3 Masalah Mental yang Perlu Dihadapi Remaja di Zaman Sekarang

Prolite – Overthinking, Insecure, dan Lelah Mental: Ketika Remaja Kehabisan Energi Emosional
Pernah gak sih ngerasa capeek banget, tapi bukan karena habis olahraga atau begadang semalam suntuk karena ngerjain tugas? Rasanya kayak otak penuh, hati sesak, dan kamu cuma pengen… hilang sejenak.
Tenang, kamu gak sendirian kok. Banyak remaja di luar sana juga ngerasain hal yang sama: overthinking, insecure, dan kelelahan mental. Di balik senyum tipis yang dipaksakan dan status Instagram yang kelihatan “fine-fine aja”, ada hati yang sedang bingung, takut, dan merasa gak cukup.
Artikel ini ditulis buat kamu yang lagi merasa kehabisan tenaga secara emosional. Yuk, kita bahas bareng-bareng semua perasaan validmu itu dan gimana cara menghadapinya dengan lebih sehat!
Remaja dan Bebannya: Akademik, Pertemanan, Keluarga, dan Takut Akan Masa Depan
Remaja bukan cuma soal duduk manis di bangku sekolah, punya tongkrongan asik, atau outfit of the day saat jalan-jalan bareng temen. Di balik semua itu, banyak remaja yang memikul beban yang berat banget, mulai dari:
-
Tugas sekolah yang gak ada habisnya
-
Tekanan dari orang tua dan guru buat jadi “anak sukses”
-
Drama pertemanan yang kadang bikin hati nyesek
-
Rasa minder ngeliat pencapaian orang lain di medsos
-
Ketakutan soal masa depan: “Aku nanti bisa apa ya?”
Semua itu gak jarang bikin overthinking sampe tengah malam, mikirin hal-hal yang belum tentu kejadian. Lama-lama muncul perasaan insecure: ngerasa gak cukup, gak pantas, dan gagal. Dan kalau itu terus dipendam, pelan-pelan mental bisa aja runtuh.
Overthinking Itu Bukan Cuma “Kebanyakan Pikiran”
Kadang orang bilang, “Kamu tuh cuma mikir terlalu jauh,” padahal overthinking itu bukan sekadar banyak mikir. Ini adalah alarm bahwa mental kita lagi butuh pertolongan.
Overthinking bisa ngebuat kita:
-
Susah tidur, padahal lagi capek banget
-
Gak bisa fokus belajar
-
Sering merasa bersalah terus menerus
-
Menyangkal kebahagiaan karena mikirin hal negatif terus
Dan parahnya, overthinking ini bisa menjebak kita dalam lingkaran toxic yang gak kelar-kelar. Kita jadi overanalisis ucapan teman, mikirin “apa kata orang”, atau takut ngambil keputusan karena takut salah. Padahal, semua orang juga pernah salah, dan itu bagian dari proses.
Healing Gak Selalu Bekerja? Kamu Butuh Lebih dari Sekadar Me Time!
Kita sering banget denger kata “healing” buat ngilangin beban-beban yang ada di pundak. Jalan-jalan ke pantai, minum kopi cantik, maskeran, atau rebahan seharian sambil nonton drama Korea. Tapi… kok kadang abis itu masih ngerasa hampa ya?
Ini jawabannya!
🌱 “Healing adalah Perjalanan, Bukan Destinasi”
Karena healing itu bukan sulap, dan gak semua masalah selesai cuma dengan me time. Kadang yang kita butuhin bukan liburan, tapi didengar. Bukan skincare, tapi pelukan. Bukan tidur panjang, tapi ruang aman buat cerita.
Healing itu bukan checklist satu hari selesai, tapi perjalanan panjang yang butuh kesabaran dan proses.
Coba kita bedain ya:
-
Healing instan: jalan-jalan, beli makanan favorit, skincare, rebahan
-
Pemulihan emosional sesungguhnya: mengenali luka batin, menerima diri, memperbaiki pola pikir, dan punya support system
Yang pertama bisa bikin kita bahagia sementara, tapi yang kedua adalah proses yang benar-benar ngebantu kita pulih dari dalam. Gak instan, tapi nyata. Dan itu gak harus berjuang sendirian kok, ada banyak cara buat mulai pemulihan emosional ini.
