Ketegangan Meningkat : Israel Hancurkan Distrik Gaza dan Gereja Ortodoks Seiring Ancaman Invasi

Israel

Prolite – Tensi di Timur Tengah semakin meningkat setelah Israel meratakan distrik di Gaza Utara pada hari Jumat. Sebelumnya, warga diberi peringatan selama setengah jam untuk mengungsi.

Dalam serangan tersebut, gereja Ortodoks yang menjadi tempat perlindungan bagi warga sipil juga menjadi sasaran serangan. Seiring dengan perkembangan ini, Israel semakin jelas menunjukkan kemungkinan akan melakukan invasi ke Gaza.

Dilansir dari Reuters, Sekretaris Jenderal PBB mengunjungi perlintasan antara Jalur Gaza yang terkepung dan Mesir, menekankan bahwa bantuan kemanusiaan harus segera disalurkan melalui lintasan tersebut.

Menanggapi serangan-serangan sebelumnya oleh kelompok Hamas yang menguasai Gaza, Israel bersumpah untuk menghancurkan kelompok tersebut.

Roket ditembakkan Hamas dari Jalur Gaza – kompas

Hamas diketahui telah menyerbu beberapa kota dan pemukiman setelah berhasil menembus pagar penghalang Gaza pada 7 Oktober, mengakibatkan kematian sekitar orang, sebagian besar adalah warga sipil.

Dalam konteks ini, Menteri Pertahanan, Yoav Gallant, memberi sinyal bahwa perintah untuk invasi dapat dikeluarkan dalam waktu dekat. Sementara itu, serangan udara Israel ke Gaza semakin intens.

Pihak Israel bahkan memberlakukan blokade total terhadap 2,3 juta penduduk Gaza, melarang pengiriman makanan, bahan bakar, dan pasokan medis.

Sejak 7 Oktober, serangan Israel telah menewaskan setidaknya warga Palestina dan melukai lainnya, menurut kementerian kesehatan Palestina.

Serangan 7 Oktober 2023 – Reuters

Lebih jauh, PBB menyatakan bahwa lebih dari satu juta orang kehilangan tempat tinggal mereka akibat serangan ini.

Patut dicatat, Gereja Ortodoks Patriarkat Yerusalem, salah satu denominasi Kristen Palestina utama, mengkonfirmasi bahwa pasukan menyerang Gereja Santo Porphyrius di Kota Gaza.

Gereja ini sebelumnya menjadi tempat perlindungan bagi ratusan umat Kristen dan Muslim yang berlindung dari serangan. Akibat serangan ini, banyak korban jiwa ditemukan di antara reruntuhan gereja tersebut.

Menyikapi insiden ini, militer Israel menyatakan bahwa bagian dari gereja rusak akibat serangan ke pusat komando militan dan mereka sedang meninjau kejadian tersebut.

Dalam laporan lain, banyak warga yang belum meninggalkan daerah mereka meski telah diperintahkan oleh Israel untuk mengungsi dari setengah bagian utara Jalur Gaza, termasuk Kota Gaza. Mereka khawatir kehilangan segalanya dan merasa tidak memiliki tempat aman lain untuk pergi.

Bantuan kemanusiaan untuk Gaza yang siap dikirimkan – reuters

Perhatian internasional saat ini terfokus pada upaya pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui perlintasan Rafah ke Mesir.

Presiden AS, Joe Biden, yang baru-baru ini mengunjungi Israel, mengemukakan janji dari Israel untuk mengizinkan pengiriman terbatas dari Mesir dengan syarat bantuan tersebut dimonitor untuk mencegah pasokan ke Hamas.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mendesak agar sejumlah besar truk bantuan diizinkan memasuki Gaza setiap harinya dan proses pemeriksaan dilakukan dengan cepat.

Meski begitu, banyak pemimpin Barat yang terus mendukung kampanye Israel melawan Hamas. Namun, kekhawatiran tentang nasib warga sipil di Gaza semakin meningkat.

Presiden Biden, dalam pidato televisi pada hari Kamis, meminta miliaran dolar bantuan militer AS untuk Israel guna melawan Hamas. Namun, dia juga menegaskan pentingnya mengakui hak-hak warga sipil Palestina.

Konflik ini juga meluas ke dua front lain: Tepi Barat dan perbatasan utara dengan Lebanon. Di Tepi Barat, bentrokan terdahsyat sejak pemberontakan intifada kedua berakhir pada tahun 2005 telah terjadi.

Dalam situasi yang semakin kompleks ini, dunia menantikan resolusi damai yang dapat mengakhiri penderitaan dan kerugian yang terus berlanjut di kedua pihak.