Cara Bandung Kulon Tangani Masalah Lewat Inovasi dan Pendekatan Humanis

BANDUNG, Prolitenews – Mengakui memiliki masalah kompleks, Bandung Kulon menanganinya dengan cara inovasi dan humanis.
Disampaikan Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Kecamatan Bandung Kulon, Ferry Yoga Bandung Kulon memiliki karakteristik unik. Wilayahnya berbatasan langsung dengan Kota Cimahi sehingga terkadang menimbulkan persoalan kompleks. Mulai dari pengelolaan sampah, penataan pedagang kaki lima (PKL) hingga pemberdayaan pelaku usaha kecil dan menengah.
“Kata orang, Bandung Kulon ini unik karena memang masalahnya beragam. Tapi setelah turun langsung ke lapangan dan berinteraksi dengan warga, kami mulai memahami pola dan kebutuhan yang ada,” kata Ferry Yoga.
Masih kata Ferry, salah satu keunggulan wilayah Bandung Kulon posisinya strategis dan sebagai pintu gerbang menuju Cimahi. Sehingga, dinamika sosial dan ekonomi di wilayah tersebut cukup tinggi termasuk mobilitas masyarakat dari luar wilayah.
Karenanya pendekatan penyelesaian masalah dilakukan dengan cara dialogis dan berbasis data. Kecamatan tidak hanya mengedepankan penegakan aturan, tetapi juga pendekatan sosial untuk mendorong partisipasi masyarakat.
Seperti pengelolaan sampah di Kecamatan Bandung Kulon produksi sampah harian mencapai 83 ton. Untuk menanggulangi, pihaknya menghadirkan teknologi pengolahan sampah bernama Motah.
“Satu mesin Motah dapat mengolah hingga 16 ton sampah per hari. Saat ini kami sudah memiliki tiga unit mesin aktif, sehingga mampu mengelola sekitar 48 ton sampah setiap hari,” ucapnya.
Selain mesin Motah, ada juga metode tambahan seperti pengolahan magot dan komposting konvensional. Dengan seluruh metode tersebut, pengelolaan sampah di wilayah ini telah mencapai sekitar 68 persen dari total volume harian.
“Berharap ada dua unit tambahan mesin, agar target pengelolaan maksimal bahkan menuju nol sampah dapat tercapai,” ujar dia.
Selain sampah, penataan PKL juga menjadi tantangan tersendiri. Penataan dilakukan tanpa relokasi dan tanpa kompensasi finansial namun tetap diterima oleh para pedagang.
“Kami berhasil menata sekitar 48 pedagang di salah satu titik tanpa konflik. Bahkan sebagian besar dari mereka membongkar lapaknya sendiri karena menyadari pentingnya penataan,” jelasnya.
Selain penanganan isu ketertiban, Kecamatan Bandung Kulon juga mendorong penguatan sektor ekonomi lokal. Sejumlah produk usaha kecil dan menengah seperti kerajinan, kain serta makanan olahan menjadi fokus pembinaan. Wilayah ini dinilai memiliki potensi ekonomi yang besar jika dikelola secara serius.
Ferry menambahkan, keberhasilan penanganan berbagai isu tersebut tidak lepas dari kolaborasi antara pemerintah kecamatan, warga dan pelaku usaha lokal. Ia berharap, Bandung Kulon dapat menjadi contoh bagi wilayah lain dalam menerapkan pendekatan kolaboratif dan solutif.