang dibutuhkan masyarakat.

Ketidak jelasan ini, membuat omset mereka turun drastis, jika dulu omset per hari bisa mencapai belsan juta, sekarang hanya ratusan ribu saja.

“Sekarang, dalam sehari mendapatkan Rp200 ribu-Rp300 ribu saja sudah alhamdulillah,” terangnya.

Wawan berharap ada kebijakan dari pemerintah yangn bisa berpihak kepada para pedagang Pasar Buku Palasari.(kai)