Harga Daging Ayam dan Cabai Merah di Bandung Masih Tinggi Pasca Idul Adha

BANDUNG, Prolite – Seminggu lebih pasca Hari Raya Idul Adha, harga daging ayam dan cabai di Kota Bandung masih tinggi.
Lebaran telah usai, dan suasana kembali normal setelah momen yang penuh makna tersebut. Namun, ada satu hal yang masih menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat Bandung, yakni harga daging ayam dan cabai yang tak kunjung menurun pasca Idul Adha.
Peningkatan jumlah daging ayam di pasaran seharusnya mempengaruhi harganya, dengan adanya kecenderungan penurunan pasca perayaan kurban. Namun, apa yang terjadi di pasar Bandung justru sebaliknya.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian atau Disdagin Kota Bandung, Elly Wasliah menyebutkan harga daging ayam di pasar tradisional bisa mencapai Rp – Rp per kilogramnya. Sedangkan, harga cabai rawit bisa mencapai Rp – Rp per kg, bahkan untuk cabai tanjung bisa mencapai harga Rp – Rp per kilogramnya.
Sementara daging yang dijual di toko ritel harganya malah lebih rendah dibandingkan di pasar tradisional. “Hari Minggu kemarin saya memantau ke salah satu toko ritel. Harga daging ayam dibandrol seharga Rp . Itu beratnya 0,8 kg atau 0,9 kg, kalau per kilogramnya jatuh di harga Rp ,” ujar Elly, Selasa (4/7/2023).
Mengapa Harga Daging Ayam dan Cabai Masih Belum Turun Sampai Saat ini?
Beberapa faktor menjadi penyebab hal ini terjadi pasca Idul Adha di Bandung.
Pertama, menurut Kepala Bidang Distribusi dan Perdagangan Pengawasan Kemetrologian Disdagin Kota Bandung Meiwan Kartiwa, harga pakan ayam yang naik dan juga permintaan akan keduanya yang meningkat menjadi faktor utama penyebab lonjakan harga tersebut.
Faktor lainnya, Meiwan juga menjelaskan terkait perbedaan harga diantara pasar tradisional dengan toko ritel. Rantai pasok di mana toko ritel mendapatkan ayam yang sudah dipotong, langsung dari distributor dan tinggal dijual, sedangkan di pasar tradisional alurnya lebih panjang.
Selain itu, di pasar tradisional rata-rata menjual daging ayam per kilogram, sementara di toko ritel tidak per kilogram. “Biasanya (di toko ritel) kurang dari satu kilogram, seperti 0,8 kilogram atau 0,9 kilogram beratnya,” jelas Meiwan.
Akan tetapi sebaliknya dengan cabai. Meiwan menjelaskan bahwa cabai yang dijual di toko ritel lebih mahal karena kualitasnya sudah dipilih secara higenis dan dikemas dengan baik. Sedangkan di pasar tradisional cabai dibiarkan tanpa ada pemilihan seperti di ritel.
Untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan mengembalikan kestabilan harga daging ayam juga cabai, Meiwan menuturkan bahwa “Ketersediaannya dulu yang kita pastikan aman, sambil kita memantau pergerakan harganya. Kita juga terus berkoordinasi dengan pihak distributor ayam dan cabai, serta daerah penghasil. Kenaikan daging ayam dan cabai bukan hanya di Kota Bandung, tapi rata hampir di semua daerah”.
Kepedulian dan kerjasama dari semua pihak diharapkan mampu membantu mengatasi masalah ini. Dengan begitu, masyarakat Bandung dapat kembali menikmati hidangan lezat dari daging ayam dan cabai merah tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam.
Semoga saja, dalam waktu dekat, harga daging ayam dan cabai merah dapat kembali normal dan terjangkau bagi semua kalangan. Mari kita sama-sama berharap yang terbaik untuk kebaikan bersama!