BMKG : Ada 2 Faktor Suhu Udara di Bandung Terasa Lebih Dingin

Suhu Udara

BANDUNG, Prolite – Suhu udara di Bandung Raya terasa lebih dingin belakangan ini terutama pada malam hari. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan terkait fenomena tersebut.

Menurut Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu, suhu udara yang lebih dingin di Bandung adalah fenomena alamiah yang terjadi saat memasuki puncak musim kemarau, yang berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus.

Berdasarkan data yang diperoleh oleh BMKG sejak Jumat (14/7) hingga Rabu (19/7), terjadi penurunan suhu udara di Bandung. Berikut adalah data suhu tersebut:

  • Tanggal 14: Suhu di Bandung mencapai 19 ⁰C, sedangkan di Lembang mencapai 16,80 ⁰C.
  • Tanggal 15: Suhu di Bandung mencapai 19,9 ⁰C, sedangkan di Lembang mencapai 16,8 ⁰C.
  • Tanggal 16: Suhu di Bandung mencapai 20 ⁰C, sedangkan di Lembang mencapai 16,8 ⁰C.
  • Tanggal 17: Suhu di Bandung mencapai 19,4 ⁰C, sedangkan di Lembang mencapai 16,2 ⁰C.
  • Tanggal 18: Suhu di Bandung mencapai 17 ⁰C, sedangkan di Lembang mencapai 15,4 ⁰C.

Faktor yang Menyebabkan Suhu Udara Terasa Dingin

Suhu Udara
Foto: antara foto/Raisan Al Farisi

Siang Hari yang Terik Tanpa Adanya Awan

Menurut Teguh, ada beberapa faktor yang menyebabkan suhu udara di Bandung terasa lebih dingin. Pertama, sinar matahari yang terik pada siang hari tanpa adanya awan.

Hal ini menyebabkan permukaan bumi menerima radiasi matahari secara maksimal. Pada malam hari, bumi melepaskan energi yang disimpannya akibat radiasi tersebut.

Teguh menjelaskan, “Karena tidak ada awan, radiasi yang terperangkap di permukaan bumi akan dilepaskan secara maksimal pada malam hari hingga dini hari.”

Hal ini mengakibatkan cepatnya pendinginan permukaan bumi karena kehilangan energi secara maksimal. Dampaknya adalah suhu minimum yang sangat rendah atau udara dingin yang ekstrem terjadi pada malam hingga dini hari.

Adanya Angin Monsun Australia

utakatikotak

Selain itu, faktor lain yang menyebabkan suhu udara menjadi dingin adalah adanya musim dingin di wilayah Australia. Teguh menjelaskan bahwa pola tekanan udara yang tinggi di Australia berperan dalam pergerakan massa udara dingin ke Indonesia, yang dikenal sebagai angin monsun Australia.

“Angin monsun Australia juga merupakan penyebab utama musim Kemarau di Indonesia. Angin ini membawa suhu dingin dari wilayah Australia ke wilayah Indonesia, terutama di Belahan Bumi Selatan (BBS),” jelasnya.

Fenomena suhu dingin yang sedang terjadi di Kota Bandung dan sekitarnya diperkirakan akan berlangsung hingga Agustus 2023, dan suhu akan kembali menghangat pada bulan September.

Teguh menekankan, “Masyarakat tidak perlu panik menghadapi fenomena ini, karena suhu dingin saat puncak musim kemarau adalah hal yang wajar terjadi, terutama di wilayah Indonesia di BBS. Masyarakat diharapkan untuk bersiap dengan menggunakan jaket atau selimut di malam hari, serta menjaga stamina tubuh agar terhindar dari berbagai penyakit potensial,” ujarnya.