Kasus Kekerasan Anak Kian Marak, DP3A: Butuh Perhatian Serius!

Edukasi Cegah Kekerasan Anak, DP3A Keliling Sekolah
BANDUNG, Prolite – Kasus kekerasan anak atau biasa disebut perundungan atau bullying saat ini banyak bermuncul, yang paling menghebohkan beberapa hari lalu adalah kasus di salah satu SMPN di Cilacap Jawa Tengah setelah sebelumnya kasus siswi SD dicolok matanya oleh kakak kelasnya.
Menanggapi itu Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung Uum Sumiati membenarkan bahwa kasus kekerasan anak banyak terjadi disekolah.
Karena itu selain memang memberikan edukasi ke sekolah pihaknya juga berkerjasama dengan forum anak Kota Bandung (Forkab) melaksanakan program ‘Abah Cekatan’ (aksi barudak Bandung cegah kekerasan anak).
“Aksi mereka ini sudah setahun lebih baik secara keliling langsug atau online seperti sempat di car free day, kampanye cegah dan berani lapor jika ada kekerasan antara teman sebayanya,” ujar Uum saat dihubungi.
DP3A sendiri kata Uum, tengah keliling ke 18 kecamatan dan baru 4 kecamatan yang didatangi guna penguatan edukasi tindak kekerasan kerjasama dengan kewilayahan, pol pp, kader PKK atau posyandu, babin kamtibmas, Babinsa, dan karang taruna.
“Semua jenis kekerasan di lingkungan rumah keluarga tapi kalau di sekolah itu kerjasama dengan forkab dan kepala sekolah termasuk pada waktu menjelang ppdb kita sudah mengumpulkan para kepala sekolah terkait untuk tidak terjadi kekerasan disekolah, dan ada yang langsung bermitra dengan forkab itu,” tegasnya.
“Ya kebetuan kita ambil yang tertinggi kasusnya yang jadi prioritas aja yang 18 itu. Kalau kasus kekeraasan ada di semua kecamatan. Kota Bandung ini tertinggi se-Jawa Barat,” ucapnya lagi.
Bila kasus tertinggi itu, kata Uum jangan dianggap selalu negatif terlebih ada program pemerintah pusat ke daerah dimana harus mengenjot pencegahan kekerasan.
Kata Uum, kekerasan perempuan dan anak ini seperti fenomena gunung es, namun semakin tinggi angka tercatat artinya perempuan yang mengalami kekerasan sudah berani lapor atau speak up.
“Abah Cekatan sendiri anak-anak menjadi pelopor cegah dan pelapor bila terjadi kekerasan. Dampak menyosialisaikan ini jadi banyak yang lapor ke kami UPT PPA sehingga tercatat otomatis angkanya naik. Jadi ada baiknya kalaupun naik berarti juga berani melapor ke kami, kasus muncul 3 4 tahun ke belakang itu karena tidak berani dan sekarang berani speak up,” pungkasnya.