Journaling, Support System, dan Psikolog: Teman Baik dalam Proses Pulih
1. Journaling: Nulis Buat Ngeluarin Isi Kepala
Kadang kita gak bisa cerita ke orang, tapi kertas dan pena bisa jadi tempat paling aman. Journaling bisa bantu kita:
-
Mengenali perasaan sendiri
-
Ngeluarin unek-unek tanpa takut dihakimi
-
Ngeliat pola pikir negatif dan mulai memperbaikinya
2. Support System: Dikelilingi Orang yang Peduli
Teman yang gak nge-judge, keluarga yang mau dengerin, atau komunitas yang sepemikiran bisa jadi penolong banget. Jangan ragu buat reach out. Kita gak harus kuat sendirian.
“Tapi, aku gak punya teman ataupun keluarga yang bisa ngertiin aku..”
Gak apa-apa kalau teman atau keluargamu belum bisa jadi support system yang kamu harapkan. Kamu tetap berhak punya tempat aman dan bisa pulih. Ada banyak bentuk cinta dan dukungan di luar sana, dan kamu pantas menerimanya.
Berikut ini daftar komunitas dan platform online yang aman dan ramah untuk kesehatan mental remaja di Indonesia. Cocok buat kamu yang lagi cari tempat cerita, belajar tentang kesehatan mental, atau sekadar agar merasa tidak sendirian.
1. @IntoTheLightID (Instagram & Website)
-
Fokus: Edukasi dan advokasi kesehatan mental & pencegahan bunuh diri
-
Kelebihan: Kontennya ringan, relatable, dan banyak info soal dukungan emosional
-
Website:
-
IG: @intothelightid
2. Save Yourselves Indonesia (@)
-
Fokus: Edukasi psikologi populer & penguatan diri
-
Ada fitur curhat online anonim yang gratis!
-
IG: @
-
Link curhat: tersedia via link in bio IG
3.
-
Platform yang menyediakan ruang untuk konsultasi dengan psikolog profesional, tapi juga sering ngadain edukasi gratis di media sosial
-
Website:
-
Bisa akses konsultasi dengan tarif bersahabat untuk pelajar
4. Peduli Remaja – Sehat Jiwa (Kemenkes RI)
-
Ada layanan konseling gratis via chat
-
Cocok buat kamu yang butuh bantuan darurat atau konseling dasar
-
Info bisa dicek di IG @
5. Konseling di Ruang BK Sekolah
-
Jangan remehkan guru BK!
Kalau kamu punya guru BK yang terbuka dan pengertian, mereka bisa jadi tempat awal yang aman untuk cerita.
3. Konsultasi ke Psikolog: Langkah Berani dan Bijak
Kalau perasaan negatif makin berat dan ganggu aktivitas, gak ada salahnya curhat ke psikolog. Ini bukan berarti kamu “gila” atau “lemah”. Justru itu bukti kamu peduli sama kesehatan mentalmu. Psikolog bisa bantu kasih perspektif yang sehat dan solusi yang tepat.
Yuk, Pulih Bareng-Bareng dan Lewati Masa Remaja dengan Suka Cita!
Kalau kamu lagi ngerasa kosong, capek, dan gak tau harus ngapain… tarik napas dalam-dalam. Kamu gak sendirian. Perasaanmu valid, dan kamu berhak buat sembuh.
Kesehatan mental itu sama pentingnya kayak kesehatan fisik. Gak keliatan bukan berarti gak nyata. Jadi, yuk mulai rawat diri sendiri, pelan-pelan aja gak apa-apa. Gak usah buru-buru bahagia. Tapi pastikan kamu terus jalan, sekecil apa pun langkahnya.
Dan yang paling penting: jangan takut buat minta bantuan. Kamu layak dicintai, didengar, dan dipahami—termasuk oleh dirimu sendiri 💛
Kalau kamu ngerasa artikel ini relate, boleh banget share ke teman-temanmu yang mungkin juga lagi ngerasain hal yang sama. Siapa tau, bisa jadi jembatan buat saling menguatkan!