Kenali Gejala Speech Delay pada Anak

JAKARTA, Prolite – Speech Delay merupakan suatu gejala di mana anak berusia dua tahun tapi masih belum bisa berkomunikasi dengan baik. Saat berusia dua tahun, anak umumnya dapat mengucapkan sekitar 50 kata dan mampu berbicara dalam dua atau tiga kata.

Kosakata anak akan semakin meningkat seiring pertambahan usia. Misalnya, anak usia tiga tahun umumnya menguasai sebanyak kata, dan berbicara dalam tiga hingga empat kata dalam satu kalimat.

Namun, jika perkembangan anak belum mencapai kemampuan tersebut di usia yang sudah cukup, kemungkinan Si Kecil mengalami keterlambatan bicara atau speech delay. Meskipun pertumbuhan setiap anak berbeda-beda, tidak ada salahnya untuk mengenali gejala speech delay agar lebih waspada.

Lantas, apa saja gejala speech delay pada anak? Mari kita kenali gejalanya?

Anak yang mengalami keterlambatan bicara, tidak selalu berarti ada masalah yang serius. Karena perlu dipahami, perkembangan setiap anak bisa berbeda-beda. Meski begitu, sangat normal bagi orang tua jika khawatir jika ada gangguan pada kemampuan berbicara anak.

Berikut ini beberapa tanda dan gejala speech delay pada anak yang perlu dikenali:

  1. Anak kesulitan meniru suara

Umumnya, pada usia 18 bulan atau lebih, anak sudah bisa meniru suara yang ia dengar, atau setidaknya mengatakan “mama” dan “papa”. Sedangkan pada usia dua tahun, Si Kecil umumnya sudah mampu mengucapkan kata-kata selain meniru suara. Jika Si Kecil tampak kesulitan meniru suara ataupun belum memiliki kosakata, ayah dan ibu perlu waspada pada gejala awal ini.

  1. Lebih suka menggerakan tubuh dibandingkan menggunakan suara

Gejala speech delay berikutnya yaitu anak tampak lebih suka menggerakan anggota tubuhnya, dibandingkan menggunakan suaranya untuk menyampaikan sesuatu.

Sebenarnya melakukan gerakan untuk berkomunikasi masih terbilang normal jika dilakukan anak saat usianya masih di bawah 12 bulan. Namun, saat Si Kecil sudah berusia 18 bulan dan ia masih lebih suka gerakan dibandingkan membuat suara untuk berkomunikasi, maka itu bisa menjadi gejala speech delay.

  1. Anak tidak mampu mengikuti instruksi secara verbal

Pada usia dua tahun, anak umumnya sudah dapat memahami dan mengikuti arahan sederhana dari orang tuanya. Misalnya saat ayah atau ibu mengatakan “tolong ambilkan boneka kelinci itu”, tapi anak tidak memahami atau tidak mengikuti arahan.

  1. Tidak mampu mengucapkan kata-kata yang dapat dipahami

Tanda dan gejala speech delay berikutnya yaitu anak tidak mampu mengucapkan kata-kata yang dapat dipahami orang dewasa. Orang tua seharusnya dapat memahami sebagian dari kata-kata yang diucapkan anak pada usia dua tahun. Anak pun juga sudah memahami maksud dari kata-kata yang diucapkan.

Pada usia tiga tahun, anak seharusnya sudah bisa memahami kata-kata dan kalimat sebesar 75 persen. Sedangkan pada usia 4 tahun, kata-kata dan kalimatnya sudah lebih baik, bahkan mudah dipahami oleh orang asing. Apabila anak kesulitan mengingat kata-kata yang sudah dipelajari, sebaiknya segera periksakan ke dokter.

Sementara itu, tumbuh di rumah bilingual (orang tua menggunakan dua bahasa) juga dapat mempengaruhi kemampuan bahasa dan bicara anak. Sebab, otak anak harus bekerja lebih keras untuk memahami dan menggunakan dua bahasa. Alhasil, anak membutuhkan waktu lebih lama untuk mulai menggunakan satu atau kedua bahasa yang dipelajari. (*/ino)